Kopi TIMES

Hilangnya Sang Guru Bangsa

Rabu, 14 September 2022 - 22:40 | 53.90k
Penulis Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si adalah dosen Fakultas Psikologi UAD
Penulis Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si adalah dosen Fakultas Psikologi UAD

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Bagai ditelan bumi. Semar menghilang. Pergi diam-diam. Tak ada yang diberitahu atas kepergian Semar. Termasuk anak-anak kesayangan Semar. Bagong, Petruk dan Gareng. Tak tahu rimbanya. Semar berada dimana? Tidak ada yang mengetahui keberadaan Semar.

Raibnya Semar bikin punakawan resah. Semar sekelas dewa. Memiliki kesaktian mumpuni. Tak mungkin diculik orang-orang tak bertanggung jawab. Punakawan juga tak percaya. Semar dibunuh oleh orang jahat. Tak mungkin tabiat sebaik Semar. Dianiaya orang lain. Semar tak pernah bikin celaka orang lain. Semar belum pernah melukai hati orang lain. Dan Semar belum pernah mengkhianati orang lain.

Seluruh hidup Semar untuk melayani siapa pun yang membutuhkannya. Seluruh hidup Semar disumbangkan untuk kebaikan negeri Amarta. Tentu saja tak menutup kemungkinan bagi kerajaan-kerajaan lain. Semar memberikan kemampuan terbaiknya. Bila kerajaan lain itu membutuhkan Semar untuk memperbaiki kondisi kerajaaan saat ada masalah.

Hilangnya Semar sesungguhnya bukan hanya punakawan yang merasa  bersedih. Namun seluruh punggawa dan rakyat Amarta ikut berduka akibat hilangnya Semar. Karena Semar tidak sekedar membawa kebaikan pada punakawan. Lebih dari ini membawa kemaslahatan Amarta. Ternyata harapan punakawan tak sesuai dengan kenyataan. Pandawa lima. Punggawa. Apalagi rakyat tak peduli dengan kepergian Semar. Mereka tak memiliki keresahan sama sekali. Hilangnya Semar tak membuat mereka cemas. Tak ada Semar. Tak ada masalah. Biasa saja.

Kondisi itu yang membuat Punakawan kecewa. Sepertinya perjuangan yang dilakoni Semar tak ada harganya di Amarta. Apalagi melihat Pandawa lima tak peduli dengan ketiadaan Semar. Seakan sudah tak butuh Semar lagi. Kabar hilangnya Semar. Mestinya sudah sampai ke istana. Punakawan secara khusus minta tolong pada punggawa yang kebetulan sedang bertugas di padepokan Karang kadempel. Untuk memberi tahu Pandawa lima tentang hilangnya Semar. Namun sudah lama menunggu. Tak ada satu pun keluarga Pandawa lima yang datang ke Karang Kadempel untuk menunjukkan simpati pada punakawa. Apalagi ikut melakukan pencarian agar Semar bisa ditemukan kembali. Sehingga Semar bisa hidup harmoni dengan punakawan. Anaknya. Keinginan punakawan jauh panggang dari api. Hanya di anggan-angan. Menjadi mimpi saja.

Meski realitasnya pandawa lima tak perhatian sama sekali. Punakawan tak menyerah. Mereka tetap gigih berusaha menemukan Semar. Maka mereka bagi tugas. Petruk dan Gareng melakukan jemput bola. Mendatangi negara Amarta. Tujuannya mendesak Pandawa lima agar terlibat ikut mencari Semar. Hitung-hitung sebagai balas jasa. Semar sudah memberikan segalanya. Semar merupakan guru bangsa Amarta. Setiap ada masalah terkait huru hara Amarta yang mampu memberi jalan keluar  adalah Semar. Pandawa lima selalu berada pada jalan lurus karena didampingi Semar. Pandawa lima selalu rukun karena yang membingkainya adalah Semar.

Gareng dan Petruk melaksanakan tugasnya dengan baik. Satu persatu Pandawa lima ditemui secara khusus. Meminta mereka untuk menemukan Semar. Yudistira sebagai raja Amarta. Pertama kali yang didatangi oleh Gareng dan Petruk.

Sayang, Yudistira tak mau bantu. Alasannya masih ada urusan yang lebih penting daripada sibuk mencari Semar. Lalu Gareng dan Petruk memui Bima. Sama saja. Belum bisa bantu. Alasan sama. Ada urusan yang lebih penting untuk dikerjakan oleh Bima. Arjuna, Nakula dan Sadewa sama. Tak bisa bantu karena ada proyek yang lebih mendesak  untuk ditangani dibanding hanya menelusuri jejak Semar. Meski Pandawa lima abai. Gareng dan Petruk terus membujuk Pandawa Lima rela menemukan Semar. Siapa tahu? Saatnya tiba. Pandawa lima tergerak hatinya  berusaha membawa Semar pada Punakawan.

Sementara di tempat lain, Bagong mengembara. Merambah hutan. Mengarungi samudera. Mendaki gunung. Sampai wilayah-wilayah tersembunyi yang belum pernah dijamah orang. Berbahaya. Dan setiap orang memasuki kawasan itu. Nyawa taruhannya. Tetap tak ada hasil untuk menemukan Semar.

Di tengah kebuntuan Bagong mencari Semar. Datang makhluk aneh. Menyerupai burung Garuda. Bagong takut. Makhluk yang tergolong raksasa itu, barangkali ingin memangsa Bagong. Namun ternyata tidak. Mahkluk aneh ternyata mengajak Bagong mendatangi Amarta. Bagong diminta untuk mengingatkan Pandawa lima. Kalau Pandawa lima tak peduli. Makhluk aneh bersama Bagong ingin membikin kerusuhan.

Makhluk aneh yang mirip burung Garuda tak terlalu lama sampai di Amarta. Mahkhluk aneh menunggu di luar istana. Dia tak ingin kehebohan terjadi karena melihat makhluk raksasa. Bagong masuk istana. Pengalamannya sama dengan Gareng dan Petruk. Pandawa lima tak peduli.

Tak mikir lama-lama. Bagong keluar. Menemui makhluk aneh untuk menciptakan kegaduhan. Namun yang menjadi keheranan Bagong. Dalam bikin kerusuhan ada rambu-rambunya. Tak boleh ada korban jiwa., Tak boleh ada kerusakan fasilitas umum yang dibangun oleh Amarta. Yang penting kerusuhan dibikin seru saja sebagai ajang demontrasi untuk menarik perhatian Pandawa lima agar peduli pada hilangnya Semar.

Saat Bagong dan makhluk aneh buat keributan. Seluruh kerajaan Amarta heboh. Rakyat ketakutan. Belum pernah melihat makhluk raksasa sebesar itu. Adanya teror mahkuk aneh  bersama Bagong. Yudistira memerintah adik-adiknya turun langsung. Mengatasi keadaan. Kalau perlu dengan cara berperang. Mengerahkan seluruh pasukan. Karena membujuk Bagong untuk menghentikan perlawanan. Tak mungkin. Kalau sudah memuncak keinginannya, Bagong tak bisa dilerai oleh siapa pun.

Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa terjun langsung ke medan laga. Mereka membawa pusaka, pasukan, dan mengajak rakyat untuk menjadi relawan. Usaha mereka sia-sia. Makhluk raksasa bersatu dengan Bagong tak bisa dikalahkan. Dalam kondisi genting. Pandawa lima baru ingat Semar. Seperti yang sudah berlalu. Sebagai guru bangsa Semar memberi nasehat yang pas. Dan masalah bisa diselesaikan dengan baik.

Di sini kehadiran Semar menjadi semakin berarti. Keberadaan Semar memiliki arti sangat penting bagi Amarta. Semar mampu memberi kontribusi untuk menyelesaikan problem kebangsaan kerajaan Amarta. Maka Pandawa lima menyesal telah mengabaikan permintaan punakawan. Kalau  Pandawa lima cepat  tanggap terhadap permintaan punakawan. Dan berhasil menemukan Semar. Tak akan dipermalukan oleh Bagong dan mahkluk aneh. Dihadapan rakyat. Pandawa lima dianggap tak mampu menyelesaikan masalah yang menimpa kerajaan Amarta.

Saat penyesalan Pandawa lima disampaikan pada Bagong yang bikin kekacauan negeri. Tiba-tiba makhluk aneh berubah wujud menjadi Semar. Ternyata makhluk aneh itu jelmaan Semar.

Atas peristiwa hilangnya Semar  yang membuat cemas Gareng, Petruk dan Bagong, serta  bikin malu keluarga Pandawa lima, Semar minta maaf. Sejatinya Semar menghilang bertujuan menguji Pandawa lima masih membutuhkannya. Atau hendak meninggalkan dirinya. Semar bersyukur. Ujian berhasil. Pandawa lima ternyata masih menghendaki dirinya menjadi guru bangsa buat negeri Amarta. (8, bersambung)

 

*) Penulis Dr. Hadi Suyono, S.Psi., M.Si adalah dosen Fakultas Psikologi UAD.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES