Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Relevansi Surat Al Isra Ayat 82 dengan Pandemi COVID-19

Kamis, 30 April 2020 - 09:23 | 156.63k
M. Agus Isnaini, Mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) Prodi Pendidikan Agama Islam Semester 8, Universitas Islam Malang (UNISMA).
M. Agus Isnaini, Mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) Prodi Pendidikan Agama Islam Semester 8, Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Pada 12 Maret 2020, organisasi kesehatan dunia atau WHO mendeklarasikan covid-19 ini sebagai pandemi, yaitu suatu wabah penyakit yang menular  antar manusia dengan cepat hingga belahan dunia tanpa terkecuali negara kita Indonesia.

Dalam mengatasi pandemi ini, berbagai cara telah dilakukan oleh para dokter, peneliti hingga pemerintahan selaku pemegang kebijakan tertinggi pada suatu negara, beragam spekulasi bermunculan, mulai dari himbauan untuk melakukan social distancing hingga PSBB yang juga saat ini sedang berlangsung di beberapa daerah.

Advertisement

Sementara penelitian masih terus dilakukan akan tetapi, hingga saat ini belum ditemukan vaksin yang cocok untuk mengatasi wabah pandemi ini melainkan hanya upaya-upaya untuk melakukan penanganan seadanya yang sifatnya masih lamban dan merperlambat penyebarannya dengan melakukan karantina sehingga bisa diatasi dengan cepat.

Beberapa hari yang lalu, sempat viral seoarang pasien yang positif Covid-19 ini membagikan pengalamannya di media sosial, seorang pria yang masih berusia muda mengungkapkan keyakinannya bahwa Al Quran adalah obat sehingga semasa perawatannya sudah mengkhatamkan Al Quran 30 juz, dan keyakinannya-pun terbukti setelah dirinya di tes dua kali dengan hasil yang negatif.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dalam persepektif Agama Islam, Al Quran dipercaya sebagai obat. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Isra ayat 82.

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang- orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.

Kalau kita cermati dan ingat-ingat pada lingkungan sekitar. Seseorang yang dalam keadaan sakit tertentu yang mungkin tidak dapat disembuhkan dengan cara medis, maka langkah yang tidak jarang kita jumpai adalah meminta doa kepada kiai atau orang yang dianggap alim di wilayah tersebut yang mungkin dibacakan ayat-ayat Al Quran padanya. Maka hal ini sebenarnya cukup menyadarkan kita bahwa Al Quran adalah penawar dari suatu penyakit, terlepas dari bentuk penawar tersebut seperti apa.

Dalam hal ini, para mufassir berbeda dalam menafsirkan apa yang dimaksud dengan “Syifa” (penawar). Al-Baghawi dalam Ma’âlim al-Tanzîl memaknai kata syifâ’ adalah obat hati. Menurutnya, Allah SWT menurunkan Al Quran sebagai obat, yang dalam hal ini  sebagai  penjelasan atas kesalahan dan ketidaktahuan. Sementara Al-Baidhawi dalam Anwâr al- Tanzîl wa Asrâr al-Ta’wîl justru mengatakan bahwa kata “syifâ’” hanya penyerupaan, yang artinya Al Quran berfungsi untuk meluruskan paham keagamaan dan memperbaiki diri sebagaimana obat yang berfungsi untuk menyembuhkan penyakit.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dari penafsiran di atas, pada umunya Al Quran adalah sebagai obat dan dapat ditemukan relevansinya yaitu dengan (Hati). Kalau dikaji lebih mendalam, peran hati tidak bisa di kesampingkan, bahkan hati menjadi pangkal terpenting sebagai sebab kesehatan rohani maupun jasmani karena kondisi hati memiliki pengaruh yang tinggi terhadap kesehatan. Itu sebabnya di dalam Hadits di riwayatkan

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Al Quran dan Hadits adalah pedoman ummat muslim, maka seyaugyanya dalam keadaan dunia yang seperti ini kita kembali bermuhasabah terhadap apa yang telah kita lakukan selama ini. Pandemi ini cukup kuat untuk membuat kita sadar betapa kecilnya kita sebagai manusia, mengingat kecilnya virus ini mampu membuat manusia waspada untuk menghadapinya. Semoga wabah ini segara berlalu dan kita kembali mendekatakan diri kepada Allah SWT. (*)

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: M. Agus Isnaini, Mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) Prodi Pendidikan Agama Islam Semester 8, Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : AJP-3 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES