Mendialogkan Fikih Peradaban dalam Penguatan Moderasi Beragama dan Bela Negara

TIMESINDONESIA, JEMBER – Nahdlatul Ulama (NU) adalah sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang didirikan pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 M. Organisasi ini memiliki visi untuk menjaga, memilahara dan mengembangkan tradisi keislaman yang diterima dan dipraktikkan oleh masyarakat Indonesia. Dalam perjalanannya, NU memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk dan mempertahankan identitas keislaman Indonesia.
Fikih peradaban yang digagas oleh NU dalam rentetan 9 program resepsi satu abad (7/2/2023) kemarin, merupakan sebuah konsep yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam pembangunan peradaban. Dalam hal ini, pembangunan peradaban tidak hanya ditujukan untuk memperbaiki kualitas hidup individu, namun juga untuk memperkuat perekat umat manusia dan meningkatkan keamanan dan stabilitas sosial dan politik.
Advertisement
Penguatan moderasi beragama dalam konteks fikih peradaban NU dilakukan melalui penerapan prinsip-prinsip Islam yang sesuai dengan nilai-nilai moderasi dan toleransi. Hal ini diwujudkan melalui upaya untuk mempromosikan pemahaman akan ajaran-ajaran Islam yang sejalan dengan tuntutan zaman, sehingga dapat memberikan solusi yang tepat bagi masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Sementara itu, penguatan bela negara dalam konteks fikih peradaban dilakukan melalui upaya untuk mempromosikan kesadaran akan pentingnya membela negara dan menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme. Hal ini diwujudkan melalui pendidikan dan sosialisasi akan pentingnya membela negara dan memperjuangkan kepentingan nasional, sehingga masyarakat dapat memahami bahwa membela negara adalah salah satu bentuk tanggung jawab setiap warga negara terhadap negaranya. Meminjam teori kemaslahatan Nuruddin Mukhtar Al-Khadimi, bahwa Kemaslahan negara dan bangsa diletakkan lebih tinggi dan kemudian secara berurutan kemaslahatan keluarga dan individu.
Moderasi Beragama dan Bela Negara harus dilihat sebagai sebuah kesatuan yang saling terkait. Sebagai umat beragama yang baik, seseorang juga harus menjadi warga negara yang baik dan mempertahankan kedaulatan serta keselamatan negara. Hal ini disebut sebagai keharusan karena sebagai warga negara yang baik, seseorang memiliki tanggung jawab untuk menjaga keamanan, keadilan, dan kemakmuran negara dan masyarakatnya. Sebaliknya, sebagai seorang umat beragama yang baik, seseorang harus mengamalkan agamanya dengan penuh kesederhanaan dan kebijaksanaan, serta menghindari sikap fanatisme dan intoleransi yang dapat membahayakan keamanan dan kestabilan negara. Dengan demikian, Moderasi Beragama dan Bela Negara saling melengkapi dan harus dipraktikkan secara bersama-sama dalam kehidupan sehari-hari.
Secara komprehensif, fikih peradaban merupakan konsep yang sangat penting dalam upaya penguatan moderasi beragama dan bela negara. Dengan memperhatikan konsep ini, Nahdlatul Ulama melalui konsep fikih peradaban dan penguatan moderasi beragama serta bela negara berusaha untuk mempromosikan masyarakat yang adil, sejahtera, dan damai bagi setiap individu, serta memperkuat rasa nasionalisme dan kesadaran akan pentingnya membela negara. Dalam bahasa yang digelorakan oleh pendiri NU adl “Hubbul Wathan Minal Iman”.
Prinsip Dasar Fikih Peradaban
Fikih peradaban NU memiliki beberapa prinsip utama. Salah satu prinsip utama dalam fikih peradaban adalah integrasi ilmu dan agama. Hal ini membawa dampak positif dalam penguatan moderasi beragama dan bela negara. Melalui integrasi ilmu dan agama, akan tercipta suasana keberagaman yang harmonis dan toleran, sehingga mampu membantu membentuk masyarakat yang bermartabat dan bersahabat. Prinsip lainnya, yaitu sinergi dan kolaborasi, juga merupakan kunci penting dalam penguatan moderasi beragama dan bela negara. Melalui sinergi dan kolaborasi, maka akan tercipta sinergi antar umat beragama yang mampu membangun masyarakat yang berkeadilan dan toleran. Puncak sinergi dan kolaborsi ini adalah dengan melibatkan tokoh agama (Ulama) dan pemerintah (Umara). Selain itu, Kebijakan berwawasan lingkungan juga merupakan bagian penting dari fikih peradaban. Dalam hal ini, pemerintah harus bertindak sebagai pemimpin dalam membangun masyarakat yang peduli terhadap lingkungan, sehingga dapat memperkuat moderasi beragama dan bela negara. Konsep wasathiyah juga merupakan bagian penting dalam penguatan moderasi beragama dan bela negara. Konsep ini memandang bahwa pembangunan peradaban harus dilakukan secara seimbang dan merata, sehingga mampu memperkuat moderasi beragama dan bela negara.
Mendudukan Fikih Peradaban, Moderasi Beragama, dan Bela negara
Semua cabang ilmu pengetahuan dapat saling berhubungan dan berkolaborasi satu sama lain. Bahkan, kolaborasi antara disiplin ilmu yang berbeda dapat menghasilkan penemuan dan inovasi yang lebih baik karena dapat memperluas cakupan pengetahuan dan sudut pandang. Kolaborasi antara ilmu pengetahuan yang sejenis seperti antara dua cabang ilmu sosial juga sangat mungkin terjadi dialog. Dengan demikian, kolaborasi antar ilmu pengetahuan dapat memperluas cakupan pengetahuan dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi manusia.
Integrasi Ilmu dan Agama dalam prinsip utama Fikih peradaban adalah konsep yang menekankan pentingnya menyatukan pengetahuan dan pemahaman akan ajaran agama dalam praktik kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, NU sebagai peramu konsep Fikih peradaban berusaha untuk mengaplikasikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam penguatan moderasi beragama dan bela negara.
Moderasi beragama adalah konsep yang menekankan pada pemahaman yang seimbang dan toleran akan ajaran agama, yang mampu memperkuat persatuan dan kesatuan beragama dan masyarakat. Dalam konteks ini, integrasi ilmu dan agama membantu untuk mengembangkan pemahaman yang sehat dan benar akan ajaran agama, sehingga dapat memperkuat moderasi beragama dan mencegah munculnya ekstrimisme dalam beragama.
Bela Negara adalah konsep yang menekankan pentingnya pengabdian dan pengorbanan bagi negara dan bangsa. Dalam hal ini, integrasi ilmu dan agama membantu untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan, sehingga dapat memperkuat semangat bela negara dan nasionalisme.
Integrasi ilmu dan agama dalam prinsip utama Fikih peradaban membantu untuk memperkuat moderasi beragama dan bela negara, dengan memastikan bahwa nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama diterapkan dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari.
Sinergi dan Kolaborasi dalam prinsip utama Fikih peradaban adalah konsep yang menekankan pentingnya kerja sama dan sinergi antar individu dan kelompok dalam membangun masyarakat yang toleran, inklusif, dan sejahtera. Dalam konteks ini, sinergy dan kolaborasi membantu untuk memperkuat moderasi beragama dan bela negara dengan cara menciptakan iklim kerja sama dan kerjasama yang baik antar berbagai kelompok dan individu dalam masyarakat.
Moderasi beragama dapat ditingkatkan melalui sinergi dan kolaborasi antar kelompok beragama yang berbeda. Dalam hal ini, sinergy dan kolaborasi membantu untuk membangun hubungan yang baik dan toleran antar kelompok beragama, sehingga dapat memperkuat moderasi beragama dan mencegah munculnya konflik dan benturan antar kelompok beragama.
Bela negara dapat ditingkatkan melalui sinergi dan kolaborasi antar individu dan kelompok dalam masyarakat. Dalam hal ini, sinergy dan kolaborasi membantu untuk membangun kerjasama yang baik antar individu dan kelompok dalam memajukan dan memperkuat negara dan bangsa, sehingga dapat memperkuat semangat bela negara dan nasionalisme.
Secara total, sinergi dan kolaborasi dalam prinsip utama Fikih peradaban membantu untuk memperkuat moderasi beragama dan bela negara dengan cara menciptakan iklim kerjasama dan kerja sama yang baik antar berbagai kelompok dan individu dalam masyarakat.
Kebijakan Berwawasan Lingkungan dalam prinsip utama Fikih peradaban adalah konsep yang menekankan pentingnya memperhatikan dan melindungi lingkungan hidup. Dalam hal ini, kebijakan berwawasan lingkungan membantu untuk memperkuat moderasi beragama dan bela negara dengan cara menjaga keseimbangan lingkungan dan memastikan bahwa lingkungan hidup tetap terjaga dan terpelihara.
Moderasi beragama dapat ditingkatkan melalui kebijakan berwawasan lingkungan. Dalam hal ini, memperhatikan dan melindungi lingkungan hidup dapat membantu untuk membangun iklim toleransi dan kerjasama antar kelompok beragama. Hal ini dikarenakan lingkungan hidup merupakan bagian yang penting dan sama dalam berbagai agama, sehingga memperhatikan lingkungan hidup dapat membantu untuk memperkuat ikatan antar kelompok beragama.
Bela negara dapat ditingkatkan melalui kebijakan berwawasan lingkungan. Dalam hal ini, memperhatikan dan melindungi lingkungan hidup dapat membantu untuk memastikan bahwa negara dan bangsa dapat berkembang dan bertahan dalam jangka panjang. Hal ini dikarenakan lingkungan hidup merupakan sumber daya alam yang penting bagi keberlangsungan hidup dan keberlangsungan negara, sehingga memperhatikan lingkungan hidup dapat membantu untuk memperkuat semangat bela negara dan nasionalisme.
Pada garis besar, kebijakan berwawasan lingkungan dalam prinsip utama Fikih peradaban membantu untuk memperkuat moderasi beragama dan bela negara dengan cara memastikan bahwa lingkungan hidup tetap terjaga dan terpelihara. Hal ini dapat membantu untuk membangun iklim toleransi dan kerjasama antar kelompok beragama dan memastikan bahwa negara dan bangsa dapat berkembang dan bertahan dalam jangka panjang.
Konsep wasathiyah dalam prinsip utama Fikih peradaban dikaitkan dengan penguatan moderasi beragama dan bela negara dapat diterjemahkan sebagai konsep menemukan keseimbangan dan harmoni antara nilai-nilai agama dan nilai-nilai kemajuan. Dalam konteks moderasi beragama dan bela negara, konsep wasathiyah memainkan peran penting untuk membangun sebuah masyarakat yang mampu mengatasi perbedaan dan menemukan solusi yang dapat diterima oleh semua pihak, sehingga tercipta suasana kerukunan dan harmoni.
Misalnya, dalam pengambilan kebijakan negara, pemerintah dan masyarakat harus memperhatikan aspek ekonomi dan sosial, namun juga tidak boleh melupakan nilai-nilai agama dan moral. Sebuah kebijakan yang baik harus dapat menemukan keseimbangan antara peningkatan ekonomi dan pertumbuhan sosial, serta nilai-nilai agama dan moral, sehingga dapat memperkuat moderasi beragama dan bela negara dalam masyarakat.
Dengan konsep wasathiyah, NU berusaha untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi, keadilan, dan keamanan dalam masyarakat, sehingga tercipta suasana yang damai dan harmonis bagi setiap individu tanpa terkecuali. Hal ini sangat penting untuk mewujudkan masyarakat yang bermartabat dan berkeadaban, yang memahami bahwa setiap individu memiliki hak yang sama dan patut mendapat perlakuan yang sama.
Secara keseluruhan, konsep wasathiyah dalam prinsip utama Fikih peradaban merupakan bentuk implementasi dari nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memperhatikan konsep ini, NU berusaha untuk mempromosikan masyarakat yang adil, sejahtera, dan damai bagi setiap individu dalam berbangsa dan bernegara. (*)
*) Penulis: Muhammad Fauzinuddin Faiz, Dosen UIN KH Achmad Shiddiq & Wakil Sekretaris GP ANSOR Jember.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |