Kopi TIMES

Arema, Sepak Bola, Agama dan Indonesia (3)

Sabtu, 29 Oktober 2022 - 13:30 | 35.74k
Didik P Wicaksono. Aktivis di Community of Critical Social Research Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Paiton Probolinggo.
Didik P Wicaksono. Aktivis di Community of Critical Social Research Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Paiton Probolinggo.

TIMESINDONESIA, MALANG – Tragedi Stadion Kanjuruhan (1/10/2022) dengan korban meninggal dunia terbesar kedua setelah tragedi Stadion Nasional Peru (24/5/1964) segera menjadi sorotan dunia Internasional. 

Siapa yang paling bertanggung jawab? 

Muncul berbagai pandangan. Diantaranya dari Ketua Umum Yayasan Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Muhammad Isnur, yang menyebutkan negara harus bertanggung jawab. “YLBHI: Negara Harus Bertanggung Jawab dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan” (kompas. com, 02/10/2022)

Sementara itu, Amnesty International Indonesia (AII) mengkritik kinerja kepolisian melalui Direktur Eksekutif Ali Usman Hamid. Tragedi Kanjuruhan dinilai  ada unsur pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). “Amnesty: Kapolda Jatim Harus Bertanggung Jawab Atas Tragedi Kanjuruhan” (cnnindonesia.com, 4/10/2022)

Lain lagi pandangan Direktur Indonesia Sport Corruption Watch (ISCW) Rudy Darmawanto, Insiden Kanjuruhan menjadi tanggung jawab PSSI dan Menpora. “ISCW: Menpora dan Ketum PSSI Harus Bertanggung Jawab Atas Tragedi Kanjuruhan” (politik.rmol.id, 3/10/2022)

Berbeda pula pandangan ketua umum PSSI. "Ketua umum PSSI, Mochamad Iriawan, menegaskan bahwa yang bertanggung jawab atas tragedi di Stadion Kanjuruhan adalah panitia pelaksana laga antara Arema FC dan Persebaya Surabaya" (goal.com, 5/10/2022). 

Sebelumnya Rocky Gerung melalui Channel Youtube mengatakan “Tak ada yang mengaku bertanggung jawab” (Channel YouTube Rocky Gerung Official, 3/10/ 2022).

Berdasarkan temuan Mahfud MD (Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (HAM), dan sekaligus Ketua TGIPF menemukan fakta bahwa seluruh pemangku kepentingan terkait, saling menghindar dari tanggung jawab. "Semua stakeholders saling menghindar dari tanggung jawab” (cnbcindonesia.com, 14/10/2022)

Tanggapan moderat muncul dari Analisis Politik, Boni Hargens. Tragedi Kanjuruhan merupakan kesalahan semua pihak. Tanggung jawab bersama. “Boni Hargens: Semua Harus Bertanggung Jawab Atas Tragedi Kanjuruhan” (nasional.sindonews.com, 4/10/2022).

Pandangan-pandangan saling melempar tanggung jawab tersebut dapat dipahami apabila aremania terus melakukan protes. “Aremania Kembali Turun Ke Jalan, Sampaikan 9 Tuntutan Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan” (kompas.tv, 27/10/2022). 

Tidak ketinggalan media ini juga memberitakan “Kembali Aksi Turun Jalan, Aremania Gaungkan 9 Tuntutan” (timesindonesia, 27/10/2022).   

Berdasarkan liputan banyak media, sembilan tuntutan Aremania adalah, pertama, menuntut pasal yang disangkakan ke para tersangka diubah ke Pasal 338 atau Pasal 340 KUHP. 

Kedua, menuntut pertanggung jawaban moral seluruh jajaran PSSI mundur dari jabatan saat ini. 

Ketiga, meminta aparat kepolisian dapat segera menyelidiki, mengadili dan merilis siapa saja eksekutor penembak gas air mata pada tragedi kanjuruhan. 

Keempat, menuntut transparansi aparat kepolisian terkait hasil sidang etik eksekutor penembak gas air mata saat tragedi kanjuruhan, jika terbukti ada pelanggaran maka harus dipidana. 

Kelima, menolak rekonstruksi yang dilakukan oleh Polda Jawa Timur yang menyebut tembakan tidak diarahkan ke tribune. 

Keenam, menuntut Manajemen Arema FC harus turut andil mengawal proses Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan, Selaras dengan perjuangan Aremania yang menuntut keadilan. 

Ketujuh, menuntut Pemerintah bersinergi dengan Komnas HAM dan menetapkan bahwa para tersangka melakukan kejahatan Genosida.

Kedelapan, mengutuk segala bentuk intimidasi dari pihak manapun terhadap para saksi dan korban tragedi kanjuruhan. 

Kesembilan, meminta tiga kepala daerah dan DPRD seluruh Malang Raya turut andil mengawal tragedi kanjuruhan bersama Aremania hingga tuntas.

Fakta dan Hoax

Sementara itu, video amatir berkaitan dengan tragedi Stadion Kanjuruhan menyebar di banyak media sosial (medsos), kesaksian penonton dan suporter serta pemberitaan dari berbagai media massa telah menciptakan banyak persepsi. 

Fakta dan hoax bercampur mengisi pemberitaan. Muncul berita kerusuhan terjadi antara suporter Arema vs Persebaya. Padahal jelas, pada saat kejadian tidak ada suporter Persebaya di Stadion Kanjuruhan. 

Laporan dan “kesaksian” ada juga yang menyampaikan dari mulut korban tercium aroma alkohol. Ditemukannya pula botol minuman keras (miras) di lokasi stadion. Padahal itu bukan miliknya Aremania. 

Rumor liar pun berkembang, pihak-pihak yang melakukan tindakan anarkis dikarenakan kalah taruhan. Arema diunggulkan dan tidak pernah kalah melawan Persebaya selama 23 tahun. Para petaruh yang kalah, akhirnya kalap. 

Akibatnya, publik mengurai penyebab tragedi ini dari berbagai sudut pandang yang subjektif, spekulatif dan saling menyalahkan. Dibentuknya TGIPF diharapkan dapat bekerja secara independen, transparan dan objektif sesuai fakta yang terjadi. 

Harapan itu setidaknya sudah dibuktikan dengan laporan hasil temuan dari TGIPF. Bahkan menurut laporan yang disampaikan Mahfud MD, “Proses jatuhnya korban, jauh lebih mengerikan dari yang beredar di Televisi maupun di medsos." Temuan fakta ini tidak mungkin disampaikan kalau ada niat tidak transparan (ditutup-tutupi). 

Jelas, tragedi Kanjuruhan mengarah kuat pada tindak pidana. Kapolri sudah menetapkan pihak-pihak yang diduga bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan atas peristiwa tragedi di Stadion Kanjuruhan.  

Dunia internasional pun banyak yang menyoroti dari sisi penembakan gas air mata dan banyaknya jumlah korban. Keprihatinan dan belasungkawa mereka sampaikan, diantaranya dari Federation Internationale de Football Association (FIFA), Asian Football Confederation (AFC), tokoh spiritual (agama) dan hampir seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dan dunia. 

Presiden FIFA, Gianni Infantino menyampaikan rasa belasungkawanya, "Saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada keluarga dan teman-teman para korban yang kehilangan nyawa setelah insiden tragis ini" (bolasport.com, 2/10/2022)

Di situs resmi AFC (2/10/2022), Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa: "Saya sangat terkejut dan sedih mendengar berita tragis itu datang dari Indonesia yang mencintai sepak bola. Atas nama AFC dan keluarga sepak bola Asia, saya menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada keluarga dan teman para korban" (cnbcindonesia. com, 2/10/2022).

Sri Paus Fransiskus berdoa, "Saya juga berdoa untuk mereka yang kehilangan nyawa dan terluka dalam bentrokan yang pecah setelah pertandingan sepak bola di Malang di Indonesia" (VIVA. co.id, 3/10/2022). 

Bahkan cara Sergio Ramos, seolah fans Arema, dengan ucapan dukanya, "Jiwa kami bersama para korban dan keluarga mereka" dan banyak lagi dari berbagai kalangan ungkapan keprihatinan, simpati, empati dan doa bagi korban bila ditelusuri lebih jauh berdasarkan jejak digital.  

Doa terus mengalir dari banyak kalangan. Gus Miftah (Miftah Maulana Habiburrahman), "Presiden Para Pendosa", dengan tangis haru berdoa, "Innalillahi Wainnailaihi Rojiun. Tidak layak nilainya satu nyawa pun melayang gara-gara sepak bola. Apa yang kita bela, sepak bola bukan agama" (instagram.com/gusmiftah, 2/10/2022).
 

*) Penulis Adalah Didik P Wicaksono. Aktivis di Community of Critical Social Research Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Paiton Probolinggo.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES