Kopi TIMES

Survival

Rabu, 20 Mei 2020 - 13:34 | 112.46k
Letkol Infanteri Krisna Pribudi, Dandim 0412/Lampung Utara
Letkol Infanteri Krisna Pribudi, Dandim 0412/Lampung Utara
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTASAAT itu di awal April, dua orang warga telah terkonfirmasi positif terjangkit Covid-19, dan karena alasan hukum kita sebut saja si A dan B, dua warga di distrik C.

Untuk ukuran kehidupan di era sekarang, prinsip hidup si A dan B cukup sederhana, “Jalani hidup, mati di tangan Tuhan!” Dengan prinsip itu, si A dan B terlalu “bandel” untuk bisa berdiam diri di rumah sebelum terkonfirmasi, mengingat mereka berdua tidak sejak awal berada di Distrik C, melainkan beberapa waktu sebelumnya mereka berada di Distrik D yang berstatus transmisi lokal.

Advertisement

SARS-CoV-2, begitu para ilmuwan kesehatan menamai jenis virus penyebab Covid-19 ini, pada kenyataannya adalah jenis virus yang kesekian kalinya secara evolusioner berpindah inang dari hewan ke manusia. Meskipun belum ada penelitian yang pasti apa dampak si virus bagi inang hewan aslinya, tetapi mungkin saja, bagi si hewan itu hanya sekedar memberikan efek yang biasa-biasa saja.

Setidaknya melalui penelitian yang mungkin sulit untuk kita pahami, virus ini dapat dikatakan “adaptif” Hugh Glass (1783 – 1833) dan Aaron Ralston (1975 - sekarang) adalah contoh manusia yang mampu bertahan hidup di lingkungan dan situasi ekstrem sehingga kisahnya diadaptasi ke film layar lebar The Revenant dan 127 hours. Dan masih banyak kisah dan sejarah mencatat kemampuan manusia bertahan hidup yang terlihat
tidak mungkin, tetapi terjadi.

Ada hal yang dimiliki manusia tetapi tidak dimiliki mahluk hidup lainnya; pengetahuan dan akal. Mungkin sebab itu pula, Tuhan menjadikan manusia sebagai mahluk hidup yang paling adaptif.

Singkat cerita, si A dan B di distrik C dikarantina dengan tanpa gejala sedikit pun, setidaknya sampai hari ini dan besar harapan sampai dinyatakan sembuh. Mereka beradaptasi melebihi kemampuan si virus beradaptasi. Satu hal yang mungkin sangat berpengaruh adalah bersikap positif. Mungkin prinsip hidup tadi membawa suatu “efek plasebo” si A dan B untuk bertahan dari Covid-19 yang bertengger dalam sel-sel tubuhnya.

Sejarah mencatat bagaimana manusia dapat bertahan menghadapi semua bencana di dunia, baik wabah, bencana alam bahkan perang sekalipun, walaupun ada pergeseran nilai kearifan dan cara hidup. Mungkin itulah mengapa seorang tentara tidak pernah berlatih dengan skenario kalah, bahkan dalam situasi terburuk sekalipun.

One thing will not change – we will be going out to win” (David Beckham)

 

***

* Penulis Letkol Infanteri Krisna Pribudi, Dandim 0412/Lampung Utara

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES