Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Antara Himmah dan Ambisi

Rabu, 01 Februari 2023 - 11:55 | 1.36m
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA)
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA)
FOKUS

Universitas Islam Malang

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Tidak ada manusia yang tidak memiliki tujuan atau cita-cita yang akan dicapai dimasa depan (future), cita-cita atau tujuan baik tersurat atau tersirat disebut sebagai keinginan, dan keinginan ini timbul karena manusia meiliki hawa nafsu. Dari adanya nafsu menjadi keinginan kemudian menjadi cita-cita, dalam proses mencapai cita-cita inilah yang membutuhkan efforts atau usaha/pengorbanan. Untuk mencapai cita-cita atau tujuan yang telah ditargetkan tentunya tergantung dengan pengorbanan yang diusahakan, semakin besar efforts manusia dalam memperjuangkan cita-citanya maka hasil besar pula yang akan didapat bahkan bisa jadi cita-citanya tercapai dengan sempurna, begitupun sebaliknya manusia dengan efforts rendah maka hasilnya juga tidak mencapai puncak, karena saat proses perjuangannya mudah dipengaruhi dengan faktor-faktor yang membuatnya takut atau malas sehingga perjuangannya tidak all out.

Perihal efforts atau pengorbanan manusia untuk mencapai sesuatu (tujuan/cita-cita/target) ada dua istilah yang menggambarkan keinginan kuat manusia yaitu “Himmah” dan “Ambisi”, jika keduanya menggambarkan hal yang sama, lalu dimana letak perbedaanya? Sebelum menentukan perbedaan mari  identifikasi definisinya, “Himmah” secara bahasa sama dengan An-Niyyah (Niat) atau Al-‘azimah (Tekad) atau Iradah (Kehendak), jadi “Himmah” adalah suatu tingkatan tekad atau keinginan manusia untuk mencapai sesuatu. Sedangkan “Ambisi” dikutip dari KBBI Ambisi sama dengan Keinginan (Keinginan yang besar untuk menjadi/memperoleh/mencapai/melakukan sesuatu), jadi “Ambisi” adalah keinginan manusia yang besar untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang telah di targetkan disertai dengan action yang besar.

Advertisement

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Lalu apakah himmah tidak disertai aksi? Mari dibahas, kata “Himmah” terdengar lebih condong ke Islami atau bersangkutan dengan konsep Islam, sedangkan kata “Ambisi” bersifat general. Manusia yang memiliki ambisi sudah pasti keinginan dan tekadnya besar. Himmah adalah sebuah tekad atau keinginan yang dimiliki dalam diri manusia, yang mana masih bisa dibagi menjadi dua kategori yaitu Himmah-nya kuat dan Himmah-nya rendah. Himmah menurut Rasulullah terdapat Himmah Al-‘aliyah (Tekad yang  tinggi) dan Himmah Daniyah atau Dunuwwul himmah (Tekad yang rendah). Saat himmah berada ditingkat ‘Aliyah maka manusia bisa disebut memiliki Uluwwul Himmah.

Manusia yang memiliki Uluwwul Himmah adalah orang yang kuat, karena orang yang kuat mampu menakhlukkan rintangan-rintangan dalam prosesnya menuju target dengan percaya diri meskipun disertai dengan pengorbanan rasa sakit. Sebagai contoh dari kisah Rasulullah yang saat itu di minta oleh kaum Quraisy untuk menghentikan dakwah agama Islam, Rasulullah SAW pun berkata “Meskipun mereka (kaum Quaraisy) meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku meninggalkan perkara (dakwah) ini, sehingga Allah memenangkannya atau aku binasa, tidak akan aku meninggalkannya (dakwah).” Kisah Rasulullah SAW ini menggambarkan betapa tingginya Himmah beliau hingga beliau merelakan dengan gampang meskipun seandainya mendapatkan hadiah besar, tetapi kalau itu menghalangi tujuannya (dakwah menyebarkan agama Islam) demi Ridho Allah beliau tidak akan terpengaruh. Jadi ambisi yang dimiliki Rasulullah hanya untuk memenuhi perintah Allah dan mncapai Ridho-NYA.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Oleh karena itu Himmah yang kuat atau himmah Al-‘Aliyah atau ‘Uluwwul Himmah merupakan ambisi yang dimiliki manusia untuk melakukan perkara yang mulia. Rasulullah memiliki ambisi untuk melakukan perkara yang mulia dan perkara yang muliah baik berdasarkan Islam atau general adalah perkara atau tindakan atau pencapaian yang bisa memberi maslahah atau manfaat untuk manusia lain. Berdasarkan agama islam perkara mulia adalah ketika kita sebagai manusia bisa bermanfaat untuk manusia lain dan kita merasa damai berarti dititik itu kita bisa mendapat dan merasakan kenikamatan atau ridho Allah SWT. Jadi manusia yang memiliki himmah kuat setelah melakukan dan mencapai cita-citanya perasaan akhirnya adalah kedamaian karena selama prosesnya dia berada di jalan Allah SWT yang mana tidak merugikan siapapun.

Kategori kedua tentang manusia yang memiliki himmah rendah atau Dunuwwah Himmah adalah manusia yang lemah, apakah mereka tidak punya keinginan? Tentu punya, mereka yang termasuk di kategori ini juga mempunyai cita-cita dan keinginan untuk mencapai puncaknya dengan perasaan damai dan puas. Namun Dunuwwah Himmah obsesi dan ambisinya rendah, bisa jadi salah satu faktornya adalah perasaan takut yang tidak dapat ditakhlukkan. Mengapa mereka tidak mau berjuang hingga darah terakhir? Kembali lagi karena ambisinya tidak kuat, meskipun sebenarnya mereka mau dengan hadiahnya tetapi mereka tidak ingin dan takut membahayakan dirinya sendiri saat prosesnya, sehingga manusia yang himmahnya rendah bisa dibilang lebih memilih berada di zona nyaman.  Yang terpenting tidak mengganggu dan tidak merasa diganggu, tetapi juga tidak merasakan manfaatnya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kemudian bagaimana dengan ambisi? Orang yang ber-himmah sudah pasti berambisi, namun orang yang berambisi belum tentu itu Himmah, karena manusia yang memiliki ambisi berarti orang itu sangat mengharapkan hasilnya sehingga apabila manusia dasarnya hanya ambisi belum tentu hasil akhir yang dirasakan kedamaian dan kepuasan atau kesejahteraan, karena selama prosesnya orang yang berambisi akan melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuannya tidak dapat dipungkiri dengan cara positif atau negative.

Bisa ditarik kesimpulan bahwa manusia yang memiliki himmah sudah pasti berambisi namun yang diharapkan selain hasil adalah kesejahteraan maka selama prosesnya mereka akan berdasar pada ajaran Allah SWT, sedangkan orang yang berambisi saja akan berharap pada hasil dan akan melakukan berbagai cara untuk mencapainya tetapi lupa dengan nilai-nilai kehidupan sehingga kesejahteraan belum tentu didapat. Himmah adalah tingkatan tekad yang dimiliki manusia, manusia yang memiliki himmah kuat berarti manusia yang berambisi, sedangkan manusia yang memiliki himmah rendah berarti manusia yang ambisinya kurang atau tidak berambisi (hidupnya mengalir mengikuti arus)  

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES