Kopi TIMES

Bukan tanpa Alasan Dokter Spesialis Resepkan Probiotik 

Rabu, 07 Juli 2021 - 11:17 | 55.70k
Ilustrasi Pasien Covid-19 (foto: Dok.TIMES Indonesia)
Ilustrasi Pasien Covid-19 (foto: Dok.TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Akhirnya saya pun merasakan panik luar biasa. Walau tubuh tak ke mana-mana, tapi pikiran ke sana kemari. Akibat pandemi Covid ini. Karena terus melonjaknya pasien Covid ini.

Asli. Benar-benar jangan main-main. Tidak ada rekayasa seperti hoaks-hoaks itu. Tidak ada yang dicovidkan seperti bad speech yang beredar itu. 

Semua terukur. Semua waspada. Ya nakesnya. Ya pemerintah negeri ini. Ya kita semua.

Kita juga takut Tuhan. Pun tidak menduakan ketakutan pada Tuhan dengan takut Covid. Sama sekali tidak. Karena itu namanya musyrik.

Kita hanya perlu menjauhi kemudlaratan untuk tidak kena Covid demi bisa terus mencintai Tuhan. Toh Tuhan sangat benci pada hamba-Nya yang bunuh diri meski dengan alasan ingin segera bertemu dengan-Nya. 

Kembali ke kepanikan. Seharian kemarin kawan-kawan dekat positif. Kena Covid. Meski ada yang positif hamil juga hehe.

Yang di Jakarta. Malang. Jember. Surabaya. Juga yang di Bali. Kabar datangnya nyaris berbarengan. 

Ada yang masuk rumah sakit lapangan. Isoman di rumah. Ada pula yang agak gawat.

Pikiran saya jelas ndak karuan. Semuanya orang dekat. Sahabat. Seperti satu bagian tubuh.

Untung semua bisa tertangani. Walau didahului dengan ketegangan. Kekalutan. Bahkan sedikit emosi.

Ya. Emosi. Walau sedikit. Tapi tetap emosi. Entah sudah turun berapa persen imun akibat emosi itu.

Ceritanya begini. Salah satu rumah sakit yang menangani sahabat saya yang pasien Covid ini kehabisan obat. Actemra nama obat itu.

Obat ini biasa untuk nyeri sendi. Tepatnya radang sendi. Saya sering menyebutnya obat boyok protol. Karena memang sendi-sendi yang sakit kalau minum obat ini agak mendingan.

Obat produksi Roche ini sekarang banyak diburu. Harganya pun selangit. Gak masuk akal.

Padahal memang obat nyeri sendi. Memang sat kena Covid sendi-sendi rasanya mau protol. Sakit semua. 

Saya pernah mengalami sendiri. Kena Covid. Desember 2020 lalu.

Nah karena penderita Covid ini mengalaminya, resep pun mengarah ke obat Actemra ini. Bukan menghilangkan Covid. Tapi meredakan nyeri sendi-sendinya itu.

Maka, atas permintaan rumah sakit yang merawat sahabat saya itu, kami pun berburu. Ke beberapa sakit. Nyatanya juga habis. Hampir semua RS di Jatim kehabisan obat ini.

Perburuan pun berlanjut. Dapat juga. Tapi di Jakarta. Itu pun ribet mendapatkannya. Harus mengisi ini itu. Yang membeli pun harus rumah sakit.

Harganya! Masyalah. Benar-benar deh bikin saraf otak menegang. Perang sendiri dengan saraf mulut. Menahan mulut biar tidak keluar ucapan.... (Syukurlah dak sampai keluar).

Begitu dapat, obat pun dikirim ke rumah sakit itu. Lumayan jauhnya. Harus menempuh perjalanan sekira 6 jam. 

Setelah kepala dingin kontak-kontak sahabat dokter. Ada yang pengusaha obat. Juga apoteker. Pula sahabat saya, praktisi Probiotik. Pak Recta Geson. Pemilik PRO EM1 itu.

Nah, yang menarik, beberapa teman dokter malah mulai meresepkan Probiotik PRO EM1 untuk pasien Covidnya. Bukan hanya obat kimia yang sudah susah dicari dan mahal itu.

Tak hanya untuk pasien Covid. Tapi juga untuk anak-anak dan orang tuanya. Tentu pencegahan Covid.

Saya dan tim yang sudah mengonsumsinya pun hanya bisa senyum. Apalagi ada yang mencari PRO EM1 itu. 

Ya sudah. Tinggal kirim flyer sejumlah apotek tempat menjual PRO EM1. Jika apotek habis, tinggal merekomendasikan ke pemiliknya. Pasti dengan senang hati malayani.

Apalagi saya sangat tahu Pak Recta ini orang baik dan sangat rendah hati. Sudah ribuan PRO EM dia perbantukan untuk penderita Covid. Bahkan ke daerah merah. Kudus dan Bangkalan.

Walhasil, semua sahabat-sahabat saya pun dikirimi. Dan, gotong royong, saling berbagi, saling menguatkan, di tengah kondisi susah ini sangat membahagiakan. 

Setidaknya mengurangi kegalauan bagi yang positif Covid dan makin memberi kebahagiaan bagi yang positif hamil (muda). Ayo vaksin.  Stop bikin hoaks covid. Mari gotong royong. (*)

*) Penulis adalah Khoirul Anwar. Relawan di MBLC.

 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

***

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES