
TIMESINDONESIA, MAUMERE – Pada tahun 1818, Mary Shelley menerbitkan Frankenstein, kisah tentang ilmuwan yang menciptakan mahluk artifisial yang tak terkendali dan membuat kekacauan. Dalam dua abad terakhir, cerita yang sama dinarasikan berulang-ulang dalam versi yang tak terhitung jumlahnya. Ia telah menjadi pilar utama mitologi saintifik baru kita. Pada mulanya, cerita Frankenstein mengingatkan kepada kita jika kita mencoba bermain menjadi Tuhan dan insinyur kehidupan, kita akan menerima hukuman yang sangat hebat.
Frankenstein atau The Modern Promotheus secara umum dikenal sebagai Frankenstein adalah sebuah novel gothic karya penulis Mary Shelley yang berkebangsaan Inggris. Mary menulis Frankenstein ketika berumur 19 tahun, dan berakhir pada usianya menginjak 19 tahun. Frankenstein berkisah tentang Victor, seorang ilmuwan swiss, yang lahir di Jenewa dan dibesarkan orang tuanya untuk menguasai dunia lewat ilmu pengetahuan.
Advertisement
Si tokoh Victor yang mulai gila pun mulai bekerja untuk meniru ciptaan terbesar Tuhan. Ia membuat monster dari serpihan dan potongan orang mati. Serpihan dan potongan disatukan dengan cara dijahit bersama, dan dihidupkan lagi dengan menggunakan listrik dan petir. Tak perlu dikatakan, terlepas dari semua yang tela dilakukanya, eksperimen itu jadi lepas kendali.
Mitos Frankenstein menghadapakan manusia pada fakta bahwa hari-hari akhir sedang mendekat. Intervensi nuklir, wabah dan bencana ekologis dan percepatan perkembangan teknologi akan segera menuju pergantian. Manusia berada dalam fase pemusnahan dan akan digantikan spesies baru. Barangkali benar atau tidak, suatu fenomena mengarah kepada pemusnahan manusia dari muka bumi. Ini ditandai dengan merebaknya wabah Virus corona atau COVID-19.
Akhir-akhir ini dunia dihebohkan dengan wabah virus corona. Virus ini bertemperamen cepat. Kehadiranya melampui dan bergerak secara masif. Kondisi ini tak pelak menghadirkan kecemasan masyarakat dunia. Dunia mencekam dalam amukan badai wabah corona. Sejumlah korban yang terpapar virus korona semakin meningkat. Dalam kondisi demikian beberapa negara termasuk Indonesia melakukan pencegahan dengan membeli peralatan medis untuk mencegah wabah virus corona ini.
Virus corona atau COVID-19 adalah virus yang menyerang sistem pernapasan manusia. Virus ini masih masih berhubungan dengan penyebab SARS dan MERS yang sempat merebak dan menghebohkan masyarakat dunia beberapa tahun lalu. Dari data yang didapat, virus corona saat ini telah menginfeksi lebih dari 100 negara di dunia dan mengakibatkan 6.400 orang meninggal dunia (detiknews, 16 maret 2020). WHO pun menyatakan virus corona sebagai pandemi.
Corona atau COVID-19 telah menggetarkan masyarakat dunia. Kehadiranya yang menakutkan membuat masyarakat dunia seakan-akan berada dalam gerbang kematian. Barangkali kehidupan manusia di muka bumi ini sedang berada dalam kepunahan. Kita akan sulit menelan fakta bahwa virus corona ini adalah proyeksi ilmuwan dunia yang berusaha menciptakan mahluk ciptaan terbesar Tuhan dengan kata lain ada tendensi ke arah Homo Deus. Namun, proyek ini mengalami kegagalan fundemental, akibatnya lepas kendali dan yang berhasil diciptakan hanyalah virus corona atau dalam nubuat Frankenstein di sebut mahkluk artifisial.
Bisa saja kita mengatakan bahwa nubuat Frankenstein hayalah mitos belaka. Masa depan tidak bisa kita baca. Masa depan tidak diketahui dengan pasti, dan akan mengejutkan, jika mitos atau ramalan akan menunjukan kebenaran. Mungkin sejarah akan menghantar kita pada kebenaran itu. Merebaknya virus corona yang bergerak masif tak terkendali mengafirmasikan bahwa nubuat Frankenstein akan menjadi kenyataan. Manusia akan mengalami kepunahan.
Manusia akan mengalami tranformasi kesadaran dan identitas. Nubuat Frankenstein, kisah tentang ilmuwan yang menciptakan mahkluk artifisial yang tak terkendali dan membuat kekacauan telah menjadi suatu fakta empiris. Para ilmuwan yang berusaha dan menandingi Sang pencipta dengan menciptakan mahkluk terbesar Tuhan yang kemudian hilang tak terkendali dan gagal dan yang tercipta adalah wabah kehancuran manusia. Virus corona adalah hasil proyeksi dan kegagalan mencipta dari ilmuwan. Inilah saat manusia menuju tranformasi dan identitas. Mainkan game online di game friv terbaik situs web ini.
Apa yang harus kita lakukan? Bagaimana seharusnya yang kita lakukan? Pertanyaan ini memantik kita untuk kembali merefleksikan dasar hidup kita. Manusia tidak akan menyamamakan Tuhan. Semakin kita berusaha meninggikan diri dengan pengetahuan yang kita miliki, kita akan semakin terjebak dan mestigmatisasi diri sebagai yang rapuh dan tidak akan menjadi Tuhan.
Pada akhirnya, nubuat Frankenstein mengingatkan kita akan pentingnya manusia mengenal waktu dan pengetahuan sebagai harta dan bagian dari proses berbenah. Nubuat frankentsein dan corona hendaknya menghantar kita manusia untuk semakin mencintai dan mendekati Tuhan.
***
*) Penulis adalah Konradus Budiman Nasu, Mahasiswa Filsafat Sekolah Tinggi Filasafat Katolik Ledalero Maumere NTT.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |