Utamakan Bahasa Indonesia, Kuasai Bahasa Asing, Lestarikan Bahasa Daerah

TIMESINDONESIA, MALANG – “Hai. Kamu berasal dari mana?”
“ Indonesia.”
“Sekarang tinggal dimana?”
“Indonesia.”
“Oh ya, apa semboyan kotamu?”
“Malang Flower.”
“Loh, bukankah kamu orang Indonesia? Tapi.. semboyan kotamu...??’
* * *
Advertisement
Ilustrasi di atas menggambarkan keadaan Indonesia yang saat ini sedang kehilangan jati diri. Apa benar kalian merasa Indonesia telah Indonesia?
Gedung tinggi berceceran dimana-mana, menunjukkan identitasnya masing-masing dengan bangga “Murah Residence”, “Tunas Hotel”, “Jawa Manggis Park”, “Malang Red Flower”, dan lain-lain.
Jelas bukan hal baru bagi kita memaknai itu dan menjumpai fenomena seperti itu. Sayangnya bukan khawatir atau cemas, kita malah merasa bangga dengan fenomena-fenomena seperti itu.
Jika begini, apakah kamu benar-benar merasa hidup di Indonesia? Kualitas bahasa Indonesia ditanah air semakin rendah karena penduduknya lebih senang menggunakan bahasa asing. Hal ini menjadi momok besar bagi kita yang masih cinta terhadap bahasa Indonesia.
Tiap kali dingiang-ngiang oleh janji sumpah pemuda yang berbunyi “Kami Pemuda Indonesia Berjanji, Berbahasa satu, bahasa Indonesia” Penghianatan bagi negara telah di ikrarkan melalui gedung-gedung tinggi mencakar langit, telah diikrarkan dari mulut-mulut yang mengaku sebagai pemuda Indonesia.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI unisma.ac.id
Bangga pada negara adalah bangga pada bahasanya. Jika diharuskan menengok ke negara-negara lain, mereka juga menggunakan bahasa negaranya sebagai ciri keberadaannya.
Menggunakan bahasanya dengan bangga di gedung-gedung megah mencakar langit. Hingga kemudian terlihatlah identitas negara tersebut.
Apa kabar negara kita? sudahkah Indonesia kita benar-benar Indonesia? Budi luhur Indonesia terletak pada budi penduduknya, yang kemudian tercermin pada bahasanya.
Maka “Utamakan bahasa Indonesia, kuasai bahasa asaing, lestarikan bahasa daerah” Yang artinya, Utamakan bahasa Indonesia yakni selalu mendahulukan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia diletakkan diposisi paling atas, kemudian di bawahnya atau selanjutnya diikuti terjemahan bahasa lain.
Seperti contoh: (Buka-Open) jangan sampai terbalik ya. Itulah poin utama dari mengutamakan. Kuasai bahasa asing: menguasai bahsa asing bukanlah suatu kesalahan.
Bahkan adalah anjuran dan suatu keharusan. Karena dunia semakin kritis dan jejaring pertemanan serta hubungan kerja dari berbagai tempat akan kian mudah diakses jika penduduknya memiliki kemampuan berbahasa asing.
Namun, kembali lagi. Bahwa meski telah menguasai bahasa asing, kewajiban mengutamakan bahasa Indonesia jangan sampai dikesampingkan. Terakhir adalah budayakan bahasa daerah.
Membudayakan bahasa daerah tentu juga bukan sekedar kewajiban lagi. Namun harus menajdi kebiasaan masyarakat setempat. Sehingga kesadaran berbahasa harus dimilliki seluruh warga Indonesia.
Darinya, maka jati diri bangsa tidak akan terkikis. Mengutip pesan dari beberapa tokoh populer, “Berbicaralah sesuai kadar kemampuan orang yang kamu ajak bicara” “Berbicaralah sesuai dengan porsinya”.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI unisma.ac.id
Maka gunakan bahasa daerah saat kamu berada di daerahmu, gunakan bahasa asing saat kamu berada di luar negeri atau tengah memiliki kepentingan yang melibatkan bahasa asing, dan gunakanlah bahasa Indonesia saat kamu berada dalam negaramu sendiri.
Karena dengan bahasa kita bersatu. Bahasa daerah yang akan menyatukan tiap-tiap daerah. Bahasa Indonesia yang kemudian menyatukan seluruh masyarakat dari berbagai daerah menjadi satu kesatuan. Sehingga bahasa Indonesia juga disebut sebagai bahasa nasional.
Terakhir, bahasa asing yang dapat menyatukan antar negara. Yang kini disebut sebagai bahasa internasional. Bukan hal sepela lagi, karena tidak semua negara memiliki bahasa nasional seperti Indonesia. Maka segenap rakyat Indonesia, berbanggalah atas kabar gembira ini.
*) Penulis: Fa’izatul Karimah, Mahasiswa Semester 7 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Islam Malang (UNISMA).
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : AJP-5 Editor Team |
Publisher | : Rochmat Shobirin |