
TIMESINDONESIA, MALANG – Sudah lama rasanya kuliah tanpa tatap muka dengan dosen. Dari relung hati mahasiswa yang paling dalam menginginkan berdiskusi memperdalam ilmu di dalam ruang perkuliahan. Terbenturnya dengan wabah yang tidak asing lagi di telinga kita. Segala sarana dan prasarana digunakan oleh dosen untuk tetap menjalankan aktivitas belajar bagi mahasiswa. Belajar di rumah rasanya sangat berat bagi mahasiswa dan tidak menutup kemungkinan bagi dosen.
Power Point Teks (PPT) merupakan salah satu media yang tidak pernah ketinggalan dari aktivitas belajar mulai lahirnya sampai sekarang. Kerap kita temui media ini selalu digunakan dalam ruang diskusi, seminar, presentasi, dan tentunya ruang perkuliahan. Media ini sungguh sangat familiar dengan mahasiswa. Selain mudah dalam pembuatanya bisa juga dikatakan media yang simpel.
Advertisement
Melihat kondisi saat ini, media ini rasanya kurang menarik untuk dijadikan sarana belajar. Walaupun di Indonesia sendiri media ini merupakan alat pembejaran yang lumayan banyak peminatnya. Namun dengan diterapkannya belajar di rumah kebosanan melihat media ini bermunculan dari mahasiswa. Tidak hanya itu, beban dalam memahami isi media yang terkandung di dalamnya kadang kala berupa poin-poin nya saja (namanya saja Power Point).
Segala bentuk pembelajaran dikemas dalam media ini mulai dari game dalam belajar, materi, dan bahkan tugas. Apalagi mata kuliah yang ditempuh dalam perkuliahan bisa mencapai 2 sampai 4 mata kuliah per harinya. Media ini sebenarnya perlu penunjang metode lain, kurang efektif jika hanya di berikan kepada mahasiswa tanpa diberikan penjelasan secara mendetail oleh dosen.
Mahasiswa saat ini bukan hanya bosan, mungkin kenyang dengan media ini. Sebelum tidur memahami PPT, bangun tidur melihat PPT, dan bahkan jika akan melakukan aktivitas lain, punya tanggungan terhadap PPT ini. Beratnya, mahasiswa dituntut harus memahami dengan keterpaksaan. Saat ini seolah media ini mejadi sumber ilmu dari mahasiswa, yang sebenarnya media ini punyak banyak kekurangan.
Dengan pembuatannya yang mudah, kondisi yang memberatkan bagi mahasiswa tertutupi, yang secara realita sedikit sekali pengaruh media ini terhadap pemahaman mahasiswa. Media semacam ini sebenarnya perlu direnovasi ataupun direkontruksi kembali agar menampilkan hal yang menarik, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang bukan hanya sekedar menyampaikan materi.
Tantangan bagi dosen tentunya sangat berat, selain mempersiapkan materi yang akan disampaikan juga media yang cocok dengan materi, apalagi masalah kondisi. Situasi dan kondisi hari ini perlu dipertimbangkan. Selain itu, tidak semua mahasiswa senang dengan media ini. Ada yang suka mendengarkan, melihat, dan juga kolaborasi antara keduanya. Tantangan semacam ini tentunya sangat berat baik dosen maupun mahasiswa. Belajar sejatinya, tidak hanya dibebankan kepada mahasiswa semata seharusnya, karena kembali ke hakikat belajar tidak hanya pada seorang pelajar. Jargon di manapun dan kapan pun bisa belajar seharusnya menjadi prinsip dalam belajar.
Kebanyakan dosen yang memiliki kedudukan sebagai fasilitator bagi mahasiswa melihat kondisi tersebut sepertinya bodo amat, bahkan asal kewajibannya sudah gugur. Padahal, secara kodratnya tanggung jawab moral lebih berat dibanding yang lainnya. Pemahaman mahasiswa akan isi media ini dengan kondisi wabah yang sedang melanda tentunya sangat sedikit, ditambah dengan kesibukan di tempat kediamannya masing-masing, ketemu dengan teman lama, saudara, dan sebagainya, akan menjadi penghambat untuk fokus memahami isi yang terkandung di dalamnya.
Banyak ungkapan hati mahasiswa dengan menyudut pada media ini. Hal yang kurang elok didengar oleh telinga dilontarkan. Kami bosan makan PPT, kami sudah kenyang dengan PPT, dan pacar kami adalah PPT. Ini harusnya menjadi pukulan bagi dosen. Ketika melihat dengan banyak ragam media yang tersedia dalam era ini, Media Power Point Teks (PPT) rasanya sudah jadul alias ketinggalan zaman. Penghambat untuk mengikuti perkembangan zaman saat ini, kadang kala ditemukan juga pada kemampuan dari dosen yang memandang media ini sangat efektif, padahal bagi kalangan mahasiswa sudah tidak laku.
Persiapan dan pembekalan oleh pihak kampus ataupun pemerintah seharusnya terus digencarkan. Zaman telah menuntut kita untuk menyesuaikan dengannya, tunduk memang tidak boleh, mengendalikan tentunya harus apalagi dalam masa pandemi wabah ini. Mahasiswa dengan PPT rasanya tidak bisa bersahabat dengan akrab dalam belajar. Perlu adanya inovasi baru khususnya dosen untuk tetap menjalankan perkuliahan dengan apapun kondisinya.
***
*) Oleh: Ahmad Mashafi, Mahasiswa Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |