Kopi TIMES Universitas Islam Malang

May Day dan Semangat Ramadhan

Jumat, 01 Mei 2020 - 18:38 | 38.25k
Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unisma. Kepala BAKAK UNISMA. Anggota Pengurus PW LP Maarif PWNU Jawa Timur. Alumni PP Nurul Jadid, Probolinggo.
Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unisma. Kepala BAKAK UNISMA. Anggota Pengurus PW LP Maarif PWNU Jawa Timur. Alumni PP Nurul Jadid, Probolinggo.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Selamat hari Buruh, 1 Mei. Ya, 1 Mei telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai hari nasional pada era Pemerintahan SBY tahun 2013 yang lalu. Artinya setinggal tanggal ini aktivitas dilibuarkan untuk. May Day adalah hari buruh se Dunia yang di rayakan oleh seluruh buruh/pekerja di Dunia.

Peringatan itu tentu bukan saja dijadikan momentum untuk menuntut hak-hak buruh dan kesejahteraan lebih, lebih dari itu adalah semangat untuk bekerja lebih baik dari sebelumnya. Jika hari ini lebih baik dari hari kemarin maka masuk golongan beruntung. Jika sama maka merugi. Jika lebih jelek maka masuk golongan yang binasa. Peringatan dilakukan sebagai ikhtiar untuk merefleksikan bersama baik dari sisi kebijakan pemerintah, pemegang modal, owner perusahaan, sampai komitmen untuk berbuat lebih baik dari sebelumnya.

Apa kaitannya dengan Ramadhan? Adakah semangat Ramadhan yang dapat dijadikan sebagai pijakan untuk berbuat lebih baik untuk profesi ini. meskipun tidak langsung sebab akibat saya pikir ada baiknya kita mengkaji perilaku-perilaku positif yang ada dalam bulan Ramadhan yang dapat dijadikan refleksi memperingati hari buruh dunia ini.

Pertama, ramadhan mengajarkan pengendalia diri. Puasa yang diwajibkan bagi umat beriman pada bulan ini bertujuan sebagai latihan pengendalian diri. Mengendalikan dari makan dan minum yang halal disiang hari, dan tidak berlebihan pada malam harinya. Pengendalian diri adalah pengekangan keinginan-keinginan yang ada pada diri, dan hanya mengoptimalkan kebutuhan saja.

Hikmahnya adalah bahwa hidup itu seharusnya disandarkan pada kebutuhan bukan pada keinginan. Sebagai pekerja tentu memenuhi kebutuhan harus didahulukan daripada sekedar memenuhi keinginan dan kesenangan semata. Kesejahteraan yang bisa jadi tidak kunjung datang dikarenakan kita hidup pada keinginan bukan pada kebutuhan. Tentu hak dan kewajiban disini harus diseimbangkan baik dari pemerintah ataupun dari pekerja itu sendiri. Pemenuhan atas hak-hak buruh dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan hidup oleh buruh itu insyaallah akan mengantarkan pada kesejahteraan. Inilah hikmah ramadhan yang pertama berupa pengendalian diri.

Kedua, ramadhan mengajarkan untuk disipin. Disiplin adalah kunci kesuksesan dalam segala bidang. Disiplin waktu, disiplin pekerjaan, dan bentuk disiplin lainnya harus menjadi motto kita dalam bekerja. Selama ramadhan kita diajari oleh Allah bagaimana kita disiplin waktu, kapan waktu untuk sahur, sholat, berbuka, dan sholat taraweh. Begitupun dengan dunia pekerjaan, harus selalu dikedepankan yang namanya disiplin itu.

Ketiga, target yang jelas. Setiap pekerjaan harus selalu ditetapkan target yang akan dicapai. Ramadhan mempunyai perencaan yang mapan dalam hal ini. Baseline orang puasa ramadhan adalah orang beriman, targetnya adalah muttaqien. Proses puasa menentukan apakah target tersebut dapat dicapai atau tidak. Begitu juga dengan dunia profesi atau pekerjaan. Target yang sudah ditetapkan dengan baseline dan indicator yang jelas harus dilaksanakan dengan proses yang sungguh-sungguh. Pemenuhan proses dan kesungguhan menjalaninya akan mampu mengantarkan pada target capaian yang sudah ditetapkan tersebut.

Keempat, selalu disandarkan pada Allah SWT. Reward Puasa ramadhan sangat misterius. Seluruh amal ibadah itu untuk mereka yang beribadah, tidak dengan puasa, puasa ini untuk-Ku, kata Allah SWT. Artinya adalah kita tidak tahu berapa reward yang akan didapat dari proses yang dijalani ini. Dunia profesi memang dikenal dengan profesionalisme. Kerja apa dapat apa dan berapa. Demikian selalu dikedepankan. Hal demikian wajar dan sangat manusiawi. Tetapi sebagai muslim alangkan baiknya jika itu tidak ditaruh dihati. Kita kedepankan bahwa bekerja itu sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. 

Kita renungkan firman Allah SWT dalam QS At Taubah ayat 105 ini “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Inilah kira-kira pendapat subjektif saya bagaimana Ramadhan mengajarkan kita untuk terus bekerja lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Selamat Hari Buruh. Semoga kita terus bahagia.

***

*)Oleh: Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unisma. Kepala BAKAK UNISMA. Anggota Pengurus PW LP Maarif PWNU Jawa Timur. Alumni PP Nurul Jadid, Probolinggo.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-3 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES