
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sepanjang tahun 2020 sampai dengan tahun 2022, dunia dihantam berbagai krisis. Mulai dari krisis ekonomi akibat penutupan tempat kerja dan keterbatasan mobilitas sampai dengan krisis Ukraina-Rusia yang berdampak pada terganggunya arus supply chain di hampir sebagian besar belahan dunia. Sampai tahun 2021, Indonesia masih digentayangi oleh meningkatnya kasus baru COVID-19 dan banyaknya pasien yang meninggal terutama pada Agustus 2021. Hal ini sangat memengaruhi kondisi pasar kerja Indonesia yang saat itu sudah mulai membaik.
Perkembangan kasus COVID-19 pada tahun 2022 cukup membaik walaupun terjadi peningkatan kasus baru pada Februari 2022 namun yang meninggal tidak semasif sebelumnya. Hal ini juga dimungkinkan dengan adanya program vaksin booster di awal tahun yang menyebabkan imun masyarakat juga menjadi lebih baik. Keadaan yang tidak menentu ini tentu berdampak juga dalam pasar kerja Indonesia. Namun tampaknya, sampai dengan triwulan tiga tahun 2022 ini perekonomian Indonesia cukup baik. BPS mencatat bahwa laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami tren yang meningkat yaitu mencapai 5,72 persen secara y-o-y.
Advertisement
Seiring dengan itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga mengalami penurunan dari Agustus 2020 hingga Agustus 2022 yaitu dari 7,07 persen menjadi 5,86 persen. Tingginya mobilitas pekerja dan status PPKM yang rendah di hampir seluruh wilayah, mampu meningkatkan peluang untuk bekerja kembali. Pada Agustus 2022, jumlah penduduk bekerja mencapai 135,30 juta orang, meningkat sebanyak 6,54 juta orang jika dibandingkan tahun 2019.
Selain itu, peran serta perempuan dalam pasar kerja juga terus meningkat yaitu mencapai 53,41 persen. Membaiknya pasar kerja sampai Agustus 2022 juga didukung oleh informasi big data dengan meningkatnya jumlah iklan lowongan pekerjaan dan masih stabilnya jumlah perusahaan yang menyediakan lowongan. BPS mencatat bahwa jumlah tenaga kerja dengan status pekerjaan sebagai buruh/karyawan/pegawai mencapai 50,95 juta orang dan pekerja formal mencapai 55,06 juta orang. Sampai dengan Agustus 2022, data Sakernas masih menunjukkan optimisme pasar kerja.
Gelombang PHK Massal Perusahaan Startup
Pasar kerja yang sudah mulai kondusif tampaknya kembali akan terdisrupsi. Bulan November 2022, banyak pemberitaan masif mengenai PHK massal pada karyawan perusahaan startup. Hal ini ditenggarai oleh adanya isu resesi global pada tahun 2023 sehingga banyak perusahaan yang melakukan efisiensi dini. Keadaan ini sudah mulai terlihat dari meningkatnya inflasi bulanan sampai dengan November 2022. BPS mencatat inflasi y-o-y¬ menunjukkan nilai 5,95 persen pada bulan September 2022 dan masih berkisar 5,42 persen pada November 2022. Hal ini sejalan dengan tingginya tekanan inflasi global yang telah diproyeksikan mencapai 8,30 persen pada triwulan keempat tahun 2022 (International Monetary Fund/IMF).
Tenaga kerja dari perusahaan startup mempunyai keterampilan yang cukup tinggi atau termasuk high skilled worker. Sehingga apabila di-PHK maka kemungkinan akan mencari jenis pekerjaan yang serupa yaitu di sektor Informasi dan Komunikasi. Hasil big data yang diperoleh dari jobs.id menunjukkan bahwa jumlah iklan lowongan pekerjaan pada sektor ini mengalami penurunan sejak September hingga November 2022. Adanya gejolak pada akhir tahun 2022 ini belum dapat dicatat dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) karena di luar periode pendataan. Sedangkan pertumbuhan triwulan akhir 2022 baru bisa diperoleh pada awal tahun 2023.
Ketidakpastian Kondisi Ketenagakerjaan Tahun 2023
Dalam hitungan hari, tahun 2023 sudah dimulai. Keadaan yang telah terjadi selama akhir tahun 2022 secara global juga banyak berimbas di Indonesia. Menurut International Labour Organization (ILO), keadaan ketenagakerjaan berada dalam kondisi ketidakpastian sehingga untuk mencapai kondisi ideal dalam pengembangan dan kelayakan pekerjaan masih jauh dibandingkan tahun 2019. IMF bahkan memprediksikan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2023 terus menurun hingga mencapai 2,30 persen saja.
Sampai bulan Desember 2022, masih banyak pemberitaan mengenai PHK yang dilakukan oleh perusahaan startup. Bahkan keadaan yang baru-baru ini viral adalah mengenai biaya administrasi yang diterapkan pada masing-masing platform penjualan digital yang dapat membuat tingkat pembelian dan transaksi juga akan menurun. Hal ini tentu akan berdampak kembali terhadap efisiensi anggaran perusahaan tersebut. Di luar gonjang-ganjing perusahaan startup, tentu masih banyak masalah lainnya pada ketenagakerjaan terutama di sektor perdagangan yang merupakan imbas dari adanya kenaikan inflasi inti mencapai 3,30 persen secara y-o-y pada November 2022.
Untuk itu, perlu adanya intervensi dari berbagai pihak termasuk pemerintah dalam menghadapi ketidakpastian pasar kerja tahun 2022. Dana bantuan pada usaha tentunya masih diperlukan seperti yang dilakukan pada masa COVID-19. Selain itu, perlu juga adanya intervensi agar PHK tidak lagi secara masif pada tahun 2023. Dengan beberapa catatan sepanjang tahun 2022 ini, kiranya pada tahun 2023 pasar kerja Indonesia bisa membaik di tengah isu resesi global. (*)
***
*) Oleh: Weni Lidya Sukma, SST., MEKK., Statistisi Ahli Muda di BPS RI.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |