Kopi TIMES

Ingatan 30 September, "PKI No dan Komunis Yes"

Senin, 03 Oktober 2022 - 17:35 | 26.47k
Muliansyah Abdurrahaman Ways, Komite Kadin Indonesia, Pegiat Demokrasi & Politik Lokal.
Muliansyah Abdurrahaman Ways, Komite Kadin Indonesia, Pegiat Demokrasi & Politik Lokal.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – 30 September selalu diingatkan sebuah peristiwa ideologi yang memuncak dan mengenaskan sejumlah tokoh revolusi yang kuat mempertaruhkan darah dan nyawa demi tegaknya bangsa Indonesia yang pancasilais. 

G30SPKI atau Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia di NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) saat 20 tahun kedaulatan Indonesia Merdeka, namun rongrongan Ideologi menjadi satu etape bangsa Indonesia 20 tahun saat itu tak pernah menang. 

Peristiwa G30SPKI tak pernah hilang ingatan dari perjalanan bangsa ini, setiap tanggal 30 september pasti mengingatkan kembali pembantaian 7 Jenderal yang benar – benar di siksa dan diperlakukan tidak seperti manusia hingga kini menjadi museum bangsa Indonesia.  

Pembantaian 7 Jenderal menjadi sejarah penting bangsa Indonesia, sejarah kelam TNI yang tak pernah lupa, sehingga PKI hingga detik ini tak pernah di berikan kesempatan dengan menggunakan baju apapun. PKI Secara organisasi politik dilarang menjadi bagian dari percaturan politik di Indonesia, namun secara pemikiran dan lahir dari darah biologis, tentu tak dilarang oleh Negara, kecuali era orde baru, karena itu qodrat manusia berhak untuk hidup.

Era Soekarno adalah era dimana Indonesia mencari jati diri bangsanya, era Indonesia membangun fondasi menjadi bangsa yang memiliki jati diri, memiliki ideologi dan cita – cita bangsa Indonesia sebagai bangsa yang cerdas dan sejahtera. Kemudian dilanjutkan era Soeharto, Indonesia mulai di bentuk melanjutkan ide besar Soekarno dan para pendiri bangsa lain yakni Pancasila sebagai ideologi tunggal bangsa Indonesia, akhirnya 32 tahun Soeharto membentuk Indonesia sebagai bangsa pancasila seutuhnya.

Artinya H. Muhammad Soekarno dan H. Muhammad Soeharto adalah dua tokoh besar bangsa yang menghadirkan dirinya sebagai bapak yang menjaga dan melestarikan pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia, Ideologi pemersatu dan Ideologi yang menampung seluruh pikiran, budaya, kearifan local dan kelompok untuk menyempurnakan menjadi satu keyakinan ideologi bangsa ini. 

Kita di generasi tahun 2022 juga ikut diingatkan peristiwa ini, sehingga sebagai generasi milenial dan Z adalah masa generasi yang ikut mendengar dan mengetahui dari setiap catatan sejarah bangsa ini, wajib sebagai anak negeri untuk tahu sejarah perjalanan bangsa ini, sehingga kita tidak kaku dalam memandang dan melihat saat kita memiliki perspektif tentang PKI, komunis dan Pancasila.

Dari sisi pemikiran dan ketokohan, tentu kita ikut bangga atas sejumlah tokoh komunis yang, walaupun dari sisi politik institusi masih belum di berikan kesempatan, karena nama PKI telah tercatat sebagai bagian dari membantai sejumlah tokoh jenderal revolusi, tetapi dari sisi pemikiran, penulis meyakini bahwa kita tak bisa menafikan bahwa kita belajar pemikiran – pemikiran dari Tokoh Komunis baik luar negeri hingga di dalam negeri. 

Kenapa PKI No, karena Komunis secara institusi partai politik memiliki sejarah buruk dan di tetapkan secara regulasi TAP MPRS No XXV/MPRS/1966/ Tahun 1966 bahwa PKI telah dibubarkan. Tetapi bukan berarti pemikiran Komunis pun bubar, alhasil hingga kini komunis tetap saja menjadi pemikiran banding dari pemikiran-pemikiran lain dan masih banyak juga negara di dunia sebagian masih menggunakan ideologi ini sebagai dasar gerakan ideologi politiknya sebagaimana kita lihat RRC, Rusia, Korea Utara dan Negara lainya.

Di Indonesia, Komunis masih indentik dengan PKI, itulah membuat orang Indonesia skeptis dan seolah-olah bahwa Komunis itu satu ajaran yang menggengtayangan ideologi Pancasila, sehingga bila ada anak cucu PKI bangkit dianggap salah dan dilarang. Padahal Komunis juga ada ajaran positifnya yang kini membuat Negara Korea Utara kuat, Cina kuat dan Rusia benar-benar kuat. 

Ambillah pemikiran politik yang positif, sehingga kita bukan PKI tetapi kita kader Komunis secara gagasan dan pemikiran, menjadi komunis bukan berarti kita PKI, tetap kita bagian dari belajar komunis bukan PKI di Indonesia. Biarkan lah komunis juga ikut bersanding dengan pemikiran-pemikiran lain, kita belajar Karl Marx, Mao, Lenin, Tan Malaka dan Soekarno bukan berarti kita Komunis ataupun PKI.

Jadikanlah 30 September lebih pada nilai-nilai positif, nilai-nilai akomodatif dan nilai-nilai yang dapat menghadirkan pancasila sebagai ideologi pemersatu, ideologi terbuka dan Ideologi yang bertranformasi sebagai nilai universal. 

PKI boleh dilarang, tetapi pemikiran tak bisa dilarang, karena pemikiran sebagai kemerdekaan berimajinasi. PKI tentu No, tetapi Komunis bisa saja yes. Dihari ini tanggal 30 September 2022 adalah momentum bertranformasi pemikiran-pemikiran Pancasila ke berbagai perspektif kehidupan keindonesiaan.

***

*) Oleh: Muliansyah Abdurrahaman Ways, Komite Kadin Indonesia, Pegiat Demokrasi & Politik Lokal.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES