
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Wahyu mantan pecandu narkoba yang telah pulih dari narkoba. Artikel ini sudah mendapat izin dari Wahyu untuk dipublikasi.
Wahyu berkata “Saya pikir dengan saya menggunakan narkoba tentu orang lain akan segan kepada saya, ternyata pemikiran saya itu salah”. Di sebagian benak generasi muda menjadi lifestyle, memiliki kebanggaan tersendiri sebagai pemakai narkoba, namun etika dan moral di masyarakat khususnya keluarga, pemakai narkoba adalah aib. Aib yang harus dihindari dan dijauhi. Saking malu karena dimengerti sebagai aib, bahkan menyembunyikan bila ada anggota keluarga yang terlanjur menjadi pecandunya. Tanpa disadari, bahwa hal itu semakin membahayakan jiwa pecandunya. Pemahaman yang kabur tentang betapa berbahayanya ‘barang-barang bermerek narkoba’ itu, terkadang tak sanggup mengalahkan ‘gengsi’ dan harga diri keluarga di mata masyarakat. Saya malu jika mengenang masa kelam saya karena terjerat narkoba.
Advertisement
Banyak sekali faktor orang terjerat dalam rayuan narkoba. awal pemakai narkoba seperti saya itu bukanlah sebuah kecelakaan karena saya mengetahui seperti apa bahaya jika memakai narkoba. namun rasa penasaran yang saya miliki, gaya hidup di lingkungan pergaulan saya, rasa keingin tahuan saya membuat saya tidak bisa mengendalikan akal sehat saya. Akal sehat yang akan menjadi tidak sehat dengan digerogotinya oleh zat-zat jahat yang dikandung di dalamnya.
Wahyu, demikian nama panggilan akrabnya. Dia adalah mantan seorang pecandu narkoba yang sempat 'bersahabat' dengan narkoba semenjak remaja. Sekian lama menjalani kehidupan kelam seorang pecandu. Hingga semangat perubahan untuk mengubah gaya hidup kelamnya menjadi gaya hidup sehat seperti pada umumnya. Tentunya tidak mudah dilakukannya, namun bertahap Wahyu menemukan titik terang dari masa lalunya yang hampir tak ada impian masa depan di dalam benaknya saat itu.
Meike Isa Alma S (mahasiswa LSPR Jakarta) sebagai penulis berkesempatan berbagi cerita dengannya di sebuah restoran di daerah Bekasi Selatan. Wahyu bukanlah dari keluarga yang bermasalah. Ia anak pertama dari dua bersaudara yang mempunyai masa kecil indah dengan keluarganya. Perawakan yang terlihat tegap, raut wajahnya mengekspresikan optimisme saat bertutur kisah. Dilahirkan di Bekasi, pria yang berusia 22 tahun ini sanggup bangkit dari keterpurukan hidup akibat godaan narkoba.
Seperti anak-anak kebanyakan, bangku sekolah dasar ditempuhnya. Hingga tamat. Lalu melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuhnya. Seiring pertumbuhan dan perkembangan jiwa remaja, hal-hal baru sangat menarik perhatiannya. 14 tahun, diumurnya yang masih labil dan memiliki ego yang tinggi inilah pertama kalinya ia penasaran dengan “Narkoba”. Angka keramat saat dirinya terpenuhi rasa penasaran dan keingintahuan tentang sesuatu yang dianggap ‘keren’ namun keliru yang tak disadarinya, saat itu. Wahyu mencoba barang jenis narkoba untuk pertama kalinya pemberian dari teman-teman sebayanya.
“Saya dikenalkan narkoba oleh teman, buat gaya-gayaan aja. Orang tua pernah memperingatkan saya jangan coba-coba narkoba. Namun keputusan saya waktu itu keliru. Narkoba yang saya pakai itu minum dan ekstasi”. Tutur Wahyu.
Tak cukup hanya itu, kian hari Gibon kecil semakin fasih dengan nama-nama narkoba yang dikonsumsinya.
Entah berapa banyak uang untuk memenuhi kebutuhan itu. Hingga jenjang SMK Wahyu belum terlepas dari narkoba walau tidak sesering dulu. Hingga saatnya ia diajak nongkrong oleh temannya dan berkenalan dengan perempuan lewat aplikasi, kejadian waktu itu dimalam hari dan temannya menitipkan barang tersebut kepada Wahyu. Wahyu terjebak kedapatan membawa narkoba jenis shabu – shabu. Ketika Wahyu ditangkap disitulah ia tersadar dan menyesal karena mengecewakan keluarganya dan tidak siap untuk menjalani kehidupan di penjara. Hingga akhirnya Orangtuanya mengetahui Wahyu terjerat narkoba dan lingkungan sekitar rumahnya pun juga mengetahui hal tersebut.
“Awalnya yang tahu keluarga dekat. Lama-lama lingkungan pada tahu. Banyak yang menanyakan kondisi saya. Terkadang saya masih gak percaya diri. Saya merasa dia merendahkan saya. Padahal mungkin dia mau mau memotivasi saya. Sifat ketergantungan itu nampaknya membuat saya menjadi berpikiran negative mengenai pendapat orang lain terhadap saya. Otak udah terganggu oleh zat-zat itu,” katanya.
Menjalani tahanan sangat tak mudah baginya. Wahyu belum siap. Namun, perlahan – lahan ia mampu beradaptasi ketika ia di sel dan mendapatkan konseling mengenai bahwa narkoba adalah penyakit kronis yang perlu disembuhkan. Penyakit otak. Wahyu terpikir tidak adanya kesadaran untuk rehab menjadi masalahnya. Jika tidak bergaya hidup sehat, tidak memelihara emosi, maka kecenderungan pemakaian akan kembali ada.
Dia bersyukur akhirnya kepulihan itu mulai dirasakannya. Dia menyadari peran keluarga terutama dari orangtuanya sangat besar. Dukungan dan motivasi yang diberikan mereka menjadi salah satu ‘spirit’ yang membangkitkannya untuk bergaya hidup sehat. Dukungan keluarga yang sangat dibutuhkannya.
“Orangtua saya memberi motivasi yang luar biasa, meski saat ini mereka juga masih agak khawatir kalau saya terjerumus kembali. Terkadang kalau saya pulang telat, mereka masih was was dan cemas. Tapi saya berniat untuk dapat bertanggungjawab pada diri saya pribadi untuk benar-benar lepas dari jeratan penyakit narkoba itu,” tuturnya.
Narkoba dari Sisi Medis.
Kisah Wahyu diatas menjelaskan soal narkoba keterkaitan dengan penyakit. Narkoba adalah penyakit kronis yang membuat otak terganggu. Lalu penyakit semacam apa narkoba itu?
Saat penulis mendatangi Desi Rinawati, S.KM yaitu selaku ahli kesehatan masyarakat. Pada Senin, 09 Desember 2019 di salah satu restoran di Jakarta Selatan.
Menurutnya, dalam “Gangguan Kualitas Hidup” saat seseorang mulai mengonsumsi narkoba, terdapat kemungkinan besar untuk mengalami kecanduan. Makin lama, pengguna akan membutuhkan dosis yang lebih tinggi demi dapat merasakan efek yang sama. Ketika efek narkoba mulai hilang, pengguna akan merasa tidak nyaman akibat munculnya gejala putus obat dan akan ingin kembali memakainya. Seorang pecandu juga lebih rentan mengalami infeksi menular seksual, kecelakaan, dan melakukan upaya bunuh diri akibat berada di bawah pengaruh obat.
Narkoba yang larut di dalam tubuh akan dialirkan melalui darah ke seluruh tubuh, termasuk ke otak. Efek dari obat-obatan bergantung kepada jenis yang dikonsumsi, dosis, durasi pemakaian, dan ukuran tubuh orang yang mengonsumsinya.
Seorang pecandu juga lebih rentan mengalami infeksi menular seksual, kecelakaan, dan melakukan upaya bunuh diri akibat berada di bawah pengaruh obat.
Dalam hal ini mengonsumsi narkoba juga dapat menyebabkan gangguan psikologis, seperti ekspresi pecandu cenderung mudah emosi yang tidak terkendali, suka berbohong, sangat menurun rasa tanggung jawab, tak peduli dengan nilai / norma yang ada bahkan cenderung melakukan tindak pidana seperti kekerasan, pencurian dan mengganggu ketertiban umum, menarik diri dari pergaulan di sekitarnya sehingga hubungan dengan keluarga, guru, teman serta lingkungan menjadi terganggu dan lain-lain.
Dampak terhadap kesehatan dari masing-masing jenis narkoba sangat beragam. Yang jelas-jenis narkoba itu sama-sama mampu merusak jaringan otak secara permanen. Gejala awal berupa motivasi rendah dan susah dikendalikan, depresi dan paranoid, gangguan persepsi dan cara berfikir, mengganggu keseimbangan tubuh, sulit berkonsentrasi serta membuta gerakan lambat. Beberapa efek itu seperti yang dirasakan oleh kisah Wahyu di atas.
Benar-benar dampak dari narkoba yang bisa berujung pada kematian dengan diserangnya bagian vital di otak kita. Narkoba berefek gangguan pada otak bahkan bisa menyebabkan kerusakan permanen. Penanganan yang tepat akan berpeluang untuk memulihkan para penderitanya. Hal yang menjadi kunci utama adalah terapi dan rehabilitasi untuk memulihkan pengguna dari penyakit/ adiksi yang dideritanya itu.
Jelas harus dipahami adalah pecandu merupakan seorang pasien yang sedang menderita penyakit. Harus disembuhkan dengan cara perawatan terapi dan rehabilitasi. Jika tidak nyawa menjadi taruhannya. Butuh dukungan untuk para pecandu narkoba agar dapat pulih. Saat mereka tidak mampu mengambil keputusan yang tepat, karena tergganggunya kinerja otak, maka lingkunganlah yang bisa membantunya. Seperti halnya Wahyu yang dibawa oleh orangtuanya ke rehabilitasi. Meski dirinya tidak merasakan bahwa dia sedang sakit. Peran keluarga menjadi sangat vital. Tak usah malu dan gengsi lalu menutupi apabila anggota keluarga kita menjadi pecandu narkoba.
Menutupi bukan solusi. Solusinya adalah pecandu harus dirawat direhabilitasi sesuai dengan tingkat adiksinya dan memperoleh penanganan medis yang tepat.
BNN juga telah menetapkan misi rehabilitasi bersama instansi Pemerintah dan komponen masyarakat terkait lainnya, menggelar rehabilitasi penyalahguna atau pecandu narkoba dalam rangka Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Ditekankan melaporkan anggota masyarakat ataupun anggota keluarga yang menjadi pengguna narkoba. Kebijakan Wajib Lapor telah tertuang dalam pasal 55 Undang-Undang No. 35 tahun 2009 yang menetapkan setiap orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur atau pemakai narkoba yang masih kategori anak-anak wajib melaporkan Instansi Penerima Wajib Lapor (IPWL) yang ditunjuk oleh pemerintah, seperti Puskesmas, Rumah Sakit ataupun BNN. Jika tidak melaporkan, maka akan terkena sanksi hukuman penjara selama 6 bulan!
Kewajiban melapor ini menjadi penting untuk para pecandu narkoba. Melaporkan mereka berarti memenuhi hak-hak pecandu untuk direhabilitasi dan dipulihkan dari penyakitnya. Mari selamatkan masa depan Wahyu - Wahyu yang lain sebelum terlambat. Berikan makna yang berarti pada tahun 2019 ini sebagai Tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba terlebih kepada kaum Milenial. Menyelamatkan generasi bangsa dari ganasnya ‘penyakit’ narkoba agar terwujudkan Indonesia Bebas Narkoba kedepannya.
*) Oleh: Meike Isa Alma Sitompul, Mahasiswa School Of Public Relations Jakarta.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rochmat Shobirin |