
TIMESINDONESIA, JAKARTA – SIAPA yang sering kena body shaming? Banyak perempuan menjadi sasaran body shaming. Bagaimana jika anda yang terkena? Apa anda akan bunuh diri? Membela diri? Atau cuek? Sebelum kita bahas lebih lanjut, mari kita bahas dahulu apa itu body shaming.
Menurut Ririe Bogar (Komunitas Xtra L), body shaming yaitu perundungan kondisi fisik seseorang, yang akan menimbulkan kebencian berlebih pada diri sendiri karena dianggap tidak bisa memenuhi standar masyarakat. Dan perempuan adalah sasaran empuk dari body shaming.
Advertisement
Nah, sebagaimana yang kita tahu saat ini. Standar cantik masyarakat kita menginduk pada pandangan kebarat-baratan atau kekorea-koreaan. Cantik identik dengan putih, langsing (kurus), kulit putih, wajah tirus, rambut lurus, kulit mulus, penampilan sexy. Dalam dunia entertainment pun artis yang memenuhi kriteria di atas juga laku dipasaran. Apalagi dalam dunia kerja, banyak perusahaan yang menyematkan persyaratan berpenampilan menarik untuk dijadikan pekerja. Bahkan tidak jarang yang mengikuti jalan artis korea untuk oplas alias operasi plastik.
Meskipun demikian, banyak juga dari kalangan artis atau orang awam yang kena body shaming. Sebagian ada yang terpengaruh, sebagian lagi cuek. Mereka yang terpengaruh karena sudah termakan rayuan gombal ala barat. Meskipun ada yang cuek, lebih sekadar pada keinginan untuk menjadi diri sendiri. Ingin membuktikan bahwa dengan menjadi diri sendiri pun bisa maju, punya gelar, terkenal bahkan punya kedudukan. Masih ingat dengan Tara Basro? Yang fotonya baru saja membuat viral dunia maya. Ini salah satu contohnya.
Bagi mereka yang termakan body shaming, tinggal merogoh kocek, pergi ke salon atau ahli kecantikan. Terus merubah penampilan. Yang pendek ikut olah raga atau minum susu tambah tinggi. Yang hitam diputihkan. Yang gemuk dilangsingkan dengan minum pelangsing, olah raga atau diet. Yang cubi pipinya minta di oplas, sekalian hidung mancung ke dalamnya dikeluarin biar mancung ke luar.
Mengapa mereka demikian? Fenomena ini tidak hanya memakan para remaja, tapi para emak-emak berdaster pun mengikutinya. Sudah lagi tak pandang umur. Mulai dari belasan tahun hingga nenek-nenek mengikutinya. Mereka tak ubahnya telah menjadi mangsa-mangsa dari dunia kapitalis. Dimana bahagia itu hanya dilihat dari kaca mata nyata saja. Uang banyak, cantik, langsing, sexy dinilai sebagai alat untuk mendapatkan kebahagiaan.
Islam memberikan pengetahuan yang berbeda. Dalam Islam tidak pernah mempersoalkan apakah warna kulitnya, jenis rambutnya, berapa tingginya atau bagaimana tubuhnya. Islam mengajarkan bahwa segala hal yang berhubungan dengan bentuk tubuh adalah takdir Allah. Manusia tak ada kuasa mengubahnya. Dimana mereka berkewajiban menerima dan mensyukuri segala ciptaan Allah.
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk, rupa dan harta benda kalian, tetapi Allah memperhatikan hati dan amal-amal kalian”. (HR. Muslim)
Maka, semua hal yang berhubungan dengan tubuh kita adalah karunia Allah. Baik kita putih atau hitam, tinggi atau kurang tinggi, sipit atau belok, keriting atau lurus, gemuk ataupun langsing. semuanya adalah kehendak Allah. Manusia tidak memiliki andil di dalamnya.
Justru yang perlu diperhatikan adalah bagaimana ia menyikapi takdirnya. Jika ia menyikapi takdir dengan melawan Allah, tidak terima dengan pemberianNya. Berarti dia tak bersyukur. Ditambah lagi jika sengaja mengubah kondisi fisiknya berarti telah mengubah ciptaanNya. Allah membencinya.
Bagi mereka yang tetap mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Ditetapkan juga caranya bersyukur. Dengan tetap beribadah, mengucap hamdallah, sabar menghadapi bullyan, menyampaikan kebenaran hingga istiqomah menjalankan aturan Allah. Menyampaikan penolakan atas body shaming memang perlu, agar masyarakat tahu bahwa itu adalah karunia dan tidak diminta pertanggungjawaban. Tapi kudu memperhatikan caranya juga. Dengan tetap menyimpan kecantikan para wanita dalam balutan jilbab dan kerudung.
Cantik dalam Islam tak harus memperlihatkan kecantikan fisik. Cukup dengan berpakaian syari, tak menggoda lawan jenis, menjaga pandangan dan perilaku, serta taat hanya pada Sang Pemilik Kehidupan. Itulah kecantikan yang abadi. Wallahu a'lam.
***
*) Penulis adalah Henyk Nur Widaryanti, Dosen Universitas Soerjo Ngawi.
*)Tulisan opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
______________
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |