Dampak Kebijakan Pemerintah Saat Pandemi Terhadap Skill Calon Tenaga Kesehatan

TIMESINDONESIA, MADURA – Sudah hampir kurang lebih 2 tahun lamanya pandemi Covid-19 masih mengendap di negeri ini, entah sampai kapan akan benar-benar berakhir dan bisa aktivitas seperti yang dulu lagi.
Di lapangan, semakin hari semakin banyak berubah yang disebabkan peraturan demi peraturan yang silih berganti. Banyak siswa khususnya asisten keperawatan maupun mahasiswa keperawatan yang semakin hari semakin menurun skill nya. Mereka tak lagi bisa praktika di lab sekolah, kampus mapun di rumah sakit. Skill ini yang seharusnya ditingkatkan di laboratorium, kini tak lagi dilakukan seperti biasanya. Kebijakan pemerintah, semua dilakukan daring.
Advertisement
Seorang siswa maupun mahasiswa kesehatan khususnya keperawatan yang seharunya punya keterampilan memasang alat atau melakukan tindakan-tindakan sesuai kompetensinya, sekarang hanya disuguhkan teori, teori dan teori.
Sebelum pandemi, selain teori yang diberikan, ada juga yang namanya praktika di laboratorium. Ini untuk meningkatkan skillnya. Saat tak ada alagi yang namanya praktika di lapangan seperti di rumah sakit dan instansi pelayanan kesehatan lainya sampai pandemi covid-19 benar-benar normal, ada beberapa perguruan tinggi yang nekat tetap melaksanakan praktika di RS.
Hal tersebut tentu ini ada risikonya, seperti mahasiswa terpapar Covid-19. Akibatnya perguruan tinggi tersebut kembali menarik anak didiknya untuk tidak melakukan praktika.
Bila siswa atau mahasiswa hanya mengandalkan video-video yang dishare atau hanya lewat daring maka ini akan menyebabkan penurunan kualitas calon tenaga kesehatan ke depannya.
Seharusnya pemerintah memberikan kelonggoran bagi sekolah maupun perguruan tinggi khususnya keperawatan untuk melonggarkan siswa/mahasiswa untuk tatap muka melakukan praktika di laboratorium sekolah/kampus dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Baik 2 minggu satu kali atau 1 kali. Jika memang tidak bisa 1 bulan 1 kali secara bertahap dan bergantian dari pada praktik di RS.
Paling tidak, mereka bisa memulai di lab supaya keterampilanya meningkat. Perlu diketahui, menonton video yang dishare oleh para tenaga pendidik, semua orang bisa menontonnya. Tapi berbeda dengan melakukan sendiri yang didampingi oleh guru/dosennya di laboratorium. Menonton video belum tentu bisa melakukan tetapi melakukan langsung sudah pasti lebih cepat ingat. Dan tentu pasti bisa.
Di lain sisi, banyak juga keluhan dari mahasiswa atau siswa keperawatan bila dilakukan daring. Tidak semua bisa mengikuti. Penyebab salah satunya adalah kuota. Ada juga kuota gratis yang diberikan oleh pemerintah, tapi hanya bisa digunakan di platform-platform tertentu.
Sebagai tenaga pendidik miris rasanya melihat kondisi yang seperti ini. Di sisi lain, pendidik dituntut untuk menuntaskan semua mata pelajaran, di sisi lain juga, jika dikasih teori dan video saja tidak cukup sedangkan kebijakan dari pemerintah morat marit tak ada ujung dan solusi yang tepat.
Seharusnya pemerintah mencari solusi terbaik. Bila mal, swalayan atau pasar bisa buka tiap hari saat pandemi, kenapa praktik untuk siswa pendidikan kesehatan seminggu sekali atau sebulan sekali tidak bisa? Hal ini yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah baik-baik sehingga bisa membuat keputusan yang lebih baik. Semoga kedepannya pemerintah bisa mempertimbangkan dan mengeluarkan kebijakan yang baru sehingga sekolah dan kampus bisa beroperasi lagi meskipun hanya datang untuk praktika.
***
*)Oleh: Ns. Sofwan, S.Kep M.Kep, Akedemisi & Praktisi Keperawatan.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
***
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |