Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Kalamullah dalam Konsep Pemikiran Abu Mansur Maturidi

Jumat, 04 Februari 2022 - 13:41 | 257.42k
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
FOKUS

Universitas Islam Malang

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Masih berkaitan dengan sifat Allah Al-Maturidi menjelaskan bahwa kalam Allah SWT ialah makna yang ada pada Dzat-Nya, bukan berupa huruf-huruf atau kalimat dan bukan pula berupa suara. Kalam Allah SWT itu sendiri tidak dapat didengar suaranya. Karena itu bersifat qadim dan tidak diciptakan. Ia kekal (sifat kekal dari Allah SWT), Esa dan tak terbagi, bukan berupa bahasa Arab atau Syria, tetapi diolah ucapkan manusia dalam ekspresi yang berlainan. Pendapat mengenai kalam Allah SWT juga bisa dilihat dari tokoh utama pendukung Al Maturidi, Abu Al Mu'in Al Nafasi dalam kitabnya Tahsinah al-adillah seperti yang dikutip oleh Fathullah Khalif.

"Orang-orang yang berbeda pendapat dalam masalah kalam Allah, apakah ia qadim atau hadis. Ahli kebenaran berkata:sesungguhnya kalam Allah merupakan sifat azali yang tidak memiliki jenis, huruf, maupun suara. Kalam Allah merupakan sifat yang terdapat pada Dzat-nya, sifat yang menafikan dari diam dan bahaya dari sifat kekanak-kanakan, serta dari sifat bisu dan sebagainya. Allah SWT berfirman dengan sifat tersebut, memerintah, melarang, dan memberi kabar."

Advertisement

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Jelaslah bahwa kalam Allah SWT tidak sejenis dengan kalam manusia yang terdiri dari huruf dan suara. Allah SWT yang telah disebut di zaman azali, tidak di simpati dengan huruf ejaan, dan suara. Juga tidak disifati dengan sifat makhluk dalam hal apa saja.

Apa yang disebut oleh Al maturidi bahwa Alquran adalah kalam yang ada (al-nafsi) yang berdiri pada zat si mutakallim (pembicara) yang diungkapkan dengan kata-kata, adalah ungkapan tentang "Kalam". Karena "Kalam" ialah sesuatu yang datang dengan huruf-huruf. Ia adalah makna yang berdiri pada Dzat. Ungkapan tersebut disebut "Kalam", karena menunjukkan kepada Kalam (ucapan). Dengan kata lain, menyebutkan dengan sesuatu nama yang menjadi madhul atau pengertiannya.

Mengenai qodimnya Al-Quran, Al-Maturidi mengambil dalil ditentangnya orang-orang Arab (para pujangga nya) untuk menandingi Al-Quran sebagai kalam Allah dan hujjahnya. Hujjah bahwa Alquran adalah firman Allah SWT ada dua segi, yaitu:

Pertama: terbukti ketidakmampuan orang-orang Arab membuat semisal Al-Quran atau menandinginya.

Kedua: semua yang dibacakan dari Al-Quran tidak disampaikan melalui ayat-ayat kecuali akar dapat menyaksikan keterbatasan memahami hikmah yang dikandung oleh Al-Quran. Ini menjadi dalil sebagai kalam Dzat yang maha mengetahui yang ghaib dan tidak ada sesuatupun yang rahasia bagi-Nya. Kesimpulannya Al-Quran adalah kalam Allah SWT yang tidak baru (hadits). Iya adalah kalam Allah SWT dengan pengertian bahwa ia adalah hakikat Kalam-Nya. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Kukuh Santoso, M.Pd.I, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES