Prank Wali Kota, Surat Terbuka untuk Sam Sutiaji Wali Kota Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Apa kabar Sam Wali...pasti semakin sehat ya..
Kemarin Jalan Basuki Rachmat sebagai kawasan Heritage Kayutangan telah dibuka. Tentu, saya sebagai warga Malang sangat senang.
Advertisement
Mumpung belum selesai kawasan tersebut, apalagi di medsos banyak komentar, saya akan membagi pengalaman.
Pagi, tanggal 22 Desember 2020, saya menyempatkan melihat kawasan itu seperti apa. Saya telusuri dari arah Alun-Alun sampai pintu gerbang Selatan kawasan Kayutangan. Memang trotoar kanan kiri masih dalam pengerjaan. (Wajarlah, yang penting jalur utama sudah terbuka).
Tepat di perempatan Raja Bali, saya asli kaget. Kaget terkait paving yang sama dengan paving yang di bundaran monumen Chairil Anwar, yang entah sudah berapa kali diperbaiki.
Apalagi saya melihat, paving andesit itu di sela-selanya dikucuri semen. Ini pasti cepat rusak. Karena bukan jalan perumahan.
Saat saya melintas, terasa paving bergerak tipis-tipis. Persis paving yang ada di bundaran patung Chairil Anwar. Gesekan dan gerakan membuat bunyinya masuk ke dalam mobil.
Saya maju lagi. Di pertigaan PLN, saya berhenti dan berjalan kaki. Mendekat mengamati paving. Lalu memastikan dengan kondisi bundaran patung Chairil Anwar. Paving bergerak tipis jika dilewati kendaraan roda 4.
Jika semakin sering dilewati kendaraan, maka akan semakin lebar "nat"/jarak antar paving. Apalagi kontur tanah di pertigaan PLN menurun ke utara, sehingga dorongan gaya dari selatan akan mempercepat pergerakan paving andesit tersebut. Akibatnya tentu terus memperlebar "nat"/jarak antar paving.
Saya berpikir, kondisi ini akan semakin parah kalau hujan deras. Apalagi ketika dilewati kendaraan.
Saya percaya paving tersebut sudah diuji. Menurut info, dengan kendaraan seberat 16 ton masih aman.
Padahal nih, kalau mau menguji kekuatan jalan raya yang nantinya akan dilewati juga dengan bus pariwisata, jangan dengan berat 16 ton. Pakailah bus pariwisata yang diisi 40 orang. Atau sekalian dengan bus pariwisata yang tronton dengan berat kurang lebih 25 ton. Ini penting dilakukan karena jalan tersebut pasti dilewati bus-bus pariwisata.
Salah satu teknik mengujinya dengan cara mengerem mendadak. Wali kota boleh pinjam sebentar bus pariwisata yang di Jalan Patimura. Kebetulan ada yang tronton. Isi penumpang yang bisa dianggap wisatawan.
Jalankan dari arah selatan, utara, barat, atau timur. Atau bergantian saja. Kecepatan? Pakai kecepatan dalam kota. Lalu coba mengerem mendadak tepat di paving andesit. Lalu juga tambahan kecepatan.
Anggap bus berjalan tengah malam yang kecepatannya pasti di atas kecepatan dalam kota. Lalu lakukan pengereman mendadak tepat di paving andesit tersebut.
Selanjutnya, tambahan pengujianya. Caranya, bus manuver belok di pertigaan PLN, dari arah utara (Celaket) ke barat (Oro-Oro Dowo). Lalu bisa, dari arah selatan (Kayutangan) ke barat (Oro-Oro Dowo). Bisa juga dari arah barat (Oro-Oro Dowo) ke utara (Celaket) dan dari arah barat (Oro-Oro Dowo) ke selatan (Kayutangan).
Coba ini dilakukan. Jika paving andesit tersebut kuat dan tidak ada perubahan gerak yang berarti, pasti warga Malang yang awalnya merasa kena "Prank" akan berbalik memuji Sam Sutiaji. Dan saya yang hadir saat pengujian akan memberi pernyataan terbuka juga. Bahwa paving andesit yang terpasang ini jauh lebih kuat dari yang terpasang di bundaran patung Chairil Anwar.
Terus terang, saya dan mungkin beberapa warga Malang membayangkannya terlalu tinggi. Saya berpikir, Kayutangan Heritage akan sama dengan Jogja atau Semarang. Di kawasan heritage kabel-kabel dipindah dan ditanam sehingga cantik.
Oh ya, Sam. Sekarang untuk anggaran ya. Saya ambil contoh satu saja, yaitu kota Jogja. Anggarannya di Jogja "hanya" Rp 9,5 miliar. Sedangkan Kota Malang Rp 23 miliar.
Maaf ya Sam. Sekarang kan paling gampang membandingkan, apalagi kalkulasi biaya. Orang awam sudah pinter menghitung.
Sementara ini dulu ya Sam Sutiaji. Masih ada waktu Sam Wali memberi penjelasan. Syukur-syukur paving tersebut kembali diuji dengan keadaan lapangan yang sebenarnya. Jangan seperti yang di bundaran patung Chairil Anwar, yang sering diperbaiki.
Matur Nuwun Sam Wali..
Salam Satu Jiwa Arema!!
*)Penulis: Immanuel U Osijo, Dosen Luar Biasa Fakultas Pariwisata Universitas Ciputra - Surabaya.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |