Kopi TIMES

Merdeka Belajar di tengah Pandemi Covid-19

Senin, 20 April 2020 - 08:20 | 532.79k
M. Hasan Chabibie (Grafis: TIMES Indonesia)
M. Hasan Chabibie (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Virus Corona tiba-tiba menghentak dunia, membuat manusia-manusia terhenyak. Dunia seolah melambat, yang mengharuskan kita menyesuaikan dengan pola hidup baru. Mau tidak mau, kita akan memasuki tatanan dan sistem dunia yang berbeda, selama pandemi dan pasca Covid-19.

Begitu juga dengan dunia pendidikan, harus menyesuaikan ritme yang baru dari dampak Covid-19. Kita harus bersiap memasuki dunia pendidikan yang baru pasca Covid-19. Pendidik, orang tua siswa, anak didik, hingga institusi pendidikan harus berubah menyesuaikan ritme baru, yang lebih adaptif dengan zaman.

Advertisement

Untuk mengurangi persebaran virus Covid-19, pemerintah membuat kebijakan physical distanting, yang di antaranya kebijakan belajar dari rumah. Pendidik dan siswa serta orang tua, berinteraksi melalui teknologi. Pendidikan berbasis E-learning menjadi strategi baru dalam proses belajar mengajar. Kita dipaksa bergerak cepat, menyesuaikan tantangan zaman, memaksimalkan teknologi dan kreatifitas.

Pada konteks ini, gagasan Mas Menteri Nadiem Nakarim tentang Merdeka Belajar dan Guru Penggerak menjadi penting dan relevan. Konsep merdeka belajar menjadikan pendidik dan siswa mengeksplorasi kreatifitas, sementara guru penggerak menjadi subyek yang terus menerus mencari solusi atas tantangan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim melontarkan gebrakan dengan kebijakan 'Merdeka Belajar'. Mendikdub, yang akrab dipanggil Mas Menteri, mengungkapkan pentingnya Merdeka Belajar untuk adaptasi pendidikan dan sistem pengajaran di era sekarang ini.

Dalam rapat koordinasi bersama Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten Kota di Jakarta pada 11 Desember 2019 lalu, Mas Menteri Nadiem Makariem menjelaskan konsep strategis dari Merdeka Belajar.

Ada empat program strategis dalam merdeka belajar. Pertama, USBN diganti menjadi ujian (asesmen). Kebijakan mengganti USBN dengan assesmen ini berlaku pada tahun 2020, yang menekankan pada kompetensi siswa. Anggaran USBN juga dialihkan untuk meningkatkan kapasitas guru dan sekolah untuk peningkatan mutu pendidikan.

Kedua, pada 2021 Ujian Nasional diganti. Mas Menteri menekankan pentingnya kompetensi, bukan hanya penguasaan konten. Pada 2021, UN diubah menjadi asesmen kompetensi minimum dan sesuai karakter. Pada asesmen ini, menekankan pada penguasaan aspek literasi dan numerasi. Mendikbud menekankan pentingnya merujuk pada standar internasional untuk peningkatan SDM, semisal PISA (Program for International Student assesment) dan TIMSS (Trends in International Mathematic and Science Study).

Ketiga, RPP dipersingkat. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama ini dianggap memberatkan pendidik, dan cenderung menghabiskan waktu untuk hal-hal administratif. Selama ini, RPP memuat terlalu rinci sehingga mengalihkan waktu pendidik untuk mengajar dan meningkatkan kompetensi. Ke depan, RPP akan dipersingkat hanya 1 halaman, berisi tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan assesmen. 

Keempat, Zonasi PPDB lebih fleksibel. Kemdikbud tetap menggunakan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Namun, kebijakan PPDB lebih fleksibel dengan mempertimbangkan ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah. 

Mas Menteri Nadiem Makariem berharap agar kebijakan Merdeka Belajar akan memberi ruang kreasi dan kesempatan lebih untuk meningkatkan kapasitas pendidik, menyegarkan sistem pendidikan, serta mempercepat peningkatan kompetensi siswa. Di sisi lain, Merdeka Belajar juga berharap siswa agar lebih menikmati pembelajaran, menyerap nilai-nilai belajar sebagai proses yang menyenangkan. 

Mas Menteri Nadiem Makariem juga menggaungkan pentingnya Guru Penggerak. Ia berpidato tentang Guru Penggerak pada Hari Guru Nasional 2019 lalu. Menurut Mendikbud, guru penggerak itu guru yang mengutamakan murid dan pembelajaran murid dari hal-hal lain, bahkan dari karirnya sendiri. Selain itu, guru penggerak juga memiliki leadership dalam dirinya, bertindak tanpa disuruh. 

Guru penggerak diupayakan sebagai kriteria penting untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Mendikbud mendorong guru penggerak sebagai inisiator dan menginspirasi peserta didik. Selain itu, guru penggerak juga menjadi pendorong kreatifitas, mencari solusi atas tantangan-tantangan di sekolahnya masing-masing. 

