Kopi TIMES

Mencari Negarawan Sejati

Selasa, 17 Desember 2019 - 01:25 | 185.13k
Ainul Mizan
Ainul Mizan
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Memang secara obyektif harus diakui bahwa di saat membandingkan perilaku politik antara George Bush Jr dengan Obama terlihat ada perbedaan. Perbedaan yang tampak hanya pada tataran strategi dan taktik politiknya. Paham dan ideologi politiknya tetap. Bahwa USA sebagai negara berideologi Kapitalisme yang tetap berorientasi hanya pada kepentingannya sendiri. 

Adapun pragmatisme politik yang ada di dalam negeri tidak lebih muncul dari sikap inferior terhadap negara – negara besar yang punya basis ideologi internasional, baik negara – negara tersebut berideologi Kapitalisme maupun Komunisme. Jadi strategi dan taktik politik mereka yang pragmatis itu muncul dari paham dan ideologi politik yang diwarnai oleh kedua ideologi  internasional tersebut. Satu kakinya berada dalam pusaran kepentingan negara kapitalis dan satu kakinya yang lain berada dalam pusaran kepentingan negara – negara komunis. Tidak ada interest bagi mereka untuk memindahkan kakinya untuk berada di dalam pusaran ideologi Islam. Di samping karena tidak ada negara besar penyokongnya, secara policy tidak menguntungkan. Uniknya Ideologi Islam ini tidak mungkin untuk dicampuradukkan dengan kedua ideologi yang lain. Justru Kapitalisme dan Komunisme ini menjadikan Islam sebagai common enemy. Bandul politik lebih menguntungkan dicondongkan kepada Kapitalisme maupun Komunisme. Maka tidak mengherankan bila di Indonesia terdapat cengkeraman asing (Kapitalisme) dan aseng (Komunisme) (konfrontasi.com, 8 April 2017). 

Advertisement

Mestinya agenda politik yang utama bagi negeri ini adalah melepaskan diri dari dominasi timur maupun barat. Jati diri negeri sebagai negeri muslim terbesar mendesak untuk dipertegas kembali. Sesungguhnya adalah pengakuan yang jujur bahwa kemerdekaan Indonesia bisa diraih sebagai berkat dan rahmat dari Allah SWT. Maka berikut ini beberapa hal yang bisa menjadi acuan dalam rangka melahirkan sosok – sosok negarawan sejati bagi Indonesia. 

Pertama,  Negarawan sejati mempunyai pemahaman politik yang benar. Bukan politik ala Machiavelli yang pragmatis sebagaimana rumusannya dalam The Prince, yang hanya mengejar kekuasaan dan jabatan. Akan tetapi pemahaman politik yang dijiwai oleh nilai – nilai penghambaa kepada Tuhan. Ia memiliki koridor dan kendali dalam melaksanakan aktivitas politiknya. 

Kedua, Negarawan sejati mempunyai orientasi kepada pengurusan dan pelayanan kepada masyarakat dan rakyatnya dengan baik. Mereka menyadari betul bahwa kepentingan masyarakat yang terlayani dengan baik merupakan tujuan aktivitas politik yang dijalankannya. 
Kesadaran bahwa pemimpin rakyat adalah pelayannya, menggerakkan mereka untuk selalu membela kepentingan – kepentingan rakyatnya.

Negarawan itu tidak harus menduduki sebuah pemerintahan. Seorang negarawan akan mengurusi kepentingan rakyatnya. Ketika ia sebagai pejabat publik tentunya regulasi yang ada digunakan untuk menjadi payung hukum dan perlindungan bagi rakyatnya. Sedangkan jika ia bukanlah pejabat publik, maka ia akan selalu siap melakukan koreksi kepada setiap kebijakan para pemimpin dan pejabat yang dipandangnya akan menyengsarakan rakyat. Mereka akan selalu mengadopsi kepentingan – kepentingan untuk kemaslahatan umat dan rakyat secara umum. 

Ketiga, Seorang negarawan sejati mempunyai landasan ideologi politik yang jelas. Dengan begitu, ia tidak akan diombang –ambingkan layaknya buih di lautan. Ia mempunyai warna yang khas. Ia mampu memberikan makna terhadap politik dengan baik. Sebuah politik kemandirian berdiri  dan berpijak di atas identitas sendiri. Sebuah ppolitik yang meneguhkan identitas sebagai negeri yang berasaskan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. 

Bandul politik Indonesia sudah pernah condong kepada poros Peking – Beijing yang Komunis di era orde lama. Begitu pula, bandul politik negeri ini pernah condong kepada Kapitalisme Barat di era orde baru. Bahkan lebih parahnya, Indonesia yang kaya raya ini menjadi ajang perebutan kedua ideologi imperialis itu baik Kapitalisme maupun Komunisme. 

Sudah saatnya bagi negeri ini mengambil bandul politik dan mengarahkannya kepada spirit yang menggerakkan bangsa untuk mengusir dan mempertahankan kemerdekaannya. Sebuah spirit yang bergema dengan takbir yang membahana dan menggentarkan para penjajah negeri. Ya… itulah Ideologi Islam. 

Ideologi Islam masih belum pernah menjadi mainstream dan main idea dalam penyelenggaraan dan pengelolaan negara dan pemerintahan. Sebagai seorang intelektual tentunya tidak akan menjadi phobi duluan terhadap Islam. Jikalau memang bandul politik yang selama ini condong kepada Kapitalisme maupun Sosialisme, masih belum mampu menjadikan Indonesia mandiri sesuai dengan falsafah pancasilanya. Tentunya sikap yang adil adalah mencoba mengarahkan bandul politik kepada Ideologi Islam. Apalagi secara keyakinan, Islam sudah bisa dirasakan oleh mayoritas penduduk negeri ini mampu memberikan ketenteraman dalam hidupnya secara individual. Tentunya Islam juga mampu memberikan ketenteraman dalam kehidupan secara komunal. 

 

*) Oleh Ainul Mizan
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES