
TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Sukses hidup menjadi dambaan dan obsesi setiap orang. Sukses hidup yang selalu diinginkan bukanlah sifatnya sementara melainkan yang bersifat tetap dan berkesinambungan. Cukup banyak orang bisa wujudkan, namun tidak sedikit yang gagal. Orangtua sukses, anaknya jadi gagal. Orangtua gagal, anaknya jadi sukses. Diharapkan sekali kita (yang sedang baca ini) bisa berjuang untuk wujudkan impian besar, sukses untuk semua dan untuk selanjutnya.
Mari kita ambil contoh, bahwa berdasarkan pengalaman masa lalu. Ada sejumlah kasus di kampung bahwa umumnya orangtua kaya sangat menjanjikan anaknya dengan harta warisan, baik tanah pekarangan dilengkapi rumah siap tinggal dan seluas tertentu sawah dan ladang. Mereka tidak peduli pendidikan anaknya. Akibatnya terbagi habis, satu persatu dari anak-anaknya bangkrut karena tidak memiliki kemampuan memanaj harta warisan dengan baik. Di samping hidupnya sangat konsumptif.
Advertisement
Sebaliknya sejumlah anak dari keluarga tidak mampu secara ekonomik, tapi berpotensi secara akademik memiliki impian besar menjadi orang sukses. Yang dilakukannya adalah andalkan motif berprestasi dan hidup nekad dengan memang waktunya untuk belajar dan bekerja untuk menopang studinya. Pagi sekolah, sorenya bekerja, atau pagi bekerja, sorenya belajar. Anak ini hidupnya lebih produktif. Berangsur-angsur anak-anak yang hidupnya terjaga dengan baik akhirnya sukses studi, sukses karir, dan sukses hidup.
Kasus lainnya yang terjadi pada keluarga sukses, di kota, dengan karir yang sukses dengan kesibukan kedua orangtua yang padat membuatnya tidak bisa kontrol dengan baik, sehingga anak menjadi korban pergaulan bebas dan penggunaan obat, dan sekolahnya berantakan. Gambaran kasus seperti ini tentu memberikan isyarat bahwa masa depan anak tidak terbekali keahlian cukup, sehingga berakibat hidupnya tidak sesukses orangtuanya.
Sebaliknya, kasus dari keluarga tak beruntung secara ekonomi dan sosial yang tinggal berada di perkotaan, sementara anaknya punya potensi bakat akademik tertentu. Dengan perhatian dan kepedulian sekolah, anak ini mendapatkan orangtua asuh atau beasiswa sekedar mencukup untuk kebutuhan sehari-hari dan belajar. Sementara itu anaknya juga memiliki tekad kuat dan rajin belajar serta berhati-hati dalam berteman. Juga selalu menjauh dari anak-anak jalanan dan nakal. Bagaimana dampaknya, anak ini pelan-pelan bisa keluar dari lilitan gangguan studi dan hidupnya. Bisa diduga anak memiliki potensi sukses studi, karir dan hidupnya.
Apa makna sukses hidup itu? Tentu yang selalu kita dapat sepakati adalah sukses hidup di dunia dan sukses hidup di akhirat serta dijauhkan dari api neraka. Untuk hidup di dunia juga tidak semata-mata kejayaan yang sifat duniawinya semata yang ditandai dengan kekayaan, pangkat, jabatan, popularitas atau lainnya yang kering tanpa nilai. Namun yang seharusnya kita kejar, adalah kejayaan duniawinya yang dilandasi dengan nilai dan spirit ukhrawiah. Kekayaan diraih dengan cara yang halal. Jabatan diraih dengan cara yang benar, bebas sogok, dan bertindak adil. Pangkat diraih dengan prosedur yang benar, tidak manipulatif dan plagiat. Popularitas diraih melalui kinerja profesional, bukan pencitraan.
Bagaimana raih sukses hidup dengan model spiral? Insyaallah kita sepakat bahwa kesuksesan yang kita raih adalah awal dari kesuksesan selanjutnya, bukan kesuksesan yang terakhir. Artinya kita sukses, harus dilanjutkan dengan kesuksesan anak cucu kita, minimal sama, bukan kesuksesan yang kita raih tidak dilanjutkan oleh anak cucu kita. Untuk mewujudkan sukses secara berkelanjutan tidaklah mudah, membutuhkan kesungguhan dan kerja optimal baik secara personal maupun kolektif. Karena itu kekompakan keluarga sangatlah penting.
Ada sejumlah prinsip yang perlu menjadi pegangan untuk membangun sukses diri dan keluarga. Adapun prinsip-prinsip itu adalah prinsip keberagamaan, kejujuran, perbaikan, berkesinambungan, dan kepedulian. Pertama prinsip keberagamaan, bahwa hidup kita harus berfondasi kuat dengan nilai-nilai agama, sehingga semua aspek kehidupan kita mengandung spirit agama. Kedua prinsip kejujuran, bahwa dalam beribadah dan bermuamalah didasarkan atas kejujuran untuk mengharapkan rida Allah SWT. Ketiga prinsip keadilan, bahwa dalam emban amanah di keluarga, tempat kerja dan masyarakat kita harus tegakkan rasa keadilan.
Keempat prinsip perbaikan, bahwa kita hidup harus selalu berorientasi kepada perbaikan dari waktu ke waktu untuk imbangi dinamika sosial yang ada. Kelima prinsip berkesinambungan, bahwa perbaikan yang dicapai harus terjadi terus menerus, sehingga perbaikan kehidupan berkesinambungan. Keenam prinsip kepedulian, bahwa hidup kita tidaklah dalam kesendirian, tetapi bersama-sama dengan yang lain. Karena itu kepedulian harus diinstutuionalikan dalam keluarga, sehingga terbangun kepekaan sosial. Jika keenam prinsip ini bisa mengkarakter, insya Allah sukses kita dan keluarga akan bisa kita wujudkan dengan baik, walaupun tidak mudah, karena tantang dari luar dan hambatan pada setiap individu tidak bisa dihindari. Namun dengan keterbukaan yang bisa diupayakan dalam keluarga, diharapkan bisa berkontribusi dalam menghadapi persoalan yang ada.
Akhirnya, bahwa sukses dalam kehidupan itu menjadi cita-cita semua. Tidak pernah berhenti kita ingin wujudkan sukses hidup. Kita sadari bahwa definisi sukses itu relatif dan berbeda-beda. Apapun perbedaannya pada akhirnya kita sepakat bahwa sukses hidup tidak hanya difokuskan di dunia saja tapi juga di akhirat.
Namun jika harus memilih, yang lebih penting ya sukses hidup di akhirat. Semoga kita bisa raih kedua-duanya. Juga yang sangat penting adalah menjadikan anak dan cucu kita dan seterusnya lebih sukses daripada kita, seperti spiral. Untuk itu perlu ikhtiar personal dan kolektif yang terus menerus. Semoga kita selalu dalam bimbingan Allah SWT. (*)
*) Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dody Bayu Prasetyo |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |