
TIMESINDONESIA, MALANG – SAHABAT ngopi pagi, kita terkadang bisa tertipu oleh tampilan luar seseorang. Kelihatannya perlente dan modis, padahal sebetulnya biasa biasa saja. Kita juga sering tertipu oleh casing yang mentereng, ternyata isinya tidak lebih dari yang lain.
Memang bungkus seringkali lebih menarik dari isi. Kita juga terkadang lebih terpesona saat melihat kulit luarnya dulu, sebelum mempelajari isinya. Dulu banyak merk hand phone yang membuat tampilan luarnya sangat menarik, walaupun kualitasnya kurang bagus. Baru dipakai sebentar, sudah rusak.
Advertisement
Begitulah dalam kehidupan juga demikian. Tampilan bisa membuat orang naik kelas dan juga turun kelas. Jika tampilan kita bagus, orang sudah menganggap kita ini berhasil. Begitu tampilan kita terlihat kurang bagus di mata umum, akan langsung identik dengan kekurangberhasilan dalam usaha. Selanjutnya, akan dipandang kurang sepadan untuk Bersama sama dalam komunitas.
Penulis pernah sowan ke sorang kyai yang sangat ‘alim di sebuah kota di Jawa Tengah. Seumpama bertemu di jalan atau di tempat lain, mungkin penulis tidak akan mengenalinya. Rumahnya sederhana, penampilannya juga sederhana. Sehari hari naik sepeda ontel untuk menemaninya berdakwah dan mendidik generasi qur’ani. Kondisi ini membuat penulis malu, karena saat datang sudah dengan persiapan pakaian yang bagus untuk sowan ke ulama. Sungguh kesederhanaan beliau mengagumkan, ditengah kedalaman ilmunya yang sangat bermanfaat bagi ummat.
Ini juga yang bisa didapatkan jika kita belajar dari kehidupan Rasulullah saw. Banyak sekali pelajaran kesederhanaan dalam hidup yang dijalaninya. Rasulullah saw dalam sejarah hidupnya pernah mengalami masa sulit dan masa jaya. Namun demikian, kesederhanaan dan kebersahajaanlah yang selalu mewarnai hari harinya. Tidak pernah berlebihan, dan juga tidak mengeluh dalam kemiskinan dan kesederhanaan.
Rasulullah saw seringkali tidur hanya beralaskantikar dan bantal dari kulit kambing. Meskipun beliau seorang pemimpin dan tauladan bagi ummat Islam. Bahkan terkait urusan makan, Rasulullah saw mengajarkan untuk mengakhiri sebelum kenyang dan memulai Ketika benar benar lapar. Hal ini sebagai upaya menumbuhkan empathy bagi mereka yang belum mampu memenuhi kebutuhannya sehari sehari dengan baik.
Tampilan sederhana juga menunjukkan bahwa dalam memenuhi kebutuhan hidup itu harus sesuai dengan kadar normalnya dan jangan berlebihan, karena Allah swt tidak senang kepada orang orang yang berlebihan. Kedua, adalah pentingnya mensyukuri atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt dalam hidup yang bersifat sementara ini, karena nikmat yang sebenarnya adalah nikmat dalam kehidupan kelak di akhirat yang kekal.
Sungguh merugi apabila kita dalam kehidupan ini tidak mengikuti apa yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah saw. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Allah swt bahwa pada diri Rasulullah saw itu terdapat contoh contoh yang baik. Bagaimana dengan sahabat ngopi pagi semua?
*) Penulis Noor Shodiq Askandar adalah Ketua PW LP Maarif NU Jatim dan Wakil Rektor 2 Unisma.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Sholihin Nur |