Kopi TIMES

Ujian Saat Terdzalimi

Jumat, 25 Desember 2020 - 10:31 | 117.38k
Zulfan Syahansyah (Grafis: TIMES Indonesia)
Zulfan Syahansyah (Grafis: TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Kedzaliman (dzulmun) adalah meletakkan sesuatu atau perkara bukan pada tempatnya. Kebalikan dari dzulmun adalah adlun (keadilan). Tidak memenuhi kewajiban diri, atau merugikan hak orang lain merupakan unsur utama kedzaliman. Pelakunya disebut "dzalim", dan objek kedzaliman disebut "madzlum". 

Dalam Islam, seorang madzlum berhak menuntut keadilan atas perbuatan dzalim orang lain kepadanya. Baik hak yang madzlum serta kewajiban yang dzalim, keduanya sama-sama diatur dalam syariat. Panduannya sangat jelas. 

Advertisement

Terlepas dari konsep syariat dalam hal kedzaliman, Edisi Jumat Berkah kali ini akan memaparkan hakekat pelaku, objek serta kedzaliman itu sendiri.

Dalam hal ini, Allah SWT berfirman:
{وجزاء سيئة سيئة مثلها، فمن عفا وأصلح فأجره على الله، إنه لا يحب الظالمين}
"Dan balasan untuk satu kejelekan adalah kejelekan juga. Namun barang siapa yang bisa memberi maaf, dan berbuat lebih baik, maka ganjarannya ditanggung Allah. Sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang dolim" (QS. Asy-Syuro: 40)

Di hadapanmu ada dua pilihan: qisas (menuntut secara hukum), atau memberi maaf. 
Jika memilih jalan hukum, kamu harus adil. Jangan sampai dzalim. Karena Dzat-Nya tidak mencintai orang-orang dolim. 

Toh demikian, harus diingat bahwasanya Allah menyebut upaya penuntutan hukum darimu adalah satu kejelekan juga. Sebagaimana ayat di atas: {وجزاء سيئة سيئة مثلها}.

Jadi tidak ada bedanya antara kamu yang menuntut hukum dengan dia yang menjadi terdakwa; sama-sama melakukan kejelekan.

Akan tetapi jika kamu memilih memberikan maaf, maka sempurnakan hal itu dengan upayamu memperbaiki kejelekanmu dalam sikap awalmu merespon kesalahan orang kepadamu. Hingga kamu layak menerima jaminan pahala dari Allah SWT yang tiada batas

Janji Allah memberi jaminan pahala tiada batas bergantung kadar maaf dan upaya perbaikan (islah) yang kamu berikan. 

Dikisahkan, satu ketika Ali bin Al-Husain ra (cicit Rasulullah SAW) sangat marah kepada budaknya yang tanpa sengaja menumpahkan air dalam timba dan mengguyur wajah sang majikan yang hendak melaksanakan solat.

Melihat majikannya marah, sang budah membacakan ayat:
{الكاظمين الغيظ}
"Orang-orang yang menahan amarah"

Sang majikan pun membalas:
"قد كظمت غيظي"
"Sungguh aku telah menahan amarahku ini"

Si budak meneruskan ayat:
{والعافين عن الناس}
"Dan orang-orang yang memberi maaf kepada sesamanya"

Sang majikan menjawab lagi:
قد عفا الله عنك
"Allah telah memaafkanmu"

Dan lagi-lagi si budak meneruskan firman-Nya:
{والله يحب المحسنين}
"Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik"

Sang majikan lantas berkata:
"اذهبي فأنت حرة"
"Pergilah. Kamu sudah saya merdekakan" (HR. Imam Baihaqi, dalam kitab Sya'bu Al-Iman)

Kisah di atas adalah contoh orang-orang yang faham (fuqaha') Al-Qur'an. Mereka bukan sekedar membacanya, namun sekaligus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tentu itu tidak mudah.

Secara hakekat, Allah lah pelaku tunggal dalam segala hal. Dia lah Yang memberi kemampuan seseorang berlaku dolim. Baik dalam harta, kekuasaan, serta kekuatan. Dan hanya Allah juga lah yang  bisa mengambil kembali kemampuan tersebut kapan saja.

Allah berfirman:
{قل اللهم مالك الملك تؤتي الملك من تشاء وتنزع الملك ممن تشاء وتعر من تشاء وتذل من تشاء بيدك الخير إنك على كل شيئ قدير}
"Katakanlah (Muhammad): Wahai Tuhan Yang Maha Memiliki kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki, dan mencabut kekuasaan itu dari siapa saja yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa saja yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu lah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segalanya" (QS. Ali Imron: 26)

Allah SWT menguji orang yang diberi kekuasaan; bahaimana mempergunakannya. Dan Allah juga menguji orang yang terdzalimi. Apa yang akan dilakukannya untuk menyikapi kedzaliman orang kepadanya; balas dendam, sabar, atau merelakannya.

Sesungguhnya kejelekan orang lain kepadamu, menyebabkan dirimu berada dalam bersamaan Allah SWT. Dan itu tidak lain adalah hadiah bagi kamu yang terdzalimi.
--------------------------

Dinukil dari kitab At-Tafsir Al-Kabir Al-Musamma bi Kunuz Al-Qur'an, karya Imam Salahuddin At-Tijani Al-Hasani ra.


*) Zulfan Syahansyah At-Tijani

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES