Kopi TIMES

Sinergi Public Relations dan Influencer

Selasa, 22 Desember 2020 - 23:21 | 143.63k
Ch Kurnia Dyah Marhaeni S Sos MM., Wakil Ketua Pusat Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama (P3MK) ASMI Santa Maria Yogyakarta.
Ch Kurnia Dyah Marhaeni S Sos MM., Wakil Ketua Pusat Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama (P3MK) ASMI Santa Maria Yogyakarta.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Bagi seorang Public Relations (PR) hubungan dengan media (media relations) merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk membantu membangun reputasi positif perusahaan. Berbagai aktivitas media relations menjadi makanan sehari-hari bagi seorang PR atau konsultan PR. 

Pengiriman release ke berbagai media massa, menyelenggarakan press tour, facility visit maupun press conference adalah aktivitas PR yang dilakukan untuk menjalin hubungan dengan para jurnalis. Semua kegiatan diatas menunjukkan adanya sinergi antara Public Relations dengan para jurnalis, PR dapat menyampaikan informasi-informasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas yang tentu dapat membangun reputasi perusahaannya, sedangkan para jurnalis dengan cepat memperoleh berita menarik secara cepat dan resmi dari perusahaan. 

Advertisement

Bagaimana relasi antara Public Relations dengan para jurnalis pada era sekarang ini? Era yang kita kenal dengan disrupsi? Saat era terjadinya inovasi dan perubahan besar-besaran yang secara fundamental mengubah semua sistem, tatanan, dan landscape yang ada ke cara-cara baru. Inilah salah satu kenyataan  di era disrupsi, masyarakat  dihadapkan pada banyak pilihan untuk mencari  informasi yang ingin mereka peroleh atau mereka percaya. 

Jika dulu masyarakat hanya memperoleh berita dari berbagai  media massa seperti koran, tabloid, majalah, radio ataupun televisi saat ini masyarakat dapat memilih dan menyeleksi informasi dari berbagai social media. Jika dulu para jurnalis lah yang menulis berita di media massa, saat ini peran influencer tidak bisa diremehkan. Apa itu influencer? Siapakah yang disebut influencer? Dan seberapa efektifkah influencer mempengaruhi dan mempersuasi masyarakat luas?

Istilah influencer semakin dikenal seiring dengan berkembangnya social media. Secara sederhana influencer adalah orang-orang yang memiliki pengaruh dan diikuti oleh banyak orang di internet. Ucapan dan pendapat mereka seringkali dijadikan patokan untuk memahami industri yang mereka geluti. Influencer adalah orang yang dapat memberikan pengaruh, merwarnai opini publik karena diikuti banyak orang. Mereka memiliki nama dan identitas yang jelas. Mereka aktif dan memiliki skill, aktif, memiliki pengetahuan dan dipercaya sehingga bisa meyakinkan pengikutnya.

Influencer bisa seorang blogger, vlogger, selebgram dan youtuber. Saat ini dari kalangan apapun sangat memungkinkan menjadi influencer dari rakyat biasa, artis, olahragawan, politisi, berbagai profesi hingga para rohaniawan. Sebagai gambaran  Presiden Jokowi memiliki pengikut Instagram sebanyak 21.2 juta. Beliau termasuk salah satu kepala negara dengan follower terbanyak di dunia. Agnes Monica memiliki 47 juta, Raisa dengan 40 juta pengikut, mereka berdua masuk Asia's 100 Digital Star 2020 Forbes. 

Sebuah penghargaan untuk para selebriti Asia Pasifik paling berpengaruh di social media dan keterlibatan pengikut mereka. Forbes juga menyebut mempertimbangkan karya terbaru mereka, dampaknya, serta sokongan iklan juga industri, dan pengakuan atas mereka di level lokal, regional, juga global.

Namun beberapa hal tetap perlu menjadi pertimbangan ketika seorang PR bekerjasama dengan influencer. Pertama, perhatikan jumlah pengikut (follower). Berdasarkan jumlah pengikut influencer dapat dikelompokkan menjadi  nano-influencer (1.000-10.000 pengikut), micro-influencer (10.000-50.000 pengikut), Mid-Tier ininfluencer (50,000-500.000 pengikut) Macro-influencer (500,000 – 1.000.000 pengikut), Megainfluencer (1.000.000 lebih pengikut). 

Semakin banyak followers akan berpengaruh terhadap banyaknya audience yang melihat gambar atau foto beserta captionnya. Kedua, persentase Engagement (keterikatan) antara influencer dengan pengikutnya. Hal ini dapat diketahui dari jumlah likes dan komen yang ada pada setiap postingan influencer. Ingat kembali bahwa seorang influencer merupakan penyambung lidah perusahaan. 

Ketiga, adalah adanya relevansi atau keterkaitan brand dengan cara memilih influencer yang bergerak dibidang industri bisnis yang sama sehingga targer public  lebih tepat sasaran. Keempat, perhatikan akun social media dari influencer, influencer dari instagram  perhatikan followers-nya,  influencer Facebook lihat follower dari Facebook-nya. Perhatikan juga  kecenderungan social media di masyarakat sebagai penentu penggunaan social media. 
Kelima, lihat kembali riwayat feed influencer dengan melihat jenama dari produk apa saja atau perusahaan apa yang pernah bekerja sama dengan influencer untuk memastikan tidak ada kompetitor lain yang menggunakan influencer yang sama. Keenam, perhatikan akun social media dari influencer yang dipilih. Umumnya masyarakat memiliki lebih dari social media seperti Instagram, Facebook, Twitter. Maka carilah influencer yang memiliki pengaruh di banyak media sosialnya.

Untuk saat ini, mana yang lebih baik digandeng seorang Public Relations untuk membantu membangun reputasi perusahaan? Bertahan dengan para jurnalis atau beralih ke influencer?  CEO  Insightpool sebuah perusahaan teknologi informasi yang membantu merek memperluas jangkauan sosial Devon Wijesinghe mengemukakan jurnalis atau wartawan masih memiliki kekuatan untuk trust atau kebenaran informasi, karena mereka bekerja untuk institusi yang menjaga dan mengawal standar tersebut. 

Maka umumya organisasi tersebut melarang wartawan mereka untuk menerima pembayaran dalam bentuk apapun. Bagaimana dengan influencer? Influencer dapat memiliki efek yang sama dengan jurnalis, dengan syarat jika mereka tidak dibayar untuk setiap hal yang mereka posting. "Untuk mencapai tingkat pengaruh yang sama dengan jurnalis, influencer harus meyakinkan pengikut dan pembaca mereka bahwa mereka tidak dibayar".

Bagaimana sikap Public relation? Sudah seharusnya seorang Public Relations atau tim PR perusahaan menggandeng keduanya dalam sebuah perencanaan strategi PR yang terintegrasi. Jurnalis (wartawan) dan influencer, dapat menjadi strategi PR yang powerful sekaligus efektif, jika keduanya diintegrasikan dan dikolaborasikan dengan baik. (*)

***

*) Oleh: Ch Kurnia Dyah Marhaeni S Sos MM., Wakil Ketua Pusat Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama (P3MK) ASMI Santa Maria Yogyakarta.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES