Maleman, Tradisi 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan

TIMESINDONESIA, MALANG – Sepuluh hari terakhir pada bulan ramadhan dapat dikatakan sebagai hari yang istimewa, sebab pada hari-hari tersebut masyarakat meyakini akan turunnya malam lailatul qadar, malam yang disebut dengan seribu malam dan ibadah yang dilakukan pada malam lailatul qadar akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah swt.
Masyarakat jawa khususnya yang menetap di kampung memiliki adat untuk menyambut malam lailatul qadar yang disebut dengan maleman. Tradisi maleman ini dilakukan dengan berbagai macam cara sesuai dengan adat daerahnya masing-masing. Seperti di Malang, 10 hari terakhir dilakukan dengan cara kenduri atau membaca kalimah-kalimah thayyibah di musholla-musholla ataupun masjid-masjid menjelang buka puasa atau usai melaksanakan sholat tarawih.
Advertisement
INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id
Tradisi maleman atau biasanya disebut dengan selikuran ini diyakini sudah ada sejak awal penyebaran Islam oleh Wali Songo di tanah jawa. Meleman sengaja diperkenalkan kepada masyarakat jawa sebagai salah satu metode dakwah sesuai dengan adat istiadat orang jawa agar bisa diterima dengan baik. Dari istilahnya maleman atau selikuran ini dilaksanakan pada malam-malam ganjil bulan ramadhan yaitu malam 21, 23, 25, 27 dan malam 29.
Acara ini melibatkan seluruh warga desa yang melaksanakan ibadah puasa, pada malam-malam tersebut masyarakat berbondong-bondong membawa ambeng dengan berbagai macam lauk pauk yang akan dihidang untuk menu buka puasa bersama di musholla ataupun masjid
Dalam tradisi maleman ini mengajarkan kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt, memperbanyak sedekah dan semakin menggiatkan ibadah-ibadah sunnah mengingat bulan ramadhan akan segera berakhir dan juga tradisi ini adalah tradisi yang mulia sehingga pada sepuluh hari terakhir masyarakar berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Inilah hikmah dari tradisi maleman atau selikuran yang selalu mengakar di hati masyarakat Indonesia khususnya masyarakat jawa.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id
Seiring dengan berkembangnya zaman, tradisi maleman juga mengalami perkembangan yang sangat bagus, jika dahulu maleman hanya dilakukan dengan acara kenduri, saat ini tradisi maleman dilakukan dengan acara khotmil qur’an yang melibatkan anak-anak yang bertujuan untuk menumbuh rasa cinta kepada masjid, membaca sholawat nariyyah, tausyiyyah dan do’a yang dilanjutkan dengan buka bersama.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA KUNJUNGI www.unisma.ac.id
*)Penulis: Shofiatul Janah, M.HI, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : AJP-5 Editor Team |
Publisher | : Rochmat Shobirin |