Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Belajar Menulis Sastra: Tambah Perbendaharaan Diksi

Sabtu, 03 April 2021 - 08:54 | 12.88k
Khoirul Muttaqin, S.S., M.Hum. pernah mengajar di beberapa sekolah dan saat ini menjadi dosen di FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA)
Khoirul Muttaqin, S.S., M.Hum. pernah mengajar di beberapa sekolah dan saat ini menjadi dosen di FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA)
FOKUS

Universitas Islam Malang

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Menulis karya sastra dapat dijadikan alternatif hiburan bagi semua orang. Hal itu sebagaimana pernyataan Aristoteles bahwa karya sastra merupakan katarsis. Sementara itu, menurut Horace karya sastra harus dulce et utile, Indah dan berguna. Dengan demikian, ketika menulis karya sastra tentu harus diperhatikan diksi, pilihan kata, yang tepat dan indah.

Bahasa tulis dan lisan tentu sangat berbeda. Bahasa lisan biasanya menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dipahami sehingga tidak jarang digunakan bahasa yang sifatnya percakapan dan tidak baku. Sementara itu, bahasa tulis baik yang fiksi maupun nonfiksi (sastra atau bukan sastra) lebih berfokus pada pemilihan kata yang tepat dan sesuai kaidah kebahasaan. Keraf pernah menyatakan bahwa persyaratan dalam menulis karangan ilmiah meliputi (1) mampu memilih kata yang tepat, (2) mampu menggunakan kamus yang ada, dan (3) mampu menggunakan gaya bahasa yang cocok.

Advertisement

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Jika menulis karya ilmiah (nonfiksi) sering kali dipilih kata yang merupakan suatu istilah bidang tertentu, pemilihan kata dalam penulisan karya sastra tentu juga dikaitkan dari keindahan kata itu. Contoh kasus adalah pemilihan kata rimba dan hutan. Ketika menulis suatu puisi kata “rimba” akan lebih indah saat dibaca dan didengar. Sementara secara arti jika ditilik dalam KBBI kata “rimba” juga berarti hutan, yakni “hutan lebat”.

Selain kata “rimba” tersebut, terdapat beberapa kata yang memiliki keindahan ketika dibaca dan didengar. Kata-kata tersebut tentu akan cocok jika dipilih dalam penulisan karya sastra. Contoh kata-kata tersebut meliputi, “nirmala” yang mempunyai arti “tidak cacat; sempurna”, “arunika” yang memiliki arti “cahaya matahari pagi sesudah terbit”, “petrikor yang memiliki arti “aroma harum tanah kering saat terkena hujan”, “mudita” yang memiliki arti “perasaan bahagia melihat kebahagiaan orang lain”. Kata-kata tersebut mungkin belum banyak diketahui orang.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Selain itu, masih ada kata-kata lain yang indah saat dibaca dan didengar serta jarang dipakai oleh orang seperti kata-kata tersebut, seperti, “swastamita” yang memiliki arti “pemandangan indah saat matahari terbenam”, “mangata” yang memiliki arti “bayangan bulan di air yang berbentuk jalan”, “dersik” yang memiliki arti “desir angin”, “candramawa” yang memiliki arti “hitam bercampur putih”, “meraki” yang memiliki arti “melakukan sesuatu dengan jiwa, kreativitas, dan cinta”, “eunoia” yang memiliki arti “pemikiran yang indah atau baik”, adikodrati yang memiliki arti “supernatural”, “adiwarna” yang memiliki arti “indah sekali”, “adikara” yang memiliki arti “berkuasa”, “kulacino” yang memiliki arti “bekas air di meja akibat gelas dingin atau basah”, “senandika” yang memiliki arti “wacana dengan diri sendiri”, “solilokui” memiliki arti yang sama dengan senandika, “derena” yang memiliki arti “tahan dan tabah menderita sesuatu”. Kata-kata tersebut rata-rata diambil dari akun media sosial Filsafat dan Refleksi dan masih banyak lagi kata-kata lainnya.

Kata-kata tersebut tentu akan menambah keindahan suatu karya sastra. Penulis seperti Pramoedya Ananta Toer pun selalu menambah perbendaharaan kata dengan membaca kamus. Jika kita mempunyai banyak perbendaharaan kata tentu kita akan lebih mudah dalam menulis suatu karya. Oleh karena pada dasarnya rata-rata seorang penulis sudah menyimpan ide dalam benaknya, akan tetapi susa untuk menuangkannya ke dalam kata-kata.

Dengan menambah perbendaharaan kata dan juga pemilihan kata yang indah seorang penulis akan mudah menulis suatu karya dan tentu karya tersebut juga akan indah saat dibaca serta didengar. Hal itu tentu menjadi salah satu faktor terangkatnya kualitas tulisan mereka. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id          

*)Penulis: Khoirul Muttaqin, S.S., M.Hum. pernah mengajar di beberapa sekolah dan saat ini menjadi dosen di FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES