
TIMESINDONESIA, BANGKALAN – Satu minggu ini kita disuguhkan berita tentang para petani sayur membuang dan membagikan sayur gratis karena hasil panennya tidak laku. Peristiwa tersebut setidaknya menggambarkan bahwa posisi petani masih rentan dengan perubahan dan tekanan pasar.
Banyak hal sebenarnya yang bisa dilakukan untuk melindungi sekaligus memberdayakan petani sayuran. Terutama dalam hal pengolahan hasil produk sayuran dan upaya meningkatkan nilai tambah produk sayuran.
Dari segi kesehatan sayuran yang berwarna hijau memiliki banyak kandungan vitamin C dan B kompleks, zat besi, kalsium, magnesium, fosfor, betakaroten, dan serat, sehingga sangat bermanfaat bagi tubuh. Akan tetapi hasil pertanian juga mempunyai kelemahan yaitu mudah rusak. Oleh karena itu perlu penanganan yang tepat mulai dari pemanenan sampai dengan dikonsumsi oleh masyarakat.
Salah satu cara untuk meningkatkan umur simpan sayuran adalah dengan melakukan sistem rantai dingin (Cold Chain) yang merupakan bagian dari supply chain. Rantai dingin merupakan sistem rantai pasokan produk dengan pengaturan suhu optimum produk selama proses distribusi yang bertujuan untuk memperpanjang umur sayuran.
Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah suhu berapa sayuran itu dapat bertahan, karena karakteristik masing-masing sayur berbeda. Para petani yang tergabung dalam kelompok tani dapat bekerja sama dalam menerapkan sistem rantai dingin dan memasarkannya langsung ke konsumen. Ada beberapa startup bidang pertanian yang berhasil antara lain: TaniHub, Limakilo, Karsa, Eragano, Kecipir, Sikumis, iGrow, CI-Agriculture, PanenID dan lain lain.
Selain itu, untuk meningkatkan nilai jual sayuran adalah dengan melakukan pengolahan untuk memberikan nilai tambah (value added) terhadap sayuran. Ada beberapa cara untuk memberikan nilai tambah sayuran. Kubis diolah menjadi pikel baik setengan jadi maupun produk jadi, dengan penambahan garam dan diawetkan secara asam, dengan penambahan gula dan rempah-rempah sebagai bumbu serta bisa dilakukan tanpa fermentasi, setengan fermentasi, dan fermentasi lengkap.
Selain itu kubis dapat dikeringkan dengan menggunakan freeze-dryer menjadi produk kering akan tetapi proses ini membutuhkan investasi yang besar, sehingga hanya cocok khusus produk ekspor. Sedangkan pengeringan dan pengalengan kubis dapat dilakukan dengan mendirikan pabrik mini oleh kelompok tani.
Wortel dapat diolah menjadi sirup, manisan, jus, pure, kering wortel, dan tepung. Selain itu wortel juga dapat diolah menjadi preserve dengan cara dipotong secara merata, ditusuk dengan garpu dan dipanaskan dengan api kecil sampai lunak dan dikeringkan, kemudian ditambahkan larutan gula, asam sitrat dan dipanaskan hingga mengental, didiamkan selama 2 hari, rebus kembali dan dikemas.
Kentang diolah menjadi keripik, kentang beku, tepung, dan kerupuk. Selain itu kentang juga dapat diolah menjadi mashed potatoes, akan tetapi produk ini masih asing di Indonesia. Cabe dikeringkan menjadi bubuk cabe dan cabe kering, selain itu bisa dijadikan minyak cabe, akan tetapi investasi yang dibutuhkan sangat besar sehingga cocok untuk produk ekspor.
Tomat diolah menjadi saos, permen tomat dengan cara di keringkan menggunakan oven. Bawang daun dapat dikeringkan untuk produk mie instan dan sup instan, selain itu dapat diolah menjadi flake dan dipasarkan sebagai bumbu dapur instan.
Dan masih banyak cara dan inovasi yang bisa dilakukan agar produksi petani sayur punya nilai tambah. Diharapkan dengan adanya penambahan nilai pada sayuran akan dapat membantu para petani dalam memasarkan produknya serta menutupi biaya produksi. Sehingga ketersediaan sayur nasional dapat tercukupi dan berkelanjutan serta perekonomian dapat tumbuh kembali meskipun dalam pandemi Covid-19. (*)
Advertisement
*) Penulis: Khoirul Hidayat, ST., MT., IPM, Koordinator Program Studi Teknologi Industri Pertanian Universitas Trunojoyo Madura dan Konsultan UMKM
Email : [email protected]
HP : 085648876060
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |