Isyarat Presiden dan Quantum Coherence Exponential Evolution yang Menantang Pendidikan Tinggi

TIMESINDONESIA, SOLO – Jatuh bangun peradaban suatu kaum dari masa ke masa, jika dicermati ternyata polanya hampir sama dengan ciri dasar berulang. Selalu ada keadaan tak terduga yang menjadi pemicu dan lalu mendominasi kesadaran berpikir, prilaku dan cara berkeputusan.
Keadaan itu kemudian memunculkan respon spesifik suatu kaum yang berkait dengan kompatibiltas dan kerentanannya menghadapi perubahan keadaan. Itu semua kemudian menghasilkan keadaan berbeda yang dalam konteks kekinian kita kenal dengan keadaan normal baru. Menariknya keadaan itu terpola dalam interaksi hukum alam yang dikenal dalam hubungan bersifat konvolutif antara pemicu, dampak dan respon dalam sistem interaksi.
Advertisement
Terdapat mekanisme dasar yang karakternya bersifat spesifik dan tidak berubah di sepanjang jaman. Ternyata pada setiap konflik, setiap pergumulan tantangan pada skala apa pun, relasinya selalu sama. Selalu muncul kaum yang memiliki kemampuan penyintas berkat kemampuan respon cepat dan kompatibilitas tinggi terhadap perubahan. Apakah pola interaksi itu berevolusi? Relasinya tidak, namun penciri responnya yang berubah dan bersifat gayut waktu selaras dengan keadaan kala konflik itu terjadi.
Dengan kata lain bahwa meski tidak dapat diprediksi waktunya secara tepat, namun dapat dipastikan terdapat koherensi antar setiap suasana yang menjadi pemicu konflik di sepanjang masa. Koherensi menggambarkan kemiripan yang bukan tanpa sebab melainkan tautan genom dan kemiripan struktur DNA dari dua keadaan di masa dan lokus berbeda.
Keadaan ini dapat dipelajari dari entitas himpunan yang dapat dipecah menjadi elemen kecil sehingga perspektif fisika kuantum pun berlaku. Bahwa ciri entitas tunggal selayaknya atom dapat mebawa serta ciri komunitas dan kaum yang lebih besar. Dengan kata lain dapat dimunculkan semacam relasi quantum coherence dari keadaan di dua masa berbeda.
Relasi tersebut sangat menarik dikaitkan dengan pesan Presiden Joko Widodo pada peringatan dies natalis Universitas Sebelas Maret tanggal 11 Maret 2022. Bahwa kondisi global sedang berubah dan terus berubah secara cepat tanpa dapat ditebak. Belum usai pandemi Covid19, dunia dihadapkan kepada situasi akibat perang Russia versus Ukraina. Dalam keadaan seperti itu, kemampuan untuk berubah secara cepat dan kemudian secara cerdik memanipulasi keunggulan - dalam pengertian positif - menjadi sesuatu yg bersifat multlak menjadi sangat strategis.
Perubahan yang sedang berjalan merupakan bagian dari sistem interkasi bersifat konvultif seperti disebutkan di depan. Mekanismenya tidak lagi bersifat evolutif dalam pengertian simetri waktu yang berdurasi panjang, tetapi sangat cepat.. Prof. Kasali bahkan menengarai bahwa perubahan bergerak secara eksponensial. Eskalasi perubahan terjadi dalam skala sangat besar secara sangat cepat. Disrupsi, realitas ganda, bit coin, metaverse adalah sekedar contoh.
Daya tahan dan peluang berjayanya suatu kaum bergantung kepada kompatibilitas dan kerentanan mereka dalam merespon perubahan. Kompatibilitas ibarat elemen matriks yg memcirikan kepemilikan sumber daya yg dapat dikelola sebagai simpul keunggulan untuk bertahan dan menang. Namun kemenangan harus diciptakan dengan kematangan berpikir dan keberanian bertindak cepat. Dua hal yang hari ini dikisahkan dengan baik oleh presiden. Kebijakan larangan ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah telah memukul Uni Eropa dan lalu membuat mereka menggugat Indonesia.
Jika ditilik lagi dari perspektif kuantum optika, keputusan itu sejalan dengan sifat alam. Keadaan ini tergambarkan dalam paper yang ditulis oleh Marlan O. Scully yang terbit di Physical Review Letters Vo 67. No 4, tanggal 30 September 1991. Scully dengan baik berhasil menunjukkan bahwa jika atom dikondisikan dalam keadaan superposisi koheren maka akan memacu resonan yang dapat melipatkangandakan indeks refraksi. Sebuah penjelasan yang sangat sejajar untuk kemampuan pengkondisian yang diikuti oleh keberanian berkeputusan cepat. Terbukti negara kemudian memperoleh pendapatan berkelipatan pasca regulasi ekspor nikel diterapkan.
Menjadi sangat mudah dimengerti jika kemudian Presiden Joko Widodo memberi isyarat keras. Digambarkan bahwa perguruan tinggi itu bagai kapal besar yang harus bergerak sangat hati-hati. Secara implisit presiden berpesan, peran nakhoda menjadi sangat penting karena semua kapal besar pasti berhadapan dengan tantangan kelembaman besar yang akan berpengaruh kepada berkurangnya fleksibilitas dan kelincahan bermanuver.
Sisi bijaknya Presiden tak lupa mengisyratkan jalan keluar alami. Para pengelola Program Studi di universitas diingatkan untuk selaras dengan pesat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sinilah titik temunya dimunculkan. Bahwa masalah kelembahan kapal besar dapat diselesaikan dengan hukum kelembaman itu sendiri. Seolah hendak mengingatkan kepada hukum fisika, presiden menyatakan bahwa jika program studi sebagai unit terkecil di dalam universitas selalu terdorong membangun kesadaran yang selaras dengan dinamika tinggi disertai kemampuan respon cepat, maka keadaan itu akan menjadi ciri alami dinamika kampus.
Itu memang hukum fisika yang menghadirkan interpretasi menarik. Bahwa setiap program studi itu ibarat atom dalam fenomena yang dijelaskan oleh Scully di atas. Resonansi yang muncul dari selaras dan kesempakan respon cepat program studi itulah yang kemudian kelak membawa UNS dan semua universitas di negeri ini menjadi pemimpin perubahan dan penyumbang kemenangan di masa depan. Itulah tantangannya.
Dapatkah kita menangkap isyarat Quantum Coherence Exponetial Evolution yang secara indah telah disajikan oleh Presiden Joko Widodo?
***
*)Oleh: Iwan Yahya, The Iwany Acoustics Research Group (iARG) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakrta.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |