Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Konsep Dasar Filsafat Pendidikan Islam Dalam Perspektif Pemikiran Ibnu Taimiyah

Sabtu, 19 Juni 2021 - 09:33 | 108.74k
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Pemikiran Ibn Taimiyah tentang filsafat pendidikan Islam terkait dengan pandangannya tentang fitrah manusia sebagai dasar bagi pengetahuan manusia, dengan fitrahnya manusia memperoleh pengetahuannya tentang segala hal. Tentang baik dan buruk, tentang kebenaran dan kesalahan. Namun demikian pandangan Ibn Taimiyah tentang fitrah ini tidak bisa disamakan dengan pandangan nativisme dalam pendidikan. Karena dalam pandangan Ibn Taimiyah keberadaan fitrah yang merupakan asal kejadian manusia ini (fitrai al-majbulat) diperkuat dengan agama sebagai fitrat al-munazzalat.

Pandangan Ibn Taimiyah ini secara sepintas lebih dekat dengan teori konvergensi yang belakangan dikemukakan oleh William Stern (1871-1938) yang merupakan bentuk sintesa dari dua ekstremitas besar, yaitu nativisme yang dikemukakan oleh Schopen Houer (1788-1860) dan empirisme yang dikemukakan oleh John Locke (1632-1704). Namun apabila ditinjau lebih lanjut antara keduanya pandangan Ibn Taimiyah dengan konvergensi terdapat perbedaan prinsip berkenaan dengan pandangan masing-masing tentang bentuk kapasitas awal yang dimiliki manusia. Berbeda dengan pandangan teori konvergensi Ibn Taimiyah yang berpegang pada prinsip bahwa faktor dasar atau kapasitas awal yang dimiliki manusia adalah baik dan cenderung pada kebaikan.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Adapun proses keluarnya manusia dari frame fitrahnya seperti di paparkan oleh Nurcholish Madjid adalah terkait dengan sifat kelembaman yang juga dimiliki oleh manusia selain fitrahnya. Kelemahan pada manusia bukanlah kejahatan, Akan tetapi menjadi pintu masuk kejahatan pada diri manusia. sehingga meskipun pada dasarnya kejahatan tersebut lebih disebabkan oleh faktor eksternal namun karena masuk melalui suatu kualitas yang inhern pada diri manusia kelemahan maka kejahatan tersebut juga merupakan bagian dari hakikat manusia.meskipun hanya hakekat sekunder titik dari sinilah terkait faktor free will pada manusia dan pertanggung jawaban manusia atas perbuatannya.

Dalam kerangka pemikirannya tentang fitrah manusia Ibn Taimiyah meletakkan pendidikan sebagai suatu yang sangat prinsip bagi manusia. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa fitrahnya lah manusia memperoleh pengetahuan, di mana fitrah majbulat daya yang dimilikinya yang diperkuat dengan fitrah munazzalat inilah yang menjadikan manusia memahami yang benar dan yang salah. dalam kaitannya dengan fitrah munazzalat inilah tergambar pentingnya pendidikan sebagai bagian dari proses pengembangan fitrah manusia. Petunjuk agama sebagai fitrah munazzalat dapat ditangkap oleh manusia melalui proses pendidikan. Implikasi dari pandangan ini di satu sisi menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang bersifat kodrati bagi manusia, terkait dengan keberadaan fitrah sebagai asal kejadian manusia.di sisi lain pandangan ini juga menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang sangat vital karena berhubungan langsung dengan transmisi Wahyu sebagai fitrah munazzalat yang memperkuat dan membimbing manusia pada butuh kesetiaan pada fitrahnya.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Oleh karenanya pendidikan dalam perspektif pemikiran Ibn Taimiyah memiliki cakupan makna yang sangat luas. Urgennya pendidikan bagi pengembangan potensi dasar manusia pada dasarnya merupakan kesinambungan dari pentingnya risalah yang menyebabkan manusia melalui manfaat dan mudharat. Pendidikan merupakan notasi yang menjaga kontinuitas usaha dari generasi ke generasi.

Posisi penting pendidikan inilah yang mendorong Ibn Taimiyah untuk meletakkan kembali pendidikan Islam pada prinsipnya yang paling mendasar. Belajar dikembalikan pada pengertiannya sebagai usaha menuntut ilmu yang merupakan perintah ibadah dan mengajarkan ilmu kepada orang lain merupakan bentuk shadaqah, melakukan kajian keilmuan merupakan bagian dari jihad dan pengagungan Asma Allah SWT.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES