Kopi TIMES

Membangun Budaya Literasi Santri

Selasa, 18 Oktober 2022 - 13:18 | 96.63k
Dr. Noer Rohmah, M.PdI, Dosen STIT Ibnu Sina Malang; Sekjend LPTNU Kab. Malang; PC Muslimat NU Kab. Malang.
Dr. Noer Rohmah, M.PdI, Dosen STIT Ibnu Sina Malang; Sekjend LPTNU Kab. Malang; PC Muslimat NU Kab. Malang.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Dunia yang makin berkembang secara dinamis disertai dengan kompleksnya permasalahan yang muncul, menuntut partisipasi aktif seluruh umat manusia untuk mengambil bagian dalam upaya pemecahan masalah tersebut tidak terkecualikan para santri.

Untuk itu, sangat dibutuhkan kemampuan untuk “Membaca” baik membaca teks maupun membaca alam ini. Secara implisit harus kita sadari bersama bahwa mengapa Tuhan menurunkan wahyu pertama kali Surat Al ‘Alaq yang berbunyi “Iqra”, ini artinya bahwa Tuhan memerintahkan kepada seluruh hambanya agar mampu “Membaca” tidak hanya membaca teks saja (Al Qur’an) melainkan membaca alam ini.

Advertisement

Dengan kata lain, Tuhan memerintahkan hambanya untuk mampu membaca, menulis dan meneliti tentang alam ini. Intinya bahwa wahyu pertama kali diturunkan, Tuhan telah memerintahkan kepada manusia untuk meningkatkan literasi ilmiahnya.

Selanjutnya bagaimana budaya literasi para santri di Indonesia?  

Dalam bahasa yang sederhana budaya literasi adalah kemampuan membiasakan membaca, menulis, meneliti dan upaya mencari informasi yang tepat. Kemampuan ini sangat urgen sekali dimiliki oleh para santri dan harus ditingkatkan untuk mencapai masa depan yang gemilang. Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk membangun dan meningkatkan budaya literasi dikalangan para santri antara lain:

1. Tumbuhkan kesadaran pada para santri akan pentingnya membaca

Menumbuhkan kesadaran memanglah tidak mudah, apalagi kesadaran untuk membaca buku di kalangan para santri, namun ini bukan berarti tidak bisa dilakukan. Upaya motivasi harus selalu dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan memberikan hadiah kepada santri yang rajin membaca buku, dan hadiah ini tidak selalu berupa materi/fisik.

2. Membentuk komunitas baca dan mendiskusikan hasil bacaan

Dari sekian banyak santri di pesantren tentu ada beberapa santri yang memiliki minat baca lebih tinggi dari santri yang lain. Ini perlu diberdayakan, perlu membuat kelompok khusus yang arahnya adalah gerakan budaya membaca secara rutin dan intensif. Kegiatannya bisa dilakukan dengan membiasakan membaca dulu sebelum KBM dimulai, menyiapkan hari- hari  khusus untuk membaca buku di sela-sela padatnya kegiatan pesantren. Kegiatan komunitas ini tidak hanya membaca tapi juga berdiskusi membahas masalah-masalah terkait dengan konsep/ temuan-temuan dari bacaan tersebut sehingga kegiatan akan lebih aktif.

3. Optimalisasi peran perpustakaan pesantren

Era digital saat ini terkadang membuat banyak orang termasuk dikalangan para santri menggantungkan sumber bacaan secara on line ( lewat google atau you tube dan lainnya) akibatnya perpustakaan sepi dari pengunjung. Padahal jika mendapatkan sumber langsung dari buku/kitabnya, maka akan lebih valid. Agar perpustakaan bisa berperan secara optimal dan menyenangkan penting juga untuk mengadakan buku terbaru dan berkualitas. Selanjutnya jangan lupa tinggalkan pengingat pentingnya membaca buku di setiap kelas (misalnya dengan membuat kata-kata “Taklukkan dunia dengan Membaca Buku”, dll). Tidak kalah pentingnya untuk mengoptimalkan peran perpustakaan ini dengan membuat perpustakaan kelas atau di ruangan-ruangan santri  (Ghurfah), sehingga dimanapun santri berada mereka akan menjumpai buku/ kitab. 

4. Adakan rihlah ilmiah dengan mengajak santri berkunjung ke perpustakaan terdekat

Hal ini juga penting dilakukan untuk menambah wawasan para santri terkait dengan beberapa literatur yang mungkin belum tersedia di perpustakaan pesantren sendiri.

5. Memotivasi santri untuk membuat karya tulis ilmiah

Membuat karya tulis ilmiah harus digalakkan dikalangan para santri, ini perlu pendamping secara khusus agar intensifikasi proses menulis bisa kondusif, tentunya ini lebih cenderung bagi mereka yang sudah tergabung dalam komunitas membaca tadi.

6. Menghadirkan penulis buku maupun kitab

Sesekali pesantren bisa mengadakan acara bedah buku/ kitab dengan mengundang langsung penulis buku/ kitab tersebut. Ini akan lebih memotivasi santri tergerak hatinya untuk menulis, dan mereka akan memiliki pandangan bahwa menulis itu tidak sulit.

7. Peran pengasuh pesantren

Pengasuh pesantren adalah pemimpin dan manajer pesantren yang berpengaruh besar terhadap visi dan misi pesantren termasuk gerakan literasi pesantren ini. Dukungan dan penyediaan sarana prasarana sekaligus berbagai inovasi baru terkait dengan peningkatan budaya literasi santri sangat membutuhkan peran pimpinan/ pengasuh pesantren.  

***

*) Oleh: Dr. Noer Rohmah, M.PdI, Dosen STIT Ibnu Sina Malang; Sekjend LPTNU Kab. Malang; PC Muslimat NU Kab. Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES