Organisasi Hanya Benda Mati, Tidak Perlu Personifikasi untuk Mengkritiknya

TIMESINDONESIA, MALANG – SAAT berada dijenjang sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, hingga jenjang perkualiahan kita pasti mengenal apa itu organisasi. Secara definisi organisasi merupakan wadah sekumpulan orang yang memiliki tujuan, visi, dan orientasi yang sama. Umumnya seseorang berorganisasi karena memiliki tujuan, visi, dan orientasi yang saling bersesuaian.
Jadi organisasi itu hanya wadah, tidak lebih dari sekedar benda mati. Benda mati mau bagaimanapun tetap benda mati, kecuali dipersonifikasikan. Tetapi mungkin personifikasi lebih pantas dipakai dalam karya sastra puisi. Personifikasi yang dimaksud yaitu menghidupkan benda mati.
Advertisement
Sudah menjadi kebiasaan umum sebuah organisasi artinya institusi luas disalahkan hanya karena kelalaian salah satu unsur terkecilnya. Lalu ketika sebuah organisasi tidak sesuai dengan tujuannya, apakah pantas menyalahkan organisasi dalam artian sebagai substansi wadah?
Organisasi itu kita ibartakan sebagai gelas berisi kopi. Ketika kopi yang berada didalam gelas tumpah, yang membuat kotor sekitarnya adalah kopi, dan bukan gelasnya. Pemahamannya ketika sebuah organisasi dipandang tidak enak karena orientasinya tidak jelas, maka yang paling patut disalahkan adalah oknum oknum fanatisnya.
Organisasi sebagai wadah, sebuah benda mati yang menghidupkan berarti sehimpun orang didalamnya. Tentu sejarah awal mendirikan sebuah organisasi memiliki visi, misi, orientasi yang baik, terstruktur, sistematis, dan jelas. Organisasi sebagai keadaan umum tidak pantas dipersalahkan oleh kesalahan beberapa orang saja. Memang, ketika sebuah organisasi mulai tumbuh, hingga menjadi besar dengan jumlah anggota cukup besar acap terjadi ketidaksesuai dalam berbagai hal. Penyebab utama orang yang berada dalam organisasi itu sendiri.
Pembahasan khusus kali ini lebih perihal organisasi ekstra kampus. Organisasi ekstra kampus merupakan wadah mahasiswa dalam mengembangkan skill akademik maupun non akademik yang berada diluar jangkauan pihak universitas, umumnya bersifat independen dan terbebas dari intervensi politis. Meski, harus diakui terkadang ada jalinan erat antar organisasi ekstra kampus dan intra.
Memang hal itu sah saja, karena proses yang dilalui organisatoris berbeda pandang dengan mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang), atau mahasiswa yang hanya terbatas pada organisasi lingkup kampus semata. Organisasi ekstra yang dimaksud seperti; PMII, HMI, GMNI, GMKI, IMM, IPNU, dan lainnya –maaf tidak saya sebutkan semua dengan tampa mengurangi rasa hormat pada para pendirinya.
Organisasi ekstra inilah yang acap dipandang sebagai tunggangan politik dalam melencarkan tujuan meraih tampuk kekuasaan tertinggi dalam percaturan organisasi intra kampus. Pandangan tersebut umumnya muncul dari golongan yang menamakan dirinya netral Netral dalam artian tidak berideologi, juga anti fanatisme.
Namun terkadang esensi netral ini tidak sepenuhnya bersifat independent. Namanya juga manusia hidup pasti memiliki tujuan, harapan, dan capaian. Dari stigma buruk tentang organisasi ekstra kemudian lahir beragam ungkapan ketidaksukaan. Terkadang hingga mencapai ranah ujaran kebencian yang tidak seharusnya dilontarkan oleh seseorang yang terdidik.
Seperti juga ditegaskan Pramoedya Ananta Toer dalam bukunya Bumi Manusia “Seorang terpelajar sudah terdidik harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan”.
Sebagai saran atas kesangsian yang marak terjadi, meski esensinya saya tidak hendak mengajak untuk anda berorganisasi, soal itu hak pribadi. Tetapi, ketika anda juga tidak nyaman dicela, dicerca, juga dihina, maka jangan lakukan itu pada orang lain. Terlebih pada sebuah benda mati yang sebenarnya memiliki posisi lebih luas dibanding hanya sekedar individual.
Bentuk ketidaksaan sukaan bisa saja diungkapkan tetapi perlu melihat objek, dalam hal ini elemen yang hobinya membuat celah dalam organisasi umum disebut sebagai oknum organisasi. Oknum yang saya maksud, yaitu sekumpulan orang yang memiliki tujuan lain selain visi misi dan orientasi organisasi.
Karena pada hakikatnya berorganisasi memang bertujuan untuk melatih kecakapakan diri, memperluas ilmu pengetahuan selain yang didapat dikelas serta memperluas jaringan pertemanan.
Patut dipertimbangkan dengan bijak untuk tidak menjustifikasi benda mati, jadi tidak perlu mempersonifikasikannya layaknya dalam rangkaian kata kata indah dalam puisi. Menghidupkan benda mati (organisasi) lalu mempermasalahkannya, salahkan saja oknumnya.
Tentu kita masih sepaham, pada hakikatnya semua organisasi ekstra kampus memiliki tujuan untuk menanamkan mahasiswa agar tidak apatis terhadap lingkungannya. Disamping itu sempat menjadi pembahasan juga jikalau organisas ekstra juga berperan penting memperkuat nasionalisme. Jadi, bijaklah dalam mengkritisasi, terlebih pada suatu organisasi dengan sifat bawaan berupa benda mati. (*)
*) Penulis: Muhammad Afnani Alifian, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Malang, anggota redaksi Lembaga Pers Mahasiswa Fenomena Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : AJP-5 Editor Team |
Publisher | : Rochmat Shobirin |
Sumber | : TIMES Malang |