Kopi TIMES

Geliat Ekonomi Bulan Suci

Jumat, 10 Mei 2019 - 14:03 | 59.32k
Muhammad Fahmi HIdayatullah, Dosen Fakultas Agama Islam Unisma. (Grafis: TIMES Indonesia)
Muhammad Fahmi HIdayatullah, Dosen Fakultas Agama Islam Unisma. (Grafis: TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – RAMADHAN bukanlah bulan yang hanya mengatur hubungan manusia dengan yang Maha Esa. Ramadhan juga mengendalikan hubungan manusia dengan manusia termasuk mempengaruhi berbagai aspek kehidupannya. Salah satu aspek yang dapat dipetik dalam tulisan ini adalah aspek ekonomi. Hadirnya bulan ramadhan menjadi ultimatum untuk menggerakkan roda perekonomian rakyat.

Wujudnya adalah ramadhan mampu melahirlah konsep swasembada pangan yang dilakukan oleh masyarakat untuk masyarakat. Termasuk konsep subsidi silang bagi yang kurang mampu dengan keberadaan zakat mal. Grand Effect ramadhan ternyata tidak berdampak bagi yang kurang beruntung, bagi yang beruntungpun mendapatkan dampaknya dengan keberadaan masyarakat yang berbondong-bondong melakukan shadaqah menghidangkan makanan dan minuman menjelang berbuka puasa di masjid dan musholla terdekat. Sehingga bagi masyarakat yang beruntung, pada kondisi pulang bekerja belum sampai rumah dalam keadaan lapar dan haus karena berpuasa, mereka diuntungkan dengan hidangan makanan di tempat ibadah tanpa mengeluarkan biaya.

Advertisement

Selain itu, bulan Ramadhan mampu tumbuhkan perekonomian negara. Faktanya pada tahun 2018 kementerian pertanian tingkatkan pangan 20-30% menyambut bulan Ramadhan. Selain itu Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GaPMMI) pada tahun 2018 telah memprediksi penjualan makanan dan minuman selama Ramadan dan jelang Lebaran akan meningkat sekitar 20% bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Walaupun pada 2017 peningkatannya hanya terealisasi sekitar 5% karena tertekan bersamaan dengan momentum tahun ajaran baru sekolah.

Geliat ekonomi masyarakat tidak hanya berhenti seperti di atas. Fenomena tersebut hanya sebagian dari kondisi bulan suci yang mampu memberikan effect bergeraknya roda perekoniman rakyat. Hal ini dapat dibuktikan dengan aktifitas menjelang datang sampai pasca hadirnya bulan suci. Sebelum datangnya bulan suci, masyarakat disibukkan dengan kegiatan tasyakuran/slametan. Kegiatan tersebut tidaklah menghabiskan biaya yang sedikit. Mengapa seperti itu? karena masyarakat berlomba-lomba untuk menyajikan hidangan terbaiknya dalam menyambut bulan suci. Sehingga pengeluaran kebutuhan hidup melebihi dari hari biasanya. Sementara pasar atau pedagang makanan pokok jelas diuntungkan  dengan adanya kegiatan tersebut.

Sedangkan pada saat masuk bulan ramadhan, hadirnya pasar dadakan di bulan puasa menguntungkan berbagai kalangan. Hampir setiap daerah bahkan setiap kecamatan dapat dipastikan keberadaan pasar ramadhan yang bersifat sementara yang hanya muncul pada bulan puasa. Masyarakat yang tidak berprofesi sebagai pedagang tiba-tiba menjadi pedagang dadakan. Selain itu, yang biasanya menjadi konsemen, ternyata menjadi produsen. Inilah potret geliat perkonomian ramadhan yang dapat memberikan manfaat pada berbagai pihak.

Sementara menjelang ramadhan berakhir atau menyambut pasca bulan ramdhan, masyarakat dihebohkan dengan kegiatan hari raya. Perayaan tersebut dianggap sebagai hari kemerdekaan pasca melaksanakan ujian dhohir maupun batin. Sehingga masyarakat kebanyakan mempersiapkan mulai dari angpau lebaran, baju, makanan dan lain sebagainya yang pada intinya menyenangkan sanak famili dan orang lain. Kegiatan yang demikian tentu menguntungkan berbagai kalangan khususnya pengrajin mulai dari pakaian, makanan, minuman dan lain sebagainya yang hanya dibutuhkan oleh mayoritas masyarakat pasca berakhirnya bulan ramadhan. Inilah keberkahan nyata bulan yang penuh dengan rahmat.

Oleh karena itu sebagai umat Islam yang beriman, tentu tidak ingin menyianyiakan waktu untuk mengulurkan tangan untuk menolong sesama. Bulan ramadhan hanya datang satu tahun sekali, itupun kita tidak bisa memastikan untuk mengikuti pada tahun berikutnya. Hanya bulan ramadhan yang melipatgandakan semua amal kebaikann, sehingga sulit rasanya jika kita tidak memanfatkannya. Memulai dari hal terkecil yakni berbagi kepada saudara seiman  demi kesejahteraan bersama yang dalam hal ini sebagai misi dari perekonomian negara. (*)

Muhammad Fahmi HIdayatullah, Dosen Fakultas Agama Islam Unisma. 

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES