Kopi TIMES

Keterampilan “Baru” Berbahasa: Memirsa

Kamis, 03 Maret 2022 - 13:32 | 1.80m
Apri Damai Sagita Krissandi, Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Apri Damai Sagita Krissandi, Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Pada saat perayaan hari guru, Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim menyampaikan kurikulum paradigma baru. Kurikulum ini disebut sebagai hasil penyempurnaan dan penyederhanaan kurikulum 2013. Dalam bidang bahasa, terdapat hal menarik yakni adanya keterampilan berbahasa yang kelima: memirsa. Keterampilan memirsa tidak pernah muncul dalam kurikulum-kurikulum sebelumnya. Keterampilan memirsa terdengar asing dan baru bagi para guru.

Keterampilan memirsa di dalam kurikulum IB (International Bacalaurate) disebut viewing skill “Proses aktif memperhatikan dan memahami media visual, seperti televisi, gambar iklan, film, diagram, simbol, foto, video, drama, gambar, patung, dan lukisan.”

Advertisement

Saat ini dunia visual merasuk dalam keseharian. Munculnya internet dan revolusi digital, keberadaan ponsel memungkinkan menangkap gambar diam dan bergerak dengan mudah. Munculnya berbagai platform video seperti YouTube, dan munculnya jaringan media sosial seperti Instagram, Tiktok, dan Facebook yang penggunanya mengunggah sebagian besar konten visual, semuanya berkontribusi pada peningkatan luar biasa dalam komunikasi visual dan gambar. Perubahan platform tersebut sangat cepat. Platform yang mengadaptasi video akan lebih banyak diminati oleh anak muda. Instagram terpaksa harus membuat reel agar tidak “kalah” dengan Tiktok. Bahkan media massa saat ini perlu menyuguhkan video berita dan infografis dalam laman digital mereka.

Sebagian besar teks yang ditemui dan dibuat oleh anak muda bersifat multimodal. (Teks multimodal adalah teks di mana maknanya dikomunikasikan oleh lebih dari satu mode – misalnya teks tertulis, audio, gambar diam, gambar bergerak, gerakan, penggunaan ruang, dll. Teks multimodal digital dapat mencakup, misalnya, video, tayangan slide dan halaman web, sementara teks multimodal langsung dapat mencakup teater, bercerita dan menari.) Fakta bahwa komunikasi saat ini sebagian besar multimodal mengubah konstruksi kompetensi komunikatif. Ini memiliki implikasi besar bagi pendidikan.

Mengapa Memirsa Penting?

Guru bahasa perlu merespon hal ini. Fokus pembelajaran tidak hanya pada kata-kata tertulis dan lisan, melainkan gambar. Jadi mengapa gambar, atau teks multimodal yang menggunakan gambar, penting bagi guru bahasa? Banyak guru berpendapat bahwa pendekatan berbasis bahasa dan teks harus diprioritaskan dan bahwa gambar hanya mengalihkan perhatian dari kata. Namun, karena sebagian besar teks yang diakses siswa di luar kelas adalah teks visual dan teks multimodal yang menggunakan gambar, tentunya guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk memirsa jenis teks ini di dalam kelas. Selain itu, sebagian besar teks multimodal ini – video YouTube, infografis, situs web, blog, situs media sosial – adalah kombinasi teks dan gambar, yang mana gambar jauh mendominasi daripada teks.

Oleh karena itu, memirsa menjadi penting karena siswa dalam keseharian berurusan dengan teks multimodal, mereka perlu memahaminya lebih efektif, aktif, dan kritis agar dapat berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Keterampilan memirsa membantu siswa mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk menganalisis dan mengevaluasi teks visual dan teks multimodal yang menggunakan visual. Memirsa juga membantu siswa memperoleh informasi dan menghargai ide dan pengalaman yang dikomunikasikan secara visual oleh orang lain.

Strategi Memirsa di Kelas

Guru perlu membantu siswa menjadi pemirsa yang lebih baik. Berbagai strategi dan model perlu dicoba dalam mengaktifkan keterampilan memirsa pada siswa. Misalnya dengan memutarkan film dan video di kelas. Guru dapat menggunakan strategi 3C (Colour, Camera, Character) dan 3S (Story, Setting, Sound) untuk membantu siswa mendiskusikan dan menganalisis semua elemen teks film.

Cerita, Latar, Suara, Warna, Karakter, dan Kamera adalah judul sederhana dengan pertanyaan diskusi yang dapat digunakan guru sebagai cara mudah untuk menjelajahi film apa pun. Berikut adalah beberapa pertanyaan diskusi:  Apa warna yang membuat Anda tersentuh? Menurut Anda mengapa warna tertentu digunakan? Menurut Anda, suasana apa yang diciptakan oleh warna-warna itu? Jenis shoot apa yang telah digunakan?

Melalui mata (sudut pandang) siapa kita melihat cerita? Kapan kita melihat sudut pandang karakter yang berbeda? Seperti apa karakter utama? Bagaimana mereka berperilaku? Karakter mana yang paling menarik minat Anda? Apa yang terjadi di awal, tengah, dan akhir cerita? Apa peristiwa terpenting yang terjadi dalam cerita? Kapan dan bagaimana latar berubah? Bagaimana Anda bisa tahu di mana cerita itu terjadi? Bagaimana Anda bisa tahu kapan cerita itu terjadi? Bagaimana musik membuat Anda tersentuh? 

Memirsa akan menjadi bagian dari kurikulum paradigma baru. Guru harus dapat membantu siswa menjadi pemirsa yang lebih efektif. Untuk mencapai hal ini perlu ada pelatihan multimodalitas dan literasi visual.

***

*) Oleh: Apri Damai Sagita Krissandi, Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

 

_____
**)
Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES