Kopi TIMES

Ramadhan Bulan Persaudaraan

Sabtu, 11 Mei 2019 - 13:35 | 49.97k
Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Semua pasti sepakat jika Ramadhan adalah momentum memperkuat persaudaraan. Alasannya sederhana bulan ini diwajibkan bagi manusia beriman untuk menjalankan ibadah puasa dari fajar sampai masuk waktu maghrib. Suatu kondisi lapar dan haus bersama. Sehingga muncul kepedulian, rasa sosial, dan yang terpenting rasa persaudaraan. Lihat saja betapa ramainya masjid dan musholla tatkala adzan maghrib tiba.

Persaudaraan yang dimaksud tidak hanya persaudaraan sesama muslim, tapi persaudaraan sebangsa setanah air, bahkan persaudaraan sesama manusia. Tiga jenis persaudaraan ini terpupuk dengan baik dalam momentum Ramadhan ini. 

Advertisement

Bahkan Nabi Muhammad SAW memotivasi bahwa barang siapa yang memberi iftor orang yang berpuasa maka orang tersebut akan diganjar mendapat pahala yang sama dari orang berpuasa tersebut. Besarnya pahala ini karena didorong oleh rasa kemanusiaan yang tinggi, rasa cinta kasih yang besar, rasa kebersamaan, saling ridha satu dengan lainnya.

Namun demikian, sangat disayangkan masih banyak kita temukan banyaknya ujaran kebencian muncul dalam Ramadhan ini. Tidak lain sebagai rentetan dari persoalan pemilu. Klaim sepihak dari pasangan calon presiden tertentu sampai pada penuduhan terhadap penyelenggara pemilu seakan melupakan esensi puasa Ramadhan ini. Bulan yang semestinya kita gunakan untuk memperbanyak amal kebaikan justru menjadi ajang untuk saling  membenci satu sama lain.

Mestinya itu tidak boleh terjadi apalagi sampai muncul dari kalangan islam. Ada sedikitnya dua alasan yang bisa diangkat.

Pertama, puasa adalah latihan kesabaran. Menang kalah dalam pemilu adalah hal yang wajar. Pasti ada yang menang, pasti ada yang kalah. Kalau semuanya menang siapa lantas yang kalah, demikian sebaliknya. Sehingga sebagai orang beriman tentu kesabaran ini harus terbawa dalam kehidupan nyata, dalam praktik kehidupan termasuk menyikapi hasil pemilu ini. Jangan sampai kekalahan menjadikan buruk sangka terhadap orang lain, kalau itu terjadi maka akan menggugurkan pahala puasa itu sendiri.

Kedua, puasa wadah untuk latihan bersyukur. Syukur merupakan wujud expresi terima kasih atas nikmat yang Allah berikan. Setiap nikmat yang ada haruslah kita syukuri. Apapun bentuknya. Menang dan kalah juga merupakan nikmat. Maka sudah sepantasnya disyukuri dengan sebaik-baiknya.

Dengan demikian sudah sepantasnya bulan ini adalah bulan merajut persatuan dan kesatuan. Kita ingat bahwa kemerdekaan Indonesia diraih pada waktu puasa ramadhan. Memang bulan yang penuh berkah dan rahmah sehingga harua betul betul kita jadikan momentum yang baik.

Ayo bersatu merajut persaudaraan, persatuan dan kesatuan bangsa ini. (*)

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES