
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Maraknya kasus begal sepeda akhir-akhir ini ternyata cukup meresahkan. Keinginan untuk sehat mesti berbenturan dengan realitas pelaku begal yang juga ingin memperoleh fast money dengan mudah. Bagi pelaku begal sepeda, merampas harta benda korban yang sedang mengendarai sepeda memang mudah, cukup dengan naik motor dan mengambil tas yang digantung di sepeda, atau menodong dan kemudian kabur dengan sepeda motor dapat terjadi dalam waktu singkat.
Korban pun tidak akan bisa mengejar, apalah daya sebuah sepeda yang dikayuh melawan motor yang dalam sekejap bisa kabur dan menghilang. Berdasarkan data dari Polda Metro Jaya, tercatat ada 12 laporan kasus begal sepeda yang terjadi selama kurun waktu September-November 2020. Dari 12 laporan tersebut, sudah terungkap 50 persen nya atau sekitar 6 (enam) laporan polisi kasus begal yang sudah terungkapdengan 10 tersangka yang sudah ditangkap.
Advertisement
Maraknya kasus begal juga berdampak pada orang-orang yang mengendarai sepeda mahal, yang berasal dari Inggris yang harganya naik secara signifikan. Disinilah rupanya hukum ekonomi yang kita pelajari waktu sekolah ternyata benar adanya. Permintaan naik, barang sedikit mengakibatkan harga pun juga naik secara tidak masuk akal. Tapi patut disyukuri juga, bahwa di era pandemi ternyata toko-toko sepeda dan penjual sepeda perorangan juga laris manis.
Kembali ke soal begal sepeda tadi, rasa was-was tersebut dapat menjadi sebuah pukulan. Ketika orang merasa tidak aman bersepeda, pada akhirnya bersepeda akan kembali ditinggalkan dan kembali menggunakan kendaraan bermotor. Padahal, bersepeda banyak manfaatnya. Oleh karena itu, jaminan keamanan dalam bersepeda perlu menjadi prioritas aparat keamanan. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri, di dalam setiap peristiwa terdapat peluang usaha.
Minimnya jaminan aparat keamanan, memunculkan trend bisnis baru yakni pengawalan konvoi sepeda yang dilakukan oleh komunitas ojek online (ojol). Ini tentu bisa menjadi alternatif bagi pesepeda yang ingin terus melakukan kegiatannya. Tapi bagaimana dengan pesepeda yang tidak memiliki uang? Apakah tidak berhak dapat pengawalan dan jaminan keamanan?
Solusi lainnya ada yang membuat tulisan untuk ditempel di punggung “saya miskin, jangan dibegal please ☹” dan jenis-jenis tulisan lainnya. Lucu dan kreatif, tapi saya khawatir efeknya malah jadi miskin beneran, hehehe. Belum tentu juga begal membaca dan ambil peduli. Bagi begal, selama anda punya HP atau uang, udah cukuplah, sudah bisa dijual cepat.
Lantas bagaimana solusinya? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, sepeda-sepeda mahal sepertinya perlu dipensiunkan dan dikeluarkan sekali-sekali saja, mulailah gunakan sepeda yang kategori menengah. Walau begal tidak sampai merampas sepeda, tapi tetap ada kemungkinan sepeda nya bisa hilang dicuri. Pasti nyesek khan kalau sepeda seharga puluhan juta hilang. Pasti jadi mikir, mending uangnya dibelikan mobil atau buka franchise usaha, atau dibuat untuk modal kawin, eaaaa.
Kedua, kalau sedang bersepeda siapkan HP cadangan yang kita bawa. Pilihan HP-HP jadul seperti Nokia zaman dulu, yang digunakan untuk menelepon saja sepertinya bisa menjadi alternatif, yang penting bisa digunakan untuk komunikasi khan? Begitu juga dengan dompet, bawa uang secukupnya, jangan berlebihan. Ketiga, kalau bersepeda perhatikan pemilihan waktu, juga rute yang dilewati. Bersepeda malam sebaiknya saat sekarang dihentikan dulu, kecuali sudah punya bekal persiapan. Begitu juga dengan rute yang dilewati, perlu ekstra waspada kalau melewati daerah-daerah sepi. Kalau melewati kerumunan warga, ada baiknya bertegur sapa dan senyum, agar kalau terjadi sesuatu dapat dibantu juga oleh warga.
Keempat, nah ini yang paling penting, bisa juga memasang pelacak pada tas, HP atau benda-benda yang mungkin dirampas oleh begal. Repot? Tidak juga, karena banyak manfaatnya. Kelima, persiapkan ilmu ikhlas. Lho apa maksudnya? Maksudnya, jika suatu saat anda dibegal, alangkah lebih amannya kalau kita merelakan barang yang dirampas, dibandingkan kehilangan nyawa. Ingat kasus pembunuhan di Cibinong terhadap seorang guru ngaji? Itu karena uang Rp 1 juta.
Ilmu ikhlas ini berat, tentu ada ketidakrelaan di dalamnya. Ibarat kata, gampang diucapkan, tapi sulit diimplementasikan. Tapi, ya itu tadi, anda mau hidup selamat atau kehilangan barang yang bisa anda cari lagi? Pilihan ada di tangan anda. Pada akhirnya, mari kita sama-sama berharap agar begal-begal dapat dimusnahkan dari dunia ini. Semoga.
***
*)Oleh: Mohamad Fajri Mekka Putra; Praktisi Hukum dan Pemerhati Masalah-masalah Sosial.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
***
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |