Kopi TIMES

Eksistensi Radio Belum Berakhir

Minggu, 28 Juni 2020 - 01:12 | 168.76k
Putra Mangaratua Siahaan, S.Sos, Pemerhati Sosial, Alumnus Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. (Grafis: TIMES Indonesia)
Putra Mangaratua Siahaan, S.Sos, Pemerhati Sosial, Alumnus Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. (Grafis: TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SUMUT – Beberapa dekade lalu, radio merupakan media primadona sebagai media  hiburan. Radio mendapat tempat di masyarakat, mulai dari awal kemerdekaan hingga medio 1990-an. Untuk mendapatkan informasi yang aktual, dan murah radio cukup untuk memenuhi itu semua.

Dikemudian hari, saat televisi sudah mulai hadir,  radio masih belum bisa tergantikan. Harganya yang murah membuat hampir seluruh rumah-rumah memiliki pesawat radio. Kampung-kampung yang belum dialiri listrik pun bisa mendengarkan radio berbekal baterai sebagai pengganti listrik. 

Advertisement

Masyarakat berpenghasilan cekak dipastikan mampu memilikinya. Radio tak ubahnya televisi. Hanya saja, radio cuma bisa didengarkan, sedangkan televisi memiliki gambar visual.

Radio sempat digemari karena tak melulu berisi informasi berita dan program musik. Seperti halnya televisi, radio memiliki program-program siaran yang dikemas semenarik mungkin. Bila di televisi kita mengenal namanya Sinema Elektronik atau disebut Sinetron,  radio juga  memiliki program yang dinamakan sandiwara radio.

Sandiwara Radio adalah sebuah pertunjukan drama, murni hanya menampilkan dialog suara dan musik backsound yang disiarkan di radio. Karena tidak mengandung komponen visual, Sandiwara Radio mengandalkan dialog, musik dan efek suara untuk membantu para pendengar membayangkan penokohan dan jalan cerita. 

Salah satu sandiwara radio yang saya (penulis) ingat adalah “Serigala Setan.” Kisah laga tentang dunia jagoan pendekar. Sandiwara radio berjudul Serigala Setan ini dipromosikan, layaknya sebuah produk. Saat itu, disetiap sudut jalan menampilkan poster-poster yang menyerukan ajakan mendengarkan dan jadwal tayang sandiwara radio sampai poster-poster berisikan ilustrasi tokoh-tokoh cerita pada sandiwara radio tersebut.

Seiringnya perkembangan zaman, di tengah kemajuan teknologi dan banyaknya alternatif hiburan, radio tampaknya masih memiliki penggemar, walau tak seperti dulu lagi.  Radio dapat dinikmati sambil tetap melakukan aktivitas lainya, ini merupakan salah satu keistimewaan radio hingga tetap eksis sampai saat ini. 

Sejak pertama kemunculan televisi, radio diprediksi bakal punah. Nyatanya radio masih tetap eksis. Malahan tema siaran radio tampil lebih atraktif. Komunikasi dua arah antar penyiar dan pendengar membuat radio tetap diminati. Kalau dulu radio hanya media komunikasi satu arah, seiring perkembangannya, radio menjadi media dua arah yang cukup efektif.

Radio mampu membahas hal-hal yang jadi tren saat ini dengan membuka layanan telepon interaktif kepada pendengar. Dulu sebelum banyaknya telepon seluler, radio menjual kupon-kupon untuk ditulis pendengar dan akan dibacakan saat siaran berlangsung.  Untuk mengimbangi media populer lainnya, radio yang sudah mapan membuat live streaming di website mereka.  Siaran didengarkan secara langsung di radio dan ditayangkan secara audio visual di website yang mereka miliki.  Gaya dialog yang menjadi ciri khas radio kini bisa kita rasakan visualnya, tak ubahnya acara talk show di televisi.

Kekuatan radio terletak pada keefektifannya dalam menyampaikan pesan ke masyarakat dengan gaya komunikasi yang unik. Radio-radio lokal menyampaikan informasi menggunakan bahasa lokal yang sudah menjadi ciri daerah masing-masing. Mungkin karena bersifat dan berkarakter lokal, membuat radio didaerah tetap hidup walaupun minim pendengar.

Siaran radio bisa menyasar ke semua lapisan masyarakat.  Luasnya jangkauan dikarenakan infrastruktur radio mampu mencapai pelosok-pelosok kampung, menjadikan masyarakat merasa dekat dengan radio. Radio mempunyai beragam fungsi yang berdampak positif kepada pendengarnya, sebagai alat penghibur, penyebar informasi, dan sarana penyampai edukasi. Era multimedia tidak lantas membuat posisi radio terlupakan.

Tampaknya eksistensi radio lebih dirasakan lagi dikota-kota besar. Radio dikota-kota besar biasanya  lebih bisa menebak target pasar. Tak jarang radio terlibat di even-even besar hiburan. Bahkan radio di kota besar mampu menjadi tren maker. Acara-acara di televisi juga banyak berawal dari acara di radio.

Misalnya, radio Prambors yang telah melahirkan Warkop DKI. Program televisi acara-acara reality show juga banyak yang awalnya berasal dari Radio,  acara “Katakan Cinta” misalnya. Karena mampu melahirkan tren, kadang radio juga melakukan off air event, semacam festival band sampai lomba cipta lagu populer.

Uniknya lagi radio paling digemari para pengendara mobil. Pengendara mobil biasanya menyalakan radio sambil menikmati kemacetan. Lagu-lagu yang disiarkan sudah terseleksi tanpa harus bikin list lagu sendiri. Radio mampu menjadi pilihan terbaik dalam menemani pengendara diperjalanan. Topik siaran juga terbilang cukup menarik untuk diperdengarkan karena membahas yang menjadi trending saat ini.

Pengendara mobil merupakan pendengar setia radio yang masih mampu bertahan. Jika seandainya mobil tak banyak berseliweran dijalan, dapat dipastikan radio diambang kepunahan. Mungkin juga radio ditakdirkan hanya untuk pengendara mobil saja. Karena saat ini hanya merekalah penggemar radio yang paling konsisten. Entahlah, mungkin saja hal ini hanya kebetulan semata. Waktulah yang nanti menjawab sejauh mana radio mampu bertahan ditengah gempuran zaman.

***

*)Oleh: Putra Mangaratua Siahaan, S.Sos, Pemerhati Sosial, Alumnus Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES