
TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Bukan lagi menjadi hal yang baru jika kita pergi ke suatu tempat menggunakan sepeda. Tetapi di masa pandemi COVID19 ini, sepeda adalah salah satu tranportasi yang sedang dianggap baru dan ramai digunakan untuk menuju New Normal. Pembatasan kegiatan luar rumah yang tadinya membuat jalanan terlihat sepi dan lengang, kini mulai dipenuhi dengan pemandangan ramai para pesepeda yang bukan hanya sedang menyalurkan hobinya, tetapi juga berolahraga karena dianggap mampu meningkatkan daya tahan tubuh serta kebugaran, sekaligus menjadi sarana hiburan setelah beberapa bulan ini hanya tinggal di rumah saja.
Pengendara sepeda juga bukan hanya orang dewasa, melainkan dari segala kalangan, baik itu anak-anak hingga dewasa. Tak hanya pagi hari, masyarakat kini nampaknya tengah menikmati bersepeda di sore bahkan malam hari, sembari mampir sejenak ke tempat-tempat yang dirasa cocok untuk beristirahat sekaligus mengobrol sambil makan dan minum.
Advertisement
Bersepeda memang asyik apalagi jika dilakukan beramai-ramai dan mengajak keluarga ataupun kerabat dekat. Tapi apakah dibenarkan, jika mengendarai sepeda menuju New Normal tanpa mematuhi peraturan protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah?
Kita dapat lihat di jalanan, para pengendara sepeda mematuhi dengan baik perintah untuk menggunakan masker, berjarak satu sama lain, dan tidak berlama-lama mampir ke tempat-tempat hiburan seperti mall dan kafe. Tetapi tak sedikit pula pengendara sepeda yang kita saksikan, melanggar peraturan-peraturan tersebut.
Bersepeda dengan asyik tanpa menggunakan masker, mengobrol dengan kerabat sambil beristirahat di kafe tanpa menjaga jarak, bahkan hingga saling bersalaman ataupun berkontak fisik satu sama lain. Memang New Normal adalah masa transisi dari kegiatan di rumah saja, menjadi kegiatan yang lebih produktif di luar rumah. Akan tetapi, bagaimana jika kegiatan di luar rumah itu bukanlah kegiatan yang mendesak, penting, ataupun darurat? Sepertinya masih banyak yang harus belajar banyak mengenai New Normal, terutama untuk masyarakat yang sedang sangat gemar bersepeda keliling kota.
Mengendarai sepeda menuju New Normal memang baik bagi kesehatan fisik, dan baik juga bagi kesehatan lingkungan dengan tidak menambah jumlah polusi udara yang disebabkan oleh asap kendaraan bermotor. Tetapi harus diperhatikan bahwa New Normal tidak berarti normal. New Normal dapat dikatakan sebagai episode yang baru dari serangkaian cerita. Dengan pemain yang sama, tetapi memiliki isi cerita yang berbeda dan lebih baik.
Bukan tidak mudah untuk tetap patuh kepada anjuran pemerintah di tengah asyiknya kegemaran baru dalam merayakan era New Normal ini. Bersepeda dengan benar di lajur yang telah tersedia, tidak bergerombol, tetap menjaga jarak, minimalisasi kontak fisik, membawa alat kebersihan mandiri seperti hand sanitizer atau disinfektan, menggunakan masker, serta tidak berlama-lama menetap di tempat hiburan seperti mall dan kafe.
Jika tak mampu mengindahkan protokol kesehatan, alih-alih olahraga untuk memperkuat daya tahan tubuh, bisa-bisa malah menularkan atau tertular virus yang ada. Sudah sepantasnya sebagai manusia yang toleran dan berakal sehat, kita mempedulikan sesama mulai dari hal-hal kecil sampai hal yang besar sekalipun. Peduli terhadap diri sendiri adalah salah satu bentuk peduli terhadap sesama. Patuhilah peraturan yang ada, dan bijaklah dalam mengendari sepeda menuju New Normal. (*)
***
*)Oleh: Bening Sasaningtawang, S.I.Kom, Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi UGM.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |