Kopi TIMES

Bangkitkan Anak Remaja Menjadi Generasi Beresilien Menuju Indonesia Emas 2045

Selasa, 27 Desember 2022 - 12:08 | 75.74k
Endahing N.I. Pustakasari, Konselor yang aktif melakukan psikoedukasi dan pemberdayaan masyarakat, juga bergiat sebagai Relawan Titian Kebaikan Gugus Tugas Pegiat Keluarga Indonesia (ERTEKA GT Giga Indonesia).
Endahing N.I. Pustakasari, Konselor yang aktif melakukan psikoedukasi dan pemberdayaan masyarakat, juga bergiat sebagai Relawan Titian Kebaikan Gugus Tugas Pegiat Keluarga Indonesia (ERTEKA GT Giga Indonesia).

TIMESINDONESIA, MALANG – Masa pandemi Covid-19 selama hampir tiga tahun berhasil meluluhlantakkan sektor kehidupan manusia. Salah satu sektor terdampak yakni perekonomian. Kementerian Sosial RI telah bekerja keras dalam menopang kebutuhan masyarakat khususnya menengah ke bawah melalui bantuan sosial yang bergulir kala itu.

Namun, masalah lain mencuat terkait kesehatan mental masyarakat yang belum tersentuh secara merata, dikarenakan bantuan sosial masih terfokus pada materi. Berbagai masalah mental bermunculan yang rentan dialami oleh semua kalangan, sebagai akibat penerapan pembatasan ruang gerak dan interaksi langsung masyarakat di ranah publik seperti social distancing dan physical distancing. Selama masa itu, masyarakat harus tinggal di dalam rumah dengan pengalihan aktivitas offline ke daring. 

Kalangan terdampak termasuk anak-anak dan remaja. Mereka harus sekolah daring, dan interaksi seperti bermain di ruang terbuka pun menjadi terbatas. Sehingga, memicu masalah psikologis pada mereka. Terlebih bila masalah mental dialami oleh orang tua yang menyebabkan perilaku agresif yang dilampiaskan kepada anaknya.

Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa sebanyak 2,4 juta anak remaja di Indonesia mengidap gangguan mental. Sungguh angka yang fantastis, mengingat mereka merupakan generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan estafet pembangunan nasional. Lalu, bagaimana jika tren pengidap gangguan mental pada anak remaja ini terus meningkat? Mau menjadi seperti apa masa depan bangsa ini? Sedangkan, Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2030 dan target menuju Indonesia Emas 2045.

Masalah itu menjadi lecutan bersama bahwa kebangkitan pasca pandemi tidak melulu pada persoalan bantuan materi semata. Negara harus hadir membersamai tumbuh kembang generasi bangsa ini melalui inovasi program-program pembangunan Sumber Daya Manusia yang berkelanjutan.

Program-program yang melibatkan seluruh stakeholders yang menyentuh grassroot. Sesuai dengan visi-misi dan fokus pemerintah Republik Indonesia hari ini melalui revolusi mental. Indonesia juga menghadapi ancaman bencana alam dan bencana sosial yang perlu diantisipasi. Maka, yang dibutuhkan generasi muda Indonesia ialah meningkatkan kemampuan resiliensinya. 

Untuk meningkatkan resiliensi anak remaja dapat dilakukan melalui program pendidikan skill resiliensi melalui pelatihan, pembinaan dan pendampingan secara intensif. Merekrut anak remaja atau pemuda berprestasi yang visioner dan empati untuk kemudian dilatih menjadi kader resilien yang akan bertugas untuk mengkampanyekan dan gethuk tular skill resiliensi kepada teman sebaya, sekaligus menjadi peer support system bagi remaja pengidap gangguan mental.

Tentu program tersebut membutuhkan keterlibatan aktif dari pihak keluarga, sekolah, Karang Taruna, Posyandu Remaja, Panti Asuhan, Pusat Rehabilitasi Anak dan lain-lain. Program ini bersifat berkelanjutan yang bertujuan agar anak-anak semakin beresilien dan agile dalam menghadapi persoalan hidupnya yang dapat mempengaruhi kesehatan mentalnya, serta berperan aktif dalam pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045. Semoga!

***

*) Oleh : Endahing N.I. Pustakasari, Konselor yang aktif melakukan psikoedukasi dan pemberdayaan masyarakat, juga bergiat sebagai Relawan Titian Kebaikan Gugus Tugas Pegiat Keluarga Indonesia (ERTEKA GT Giga Indonesia).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES