
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dari sayyidina Al-Abbas bin Abdul Muttalib ra, dia pernah memandang Rasulullah dengan pandangan yang tidak seperti biasanya.
Melihat itu, Nabi bertanya: "Ada apa wahai paman?"
Advertisement
Al-Abbas: "Ketika Halimah mengendong kamu, waktu itu usiamu empat puluh hari, aku melihah kamu dan rembulan saling berbicara dengan bahasa yang tidak aku mengerti"
Nabi: "Wahai paman, aku meraskan sakit di bagian kanan kain gendonganku yang terasa menjepit. Dan saat aku mau menangis, rembulan tiba-tiba bicara padaku: "Jangan menangis wahai kekasih Allah. Jika saja setete saja linangan air matamu jatuh ke bumi, maka Allah akan merubah hamparan tanah yang subur menjadi gersang lagi tandus"
Sayyidina Abbas terkagum keheranan mendengar itu, seraya memukulkan satu tangan dengan tangan lainnya.
Nabi: "Mau diteruskan, wahai paman?
Abbas: "Iya"
Nabi: "Kemudian aku meraskan sakit di bagian gendongan sebelah kiri. Aku mau menangis. Lalu rembulan berkata: "Jangan menangis wahai kekasih Allah. Kalau sampai air matamu jatuh ke bumi, maka semua hamparan bumi menjadi tandus dan gersang sampai hari qiamat"
Aku pun diam tidak menangis. Karena kasihan akan umatku"
Abbas: "Kamu sudah mengerti itu di usia empat puluh hari?
Nabi: "Wahai paman, demi Dzat Yang diri ini ada dalam kekuasaan-Nya, aku bisa mendengar suara pena (qalam) di Lauhil Mahfudz, meski pun aku masih dalam gelapnya perut (kandungan)"
Nabi: "Aku teruskan lagi, wahai paman?"
Al-Abbas: "Iya"
Nabi: "Demi Dzat Yang diri ini berada dalam kekuasaan-Nya, Allah telah menciptakan 124 ribu nabi. Kebanyakan mereka tahu kalau menjadi nabi setelah usia empat puluh tahun. Kecuali aku dan Isa bin Maryam yang sudah bisa berbicara ketika masih bayi: "Aku adalah Abdulllah yang diberikan kitab oleh Allah"
Nabi: "Aku tambah lagi, pama?"
Al-Abbas: "Iya"
Nabi: "Ketika aku dilahirkan pada malam Senin, Allah menciptakan tujuh gunung di tujuh langit, dan memenuhi gunung-gunung tersebut dengan para malaikat yang tiada terhitung jumlahnya. Mereka terus bertasbih dan mensucikan Allah sampai datangnya qiamat. Ganjaran bacaan para malaikat itu dipersiapkan bagi hamba yang ketika aku disebut, hamba itu merasakan getaran dalam tubuhnya dan secara spontan bersolawat kepadaku"
صلى الله على سيدنا وحبيبنا وشفيعنا ومولانا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
-------------
Dinukil dari kitab Al-Hawi Lilfatawa, karya sayyid Jalaluddin As-Suyuti.
***
* Penulis adalah Zulfan Syahansyah Dosen Aswaja Pascasarjana UNIRA Malang
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Rizal Dani |