Untuk mendukung kebijakan Merdeka Belajar dan guru penggerak, Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kemdikbud menyiapkan strategi dan road map dalam jangka waktu pendek dan menengah. Pada jangka waktu pendek selama tahun 2020 ini, Pusdatin Kemdikbud mendorong program-program yang terbagi dalam empat level: (1) level literasi, (2) level implementasi, (3) level kreasi dan (4) level berbagi.

Dalam empat level ini, para pendidik diupayakan mengenali teknologi informasi pada penguasaan konten, penyiapan implementasi, hingga memproduksi konten mandiri yang bisa dibagikan ke komunitas pendidik, siswa dan orang tua. Pusdatin mendorong pendidik agar menjadi penggerak dengan menggunakan teknologi informasi, sekaligus menginspirasi para siswa. 

Pada proses jangka panjang, pendidik yang telah menguasai konten, mampu mengoptimasi teknologi pendidikan untuk memproduksi konten-konten pembelajaran yang aplikatif, serta bisa berbagi dengan komunitas yang lebih luas. Dalam hal ini, guru dapat menjadi inspirasi karena menjadi kreator, penggerak sekaligus mau berbagi pengetahuan dan pengalaman pada level yang lebih luas.

Untuk mendukung kebijakan merdeka belajar dan guru penggerak, penulis dalam kapasitas dan pengalaman di Pusdatin Kemendikbud, menyiapkan tiga tahapan penting:

Pertama, membangun ekosistem pendidikan berbasis teknologi. Untuk meningkatkan kompetensi para pendidik inilah, penting untuk menyiapkan ekosistem pendidikan dan teknologi yang berkualitas. Ekosistem pendidikan yang didukung teknologi tentulah sangat penting untuk mendorong munculnya kreatifitas, inovasi, sekaligus karakter penggerak bagi pendidik. 

Ekosistem pendidikan yang buruk, akan menenggelamkan kreatifitas, menumpulkan ide-ide, bahkan memangkas keberanian. Guru penggerak hanya akan mungkin lahir dari ekosistem pendidikan yang sehat, yang mendorong peningkatan kualitas, yang memberi nutrisi pikiran, jiwa dan membesarkan hati agar selalu berbuat baik. 

Mengenai pentingnya ekosistem, Dr Richard Straub (President of Peter Drucker Society) mengungkapkan betapa ekosistem menentukan tumbuhnya kreatifitas, dengan konsep 'the power of ecosystem'. Straub mengajukan gagasan untuk membentuk 'social ecology' yang menjadi ruang penyemaian kreatifias, kebebasan berpikir, keberanian bertindak, sekaligus menganalisa resiko secara tepat. Dari ekosistem yang sehat itulah, lahirlah inovasi semisal Apple, Google, Microsoft, Amazon, dan beragam perusahan teknologi masa kini.

Kedua, kolaborasi dengan lintas pihak. Untuk berjuang bersama pada masa kini, perlu kolaborasi dengan sebanyak mungkin pihak. Pada era teknologi sekarang ini, tidak ada lawan yang hakiki, dan jangan menganggap pihak lain sebagai lawan. Mari kita bergandengan tangan, saling membantu, berkolaborasi. Kita saling mengisi dengan kelebihan masing-masing, saling mendukung dengan gagasan dan sumber daya.

Ketiga, pentingnya data. Pusdatin Kemendikbud sebagai tulang punggung teknologi di lingkungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, menyiapkan sumber daya manusia dan infrastruktur terbaiknya, untuk mendukung kebijakan pemerintah. Kerja-kerja strategis dari Pusdatin Kemendikbud juga diupayakan dengan perencanaan matang dan aplikasi tepat sasaran, untuk mendukung visi-misi pemerintah dalam peningkatan kualitas pendidikan. 

Pada konteks saat ini, penting untuk menggunakan data dan inovasi teknologi sebagai acuan kebijakan, sebagai pola pembelajaran. Para pendidik juga harus mulai menyelipkan nilai-nilai penting bagaimana bersiap dan mengajar di era data. Karena, pada masa kini dan mendatang, data menjadi sumber daya penting untuk berkompetisi antar negara. 

Walhasil, mari kita bersama-sama menyiapkan ekosistem pendidikan berbasis teknologi yang mendukung kreatifitas, berkolaborasi dengan sebanyak mungkin pihak yang memiliki visi senada, sekaligus mengimplementasikan kebijakan berbasis data. Mari bersiap melakukan lompatan kretifitas, kolaborasi untuk kemaslahatan bersama, terutama di tengah pandemi Covid-19 ini. (*)

***

*) Penulis Adalah M Hasan Chabibie, bertugas di Pusdatin Kemdikbud.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES