
TIMESINDONESIA, MALANG – Balang Keris, adalah singkatan dari Bakso Malang Sebagai Kuliner Legendaris. Merupakan suatu bentuk akulturasi budaya dalam bidang kuliner yang diadaptasi dari makanan China.
Bakso secara harafiah berasal dari kata Bak-So yang dalam Bahasa Hokkien berarti daging giling. Pada masa itu masyarakat China menggunakan daging babi sebagai bahan baku pembuatan Bak-So.
Advertisement
Namun seiring dengan perkembangan waktu, daging yang digunakan sudah dimodifikasi menjadi daging sapi. Selanjutnya kuliner ini dibawa oleh pedagang China ke Indonesia dan disebarkan di Tanah Jawa, salah satunya Kota Malang.
Kini bakso menjadi kuliner legendaris ciri khas Kota Malang yang terkenal dingin. Masyarakat Indonesia pun sudah mengidentikkan jika datang ke Kota Malang maka wajib hukumnya untuk menikmati Bakso Malang.
Menurut hasil survei dalam jurnal Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Bakso di Malang yang diterbitkan oleh Universitas Brawijaya, usia yang mendominasi peminat Bakso Malang adalah kelompok usia 16-25 tahun sebanyak 62,5% dan usia 26–35 tahun sebanyak 25,83%. Hal ini menunjukkan bahwa kuliner Bakso Malang jelas eksistensinya pada semua kalangan masyarakat.
Sebagai kuliner legendaris, Bakso Malang memiliki cita rasa khas dan menggugah selera wisatawan yang datang. Ciri khas pertama terlihat dari kuahnya yang tergolong dalam white stock yang berasal dari rebusan tulang dan sumsum sapi. Kaldu sapi tersebut terlihat jernih dan dimasak dengan durasi waktu yang cukup panjang sehingga diperoleh rasa yang benar-benar gurih dan nikmat.
Kedua adalah variasi bakso yang unik seperti, bakso halus, bakso kasar, bakso urat, bakso keju, bakso cabai, bakso sosis, bakso sumsum. Ketiga adalah pendamping bakso yang beragam contohnya saja taoge, mie bihun, mie kuning, tahu, gorengan, siomay, hingga jeroan. Ketiga ciri khas tersebut menandakan bahwa Bakso Malang memiliki cita rasa dan komponen isi yang detail serta membebaskan penikmat untuk memilih apa saja yang akan disantapnya dalam satu mangkuk bakso. Bakso Malang adalah sebuah kearifan lokal yang harus dilestarikan.
Sebagai kearifan lokal masyarakat, Bakso Malang yang menunjukkan bahwa kehidupan memiliki berbagai macam tujuan, bermacam makna, tidak monoton, harus saling tenggang rasa menerima perbedaan. Oleh sebab itu, butuh kesadaran para generasi muda Kota Malang untuk senantiasa melestarikan dan berinovasi agar dapat menjaga eksistensi ditengah gempuran makanan asing yang bisa saja mengikis minat makanan tradisional.
Adapun inovasi yang saat ini terjadi dilakukan oleh Bakso Gulung Andromeda, pemilik bakso ini menyajikan bakso dengan bentuk yang digulung panjang. Hal ini terbilang unik karena bakso yang seharusnya berbentuk bulat divariasi bentuknya menjadi bakso yang berbentuk tabung seperti sedang digulung.
Selain pada bentuk, inovasi isi bakso juga terjadi, Adapun variasi isi tersebut dipopulerkan diantaranya oleh Bakso Mercon Cak Kar Malang, Bakso Boedjangan Malang, dan Buka baju Malang yang merupakan singkatan dari Gubuk Makan Bakso Keju. Setelah variasi isi, penyajian Bakso Malang pun ikut mengalami perkembangan. Jika biasanya kita temui` bakso berkuah, kini sudah mulai banyak dijumpai bakso yang disajikan dengan cara dibakar, tanpa kuah dan jeroan sebagai pendamping isian.
Perkembangan Bakso Malang nyatanya tak berhenti sampai pada komponen variasi isi dan bentuk. Namun kini sistem pemasaran dan penjualan juga ikut beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang ada, yaitu berbasis digital. Penggunaan aplikasi digital adalah bentuk adaptasi atas tantangan kemajuan teknologi.
Pembeli bisa memesan Bakso Malang menggunakan aplikasi yang pilihan menu nya sama seperti ketika membeli secara langsung. Metode pembayarannya pun dilakukan secara cashless atau non-tunai, cara ini dianggap memudahkan jalannya bisnis kuliner karena penjualan bisa masuk dari dua arah. Menguntungkan penjual dan memudahkan pembeli. Namun meskipun kini penjualan dan pemasaran sudah terbantu dengan sistem digital, kualitas rasa dari bakso tetap harus dijaga agar tidak hilang kekhasannya. Hal ini menjadi tantang tersendiri bagi para pengusaha bakso.
Kemunculan konsep Bakso Malang yang saat ini banyak berkembang di pasar merupakan bentuk kreatifitas anak muda Kota Malang yang senantiasa ingin maju dan berkembang serta merupakan suatu upaya melestarikan kuliner lokal. Dengan menjamurnya kedai Bakso Malang, artinya kebutuhan tenaga kerja juga terbuka. Sehingga menandakan adanya potensi peluang tenaga kerja lokal terserap dengan lebih maksimal.
Hal ini selaras dengan program pemerintah yaitu Menuju Indonesia Emas 2045 yang berisi harapan dan cita-cita Indonesia agar dapat bersaing dengan negara-negara lain serta menyelesaikan berbagai masalah di Indonesia salah satunya adalah terkait lapangan kerja untuk mengurangi masalah kemiskinan dan perbaikan taraf hidup.
Bakso Malang adalah sebuah representasi identitas budaya dalam bidang kuliner Merupakan kearifan lokal yang memiliki filosofi kehidupan dalam bentuk makanan. Ditengah gempuran makanan asing yang datang dengan konsep menarik, praktis dan harga bersaing.
Bakso Malang tak gentar menunjukkan keistimewaannya atas kuliner lain. Tak tergantikan, selalu dicari, selalu dinantikan, disantap sendiri maupun bersama, mulai dari masyarakat ekonomi bawah hingga atas, mulai dari pedagang kaki lima hingga pengusaha, rakyat biasa hingga presiden, semua menyukai bakso. Malang dan bakso, adalah bagian yang tak terpisahkan. Kawan, Kota Malang menunggumu untuk datang dan berkunjung. Terima Kasih, salam satu jiwa!
***
*) Oleh: Sonia Zsa Zsa Susanto, Mahasiswi BINUS University program study Ilmu Komunikasi.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sholihin Nur |