Di Balik Wonosalam, Daerah Wisata Unggulan Kabupaten Jombang

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Kabupaten Jombang memiliki banyak tempat wisata yang dapat dikunjungi oleh wisatawan untuk sekedar refresing dari hiruk pikuk kegiatan sehari-hari, kalau bahasa anak-anak jaman sekarang healing. Mulai dari wisata religi yang terkenal yaitu makam presiden ke-4 RI KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) atau biasa masyarakat Jombang menyebutnya KMGD (Kawasan Makam Gus Dur), wisata buatan dan wisata alam. Salah satu kecamatan yang menyuguhkan tempat wisata di hampir setiap desa adalah Kecamatan Wonosalam.
Kecamatan Wonosalam merupakan daerah pegunungan yang terletak di ujung selatan Kabupaten Jombang, berbatasan langsung dengan Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Malang dan Kabupaten Kediri. Wilayah Kecamatan Wonosalam terbagi menjadi sembilan desa antara lain Desa Wonosalam, Wonokerto, Wonomerto, Sumberjo, Sambirejo, Panglungan, Jarak, Galengdowo dan Desa Carangwulung.
Advertisement
Seperti yang saya katakan tadi, Wonosalam merupakan daerah wisata unggulan Kabupaten Jombang, bagaimana tidak? Hampir setiap desa di kecamatan ini memiliki tempat wisata, owh, bukan hampir, tapi setiap desa memiliki wisata! Tidak ada kecamatan lain di Kabupaten Jombang seperti Wonosalam, di setiap desa ada wisatanya, tidak hanya satu tempat wisata,contoh di Desa Wonosalam, kami pernah menghitung ada 13 wisata di Desa Wonosalam saja!
Bayangkan, jadi mulai masuk gapura selamat datang di Kecamatan Wonosalam, jarak 10 meter dari gapura sudah disuguhan dengan tempat wisata (Wisata Sendang Rejosari), lanjut terus di kanan kiri jalan akan melihat tempat wisata ada PLS (Padepokan Lembah Sumilir), Kansa (Kandang Sapi) resto dan kolam renang yang selalu full pengunjung di setiap weekend, Wisata Duran Duren baru saja selesai pembangunan tetapi juga sudah ramai pengunjung, Lembah Giri biasa digunakan untuk perkemahan, Agropolis, De Durian Park, Durian Farm, Lembah Winden, Puncak Kekep dan masih banyak lagi.
Itu hanya satu desa, saya ulangi satu desa! Masing-masing desa mempunya wisata lebih dari tiga , tak heran jika Pemerintah Kabupaten Jombang selalu menggaungkan bahwa Wonosalam adalah Pacet (daerah wisata unggulan Kabupaten Mojokerto) nya Kabupaten Jombang, wisata masa depan.
Ada salah satu kegiatan tahunan di Wonosalam yang selalu ramai dikunjungi oleh masyarakat Jombang dan masyarakat luar Kabupaten Jombang, yaitu KenDuren (Kenduri Durian). Durian merupakan buah khas yang kini menjadi ikon kawasan wisata Wonosalam. Kenduren Duren diadakan setiap tahun oleh masyarakat Kecamatan Wonosalam dengan membuat tumpeng durian yang sangat besar dan dibagikan secara gratis kepada pengunjung.
Jumlah durian yang dibuat tumpeng disesuaikan dengan tahun. Dua tahun lalu ada 2020 durian yang disusun membentuk tumpeng raksasa sebagai bentuk rasa syukur masyarakat atas hasil panen yang melimpah. Buah durian tersebut adalah hasil kebun dari masyarakat Wonosalam sendiri. Tak hanya Kenduri Durian, ada juga Kenduri Salak dan Kenduri Manggis, ini membuktikan bahwa tanah Wonosalam begitu subur, hasil bumi yang melimpah dan bermacam-macam.
Selain buah durian, yang selalu dicari oleh wisatawan adalah Kopi. Ya, Kopi Wonosalam. Kopi di sini memiliki rasa yang segar dan pastinya membuat mata langsung melek setelah meminumnya. Harganya juga bersaing dengan kopi-kopi dari wilayah lain, ada juga Madu Wonosalam. Apapun yang ada embel-embel Wonosalam di belakangnya pasti harganya lumayan hehe.. tapi rasanya memang mantab sih.
Nah, gimana, sudah tertarik mau ke Wonosalam?
Sekarang saya mau nyinyirin dulu orang-orang yang punya kebijakan untuk menjadikan Wonosalam sebagai kota wisata masa depan. Selayaknya daerah pegunungan yang asri, sejuk, pohon-pohon rimbun serta sumber mata air yang melimpah ini ada di Wonosalam entah terakhir kapan, sangat disayangkan jika harus merusak alam hanya untuk menambah pendapatan daerah, semangat menjadikan Wonosalam sebagai wisata masa depan, tetapi mengabaikan permasalahan lingkungan yang ditimbulkan akibat pembukaan lahan sebagai tempat wisata, memaksa untuk melakukan penebangan pohon.
Semakin banyak pohon yang ditebang di wilayah pegunungan ini membahayakan, banjir dan tanah longsor sudah pasti terjadi jika hal ini tetap dilakukan. Selain itu, akibat dari penebangan pohon, mata air juga berkurang, saya rasakan sendiri sebagai masyarakat yang tinggal di desa Wonsalam untuk mendapatkan air saja harus bergiliran, air bersih disini dialirkan dari sumber mata air yang disalurkan ke rumah warga, padahal disinilah letak mata air itu, kan lucu.
Permasalahan yang timbul akibat dari semangat mewujudkan Wonosalam sebagai kota wisata masa depan tanpa diimbangi dengan ilmu untuk menjaga kelestarian alam adalah membuat sumur bor di wisata-wisata yang baru dibangun. Ini bahaya! Pengeboran sumur memiliki dampak buruk terhadap lingkungan karena tidak hanya merusak permukaan tanah, tetapi juga dapat merusak siklus air. Dalam banyak kasus, jumlah air yang disimpan yang membantu menyeimbangkan tekanan permukaan tanah habis, yang menyebabkan tanah longsor dan penurunan tanah (ambles). Di wilayah pegunungan seperti ini harus memanfaatkan sumber mata air, tidak dengan sumur bor.
Kita hidup berdampingan langsung dengan alam, hidup dari hasil alam, alam Wonosalam yang begitu asli harus dikorbankan untuk memenuhi ambisi wisata masa depan. Makin terancamnya kelestarian hutan di wilayah Kecamatan Wonosalam yang merupakan kawasan hutan konservasi terbaik di Jawa Timur ini harus secepatnya disadari. Kalau sudah sadar maka berhentilah merusaknya.
Semakin berkembangnya wisata di Kecamatan Wonosalam harus diimbangi dengan semangat menjaga kelestarian hutan, penanaman pohon, menjaga kelestarian mata air, dan juga membuat kebijakan-kebijakan untuk pembukaan atau pembuatan wisata baru dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Saya ingin menuliskan quotes untuk menutup tulisan ini 'Berikan yang terbaik pada alam dan alam akan berbaik memberikan terbaik kepadamu'.
***
*)Oleh: Aris Setiawan, Aktivis Pergerakan yang sedang menempuh pendidikan Pascasarjana di salah satu kampus swasta Mojokerto. Aktif di kepengurusan cabang PMII Jombang, kesibukan sehari-hari mengajar di salah satu Sekolah Dasar dan MI di Kecamatan Wonosalam Jombang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |