Kopi TIMES

Refleksi Milad HMI Ke-75; Sibuk Berebut Kekuasaan, Sampai Lupa Kita Sedang Ketinggalan

Minggu, 06 Februari 2022 - 10:22 | 121.13k
Rajab Abubakar Sidiq Jailani, Kader HMI Cabang Malang, Direktur Utama Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang Periode 2022-2023.
Rajab Abubakar Sidiq Jailani, Kader HMI Cabang Malang, Direktur Utama Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang Periode 2022-2023.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Sepanjang sejarah bangsa Republik Indonesia, telah kita ketahui bersama bahwa Himpunan Mahasiswa Islam merupakan organisasi mahasiswa tertua. HMI berdiri sejak tanggal 5 Februari 1947 di Yogyakarta, yang artinya dua tahun saja pasca kemerdekaan Republik Indonesia. HMI kemudian lahir untuk menawarkan gagasan perjuangan dalam mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. 

Seiring berjalannya waktu, HMI kemudian turut hadir dan konsisten menawarkan gagasan-gagasan kritisnya untuk selalu ada dalam garis perjuangan membangun bangsa, sehingga relevansi dari perjuangan HMI tersebut dapat diakui di tengah gejolaknya konstalasi politik dan dinamika bangsa Republik Indonesia.

Advertisement

Jika kita amati bersama soal realitas yang terjadi pada kondisi tubuh HMI saat ini, kita akan banyak diperhadapkan dengan kondisi organisasi yang terkesan disorientasi dan terjadi kemerosotan dalam pandangan-padangan kritis yang selalu ditawarkannya.

Hal ini ditandai dengan krisisnya kritik terhadap kekuasaan karena kader-kadernya cenderung ikut serta dalam praktik politik praktis. Wajar saja jika hal itu terjadi dan banyak kader-kader yang bargaining struktural, karena hampir kebanyakan pejabat negara adalah alumni HMI sehingga kebanggaan seperti inilah yang membuat pada kader cenderung lebih dekat dengan kepentingan politik kekuasaan.

Terlepas dari hal itu, kini perkembangan arus globalilisasi yang juga sangat pesat sehingga kader-kader HMI juga cenderung tidak bisa menempatkan posisi untuk mengambil peranan apa yang harus diperjuangkan, apalagi jika sudah banyak kader-kader yang mulai berbicara soal kepentingan politik maka segalanya akan dilakukan demi mencapai apa yang diinginkan dengan memanfaatkan relasi kekuasaan yang ada.

Tidak aneh juga, jika kini HMI cenderung tidak mampu memperlihatkan peranan yang sebenarnya sebagai kader ummat dan kader bangsa. Degradasi dan perubahan-perubahan inilah yang kemudian berimplikasi terhadap khittah perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam yang katanya organisasi mahasiswa tertua dan paling berperan dalam segala hal, namun secara tidak sadar justru malah petinggi-petinggi dan kader-kadernya sendiri yang menelanjangi marwah tubuh Himpunan ini.

Kita sudah cukup tertinggal.

Kita sadari bersama bahwa saat ini perkembangan arus globalisasi seakan memaksa kita untuk bersanding dengan pengaruh-pengaruh gelombang modernisasi. Tentu hal ini sangat berpengaruh pada pola perkaderan HMI jika tidak bisa menyesuaikan dengan perkembangan-perkembanga tersebut. 

Digitalisasi media juga kini sangat melekat pada kehidupan kita, sehingga kader-kader HMI akan tetap tertinggal jika yang dibicarakan masih hanya di wilayah-wilayah ideologis dan struktural semata. Namun bagaimana kemudian kader HMI harus bisa mentransformasikan metode perkakderan lama dengan model-model dan tawaran baru yang tentunya demi kemajuan perkaderan di tubuh HMI itu sendiri.

Kita sudah cukup tertinggal di wilayah literasi media digital, hal ini juga yang kemudian berdampak pada miskinnya gagasan-gagasan baru yang bisa ditawarkan untuk pola perkaderan yang lebih modern. Sementara itu, organisasi di luaran sana semakin jauh melangkah di depan dalam penguasaan media dan memanfaatkan teknologi yang ada. 

Maka tidak aneh jika dalam hal branding media dan pengoptimalan media lainnya kita selalu tertinggal hanya karena kader-kader yang cenderung berpikir bahwa “kita tidak butuh hal itu". Yang penting kader-kader kita jago orasi, jago debat, jago berpolitik. Hal ini yang kemudian membuat kader HMI banyak yang masih tertinggal akan budaya literasi media sehingga berdampak pada kurangnya kader yang bisa memanfaatkan media dengan baik, padahal justru di era digitalisasi media seperti ini kita akan sangat mudah untuk menyalurkan aspirasi-aspirasi kader lewat alat-alat teknologi yang melekat di sekeliling kita.

Namun sekali lagi, sangat disayangkan, organisasi lain sudah lebih maju dalam memandang kemajuan teknologi sebagai peluang, sedangkan kita masih saja selalu sibuk mengurusi soal posisi, dan kedudukan dalam struktural semata.  

Lalu harus bagaimana?

Di tengah arus digitalisasi media ini, kader HMI sudah seyogyanya bisa memanfaatkan media sosial dan media massa sebagai wadah perjuangan. Satire & Sarkasme sudah seharusnya bisa menjadi alat untuk mengontrol kekuasaan lewat media, tayangan video yang bermanfaat juga harus menjadi terobosan untuk menangkis segala froblem dan isu-isu yang ada.

Poster-poster yang beredar di media harus bisa menjadi alat dakwah dan perjuangan, dan sudah saatnya trending topik setiap karya-karya adalah buah dari pemikiran modern kader HMI, ini yang kita harapkan bersama. Sehingga sekali lagi bukan saja kita berkutik di wilayah-wilayah ideologis, namun juga harus bisa menyeimbangkan peranan kita di tegah arus perkembangan zaman. Posisi inilah yang kemudian wajib diisi kembali oleh peranan dan keterlibatan kader yang bisa membawa nama baik HMI tetap harum di tengah arus perkembangan zaman seperti ini.

Pesan singkat di Milad ke-75

Beberapa ketertinggalan yang sudah cukup dirasakan bersama jelas membuat kita harus benar-bernar merefleksikan diri untuk kembali pada khittah perjuangan yang seseungguhnya. Organisasi ini sudah cukup tua, jika kita analogikan sebagai kapal tua, maka bagaimana caranya untuk kapal tetap berlayar menuju dermaga tujuannya, yaitu dengan memastikan nahkoda dan para awak kapal untuk tetap merawatnya dengan baik.

Kapal boleh saja tua, tapi arah pemikiran nahkoda tak boleh menua, harus banyak gagasan-gagasan baru yang kemudian bisa ditawarkan agar kapal tetap berlayar dengan baik untuk menuju dermaga tujuannya, yaitu “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”.

Selamat milad HMI Ke-75, panjang napas perjuangan. Izinkan kami tetap mencintai dan terus berjuang untuk mengekalkan harumu, memancarkan pesonamu, melanggengkan perjuangnmu, mengabadikan keelokanmu, dan menjaga marwah baikmu.

Yakinkan dengan Iman, Usahakan dengan Ilmu, Sampaikan dengan Amal. Yakin Usaha Sampai dengan Iman Ilmu dan Amal.

***

*)Oleh: Rajab Abubakar Sidiq Jailani, Kader HMI Cabang Malang, Direktur Utama Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang Periode 2022-2023.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES