Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Pendidikan Islam Menurut Kiai Noer Alie

Selasa, 23 Maret 2021 - 12:59 | 141.47k
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – KH Noer Alie lahir pada 15 Juli 1914 di Bekasi. Belia adalah putra Anwar bin Layu dan Maimunah. KH. Noer Alie wafat usia 78 tahun. Beliau adalah ulama sekaligus pejuang yang berjasa untuk Indonesia. Tahun 2006 beliau diberikan gelar Pahlawan Nasional, nama beliau selalu diabadikan menjadi nama jalan di daerah Bekasi.  Kiprah beliau semasa hidupnya yakni mendirikan Pondok Pesantren At-Taqwa di  Bekasi, menjadi pemimpin pertempuran melawan Belanda pada September 1945, mendirikan markas pusat Hizbullah-Sabilillah, dan memipin laskar rakyat Bekasi Hizbullah di Karawang dan Bekasi pada tahun 1947-1948.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Advertisement

Menurut Samudera Eka, pola pendidikan yang didirikan oleh KH Noer alie adalah tidak meninggalkan tradisi pesantren dan konsep Islam Nusantara (tradisi keislaman sufi). Kurikulum yang ditetapkan pada lembaga pendidikan memfokuskan pelatihan pembacaan Al-Quran. Manajemen kurikulumnya selalu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan santri yang belajar. Sistem kurikulum dibagi dan sesuai dengan jenjang pendidikan, diantaranya taman kanak-kanak, sekolah dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan non formal.

Metode pengajaran yang dikenal dengan Thariqah Jadidah fi ta’lim al-‘arabiyyah, Memasukkan kurikulum pendidikan formal, gagasan ini dibuat oleh KH Ma’al Syamsudin dan disetujui oleh KH Noer Alie. Berikut beberapa metode pengajaran yang diterapkan dalam pendidikannya, antara lain: metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metode penjelasan, metode cara belajar siswa aktif, metode menghafal, metode keteladanan, metode bil hal (tindakan), metode bil lisan (pelatihan berbicara didepan umum atau public speaking), metode bil kalam (pelatihan menulis yang yang dipiblikasiakn ke situs resmi).

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Membahas mengenai posisi pendidik dalam pembeljaran, KH Noer Alie mengatakan bahwa pendidik mengajarkan kebaikan pada santrinya. Guru adalah sosok cerminan bagi peserta didiknya. Seorang pelajar (peserta didik) haruslah menyucikan hatinya dari perbuatan buruk, tujuannya adalah hati yang ada pada dirinya pantas dijadikan tempat ilmu. Hati yang bersih akan mudah untuk melakukan hal-hal yang baik, begitu pula sebaliknya jika hatinya masih ada perasaan dan perbuatan buruk akan sulit untuk berbuat baik sekaligus sulit untuk menerima ilmu yang disampaikan. Kemudian, peserta didik juga memiliki adab terhadap gurunya. Sifat tawadlu’ dan menghormati guru.

Selain pendidikan formal dan non formal yang diterapkan dan diselenggarakan oleh sekolah, KH Noer Alie juga memiliki gagasan bahwa masyarakat yang disekitarnya harus mengenyam pendidikan bela negara. Tujuan ialah mendidik masyarakat untuk membela negara sesuai dengan profesinya, dan sebagai manusia turut serta membangun dan memajukan bangsa. 

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dalam jurnal UIN Sunan Kalijaga, dikatakan bahwa konsep pendidikan bela negara menurut KH Noer Ali ialah upaya penyadaran kepada warga negara untuk berjuang membela negara dan menanamkan jiwa nasionalis dibidang masing-masing. Apapun profesinya dijadikan sebagai usaha dalam membangun dan memajukan bangsa dan negara. Konsep KH Noer Ali ini memiliki beberapa unsur, dianataranya : adanya upaya untuk pemahaman dan menyadarkan terhadap warga negraa. Cara untuk melakukan pemahaman ini dengan mengumpulkan para pemuda membentuk sebuah wadah dan mereka bebas menyampikan aspirasinya. Kemudian, rasa Cinta tanah air. Dalam kutipan yang menjelaskan KH Noer Alie adalah pejuang yang mempunyai semangat yang tinggi sebagaimana kutipan berikut:

Semangat cinta tanah air bernuansa keagamaan merasuk dalam dirinya. Keapada adiknya (Hj. Marhamah ), ia mengutarakan cita-citanya untuk menjadi pemimpin agama dan membangun sebuah perkampungan surga. Dimana penduduknya beragama silam dan menjalakan syariat agama islam.

Pendidikan agama islam dan pendidikan bela negara terdapat kerelevansian dan kesinambungan. Relevansi yang dimaksud tertuang pada tujuan yang ingin dicapai. Pertama, membangun bangsa dengan perilaku taat. Taat memiliki arti tunduk. Tunduk kepada aturan yang telah ditetapkan. Mendidik para santri untuk membela negara dan membangun bangsa.  Kedua, kompetisi dalam kebaikan dan etos kerja. Konsep etos kerja yang dibentuk ialah Baldatun Thoyyibatun yang diajarkan oleh agama islam. Ketiga, toleransi sebagai pemersatu untuk menghindari diri dari perilaku kekerasan.

Dalam pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa pendidikan yang dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan pemerintah. Adanya kerelevansian antara materi dan kebutuhan masyarakat, prinsip fleksibelitas, dan prinsip kontinuitas sebagaiamana prinsip pendidikan islam yang ada. Penanamakan jiwa dan rasa cinta air, pembentukan sifat nasionalis benar-benar diterapkan. Tidak hanya peserta didik saja yang berperan, namun seluruh manusia wajib membela negara sesuai dengan profesinya. Jika peserta didik, bela negaranya dengan belajar sungguh-sungguh, menjadi pribadi yang lebih baik. Jika profesi ialah guru, maka guru tersebut memiliki tanggung jawab mencerdaskan, menanamkan akhlakul karimah. Jika profesinya ialah petani, maka bekerjalah untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh umat.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES