Kopi TIMES

Teknologi AI dan Etika Intelektual

Senin, 13 Maret 2023 - 10:39 | 124.21k
Ilustrasi AI
Ilustrasi AI
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dalam beberapa dekade terakhir, kecerdasan buatan (AI) telah menjadi semakin terintegrasi dalam kehidupan manusia. Dari aplikasi perbankan dan kesehatan hingga transportasi dan hiburan, Teknologi AI membantu manusia untuk meningkatkan efisiensi, mengambil keputusan, dan mempercepat inovasi. Banyak sekali hal yang telah dilakukan Teknologi AI dalam ikut andil pekerjaan manusia, mulai dari hal yang sangat simpel sampai pekerjaan yang menurut kita rumit. 

Namun, sementara kemajuan teknologi membawa banyak manfaat, pertanyaan etika intelektual itentang bagaimana AI bisa mempengaruhi nilai dan norma manusia semakin relevan. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana Teknologi AI  bisa mempengaruhi etika intelektual manusia, tantangan dan risiko yang terkait, serta upaya yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa AI digunakan dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai manusia.

Advertisement

Kecerdasan buatan merujuk pada kemampuan mesin untuk belajar dari data dan membuat keputusan yang cerdas. AI dapat mencakup berbagai teknologi, termasuk sistem pembelajaran mesin, jaringan saraf, dan algoritma pengolahan bahasa alami. Sistem AI dapat digunakan untuk melakukan tugas-tugas yang membutuhkan analisis besar data, pengambilan keputusan, dan pemrosesan bahasa alami.

Seiring dengan perkembangan Teknologi AI, muncul kekhawatiran tentang dampak etika intelektual yang terkait dengan penggunaannya. Karena Teknologi AI  bisa mempengaruhi keputusan dan perilaku manusia, muncul pertanyaan tentang bagaimana AI dapat mempengaruhi nilai serta norma manusia.

Salah satu dampak buruk yang bisa ditimbulkan oleh AI adalah terkait dengan diskriminasi. Sebagai contoh, dalam penggunaan teknologi deteksi wajah atau pengenalan suara, AI dapat menimbulkan kesalahan identifikasi jika model data yang digunakan tidak mencakup data dari kelompok minoritas. Hal ini dapat menyebabkan diskriminasi terhadap kelompok-kelompok tertentu, misalnya diskriminasi terhadap orang berkulit hitam atau perempuan.

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh Teknologi AI terkait dengan diskriminasi bisa terjadi jika data yang digunakan untuk melatih algoritma Teknologi AI  tidak mencakup data dari kelompok-kelompok minoritas.

Sebagai contoh, jika algoritma AI digunakan dalam proses perekrutan karyawan, namun data yang digunakan hanya mencakup data dari kelompok mayoritas, maka ada potensi untuk diskriminasi terhadap kelompok minoritas seperti orang berkulit hitam atau perempuan. Hal ini karena algoritma AI hanya didasarkan pada data yang tersedia serta tidak mampu memahami konteks sosial yang lebih luas.

Teknologi AI dapat mengganggu privasi seseorang karena teknologi ini mampu mengumpulkan, menganalisis, serta memproses data secara masif dan cepat.

Dalam hal ini, penggunaan teknologi AI dapat mengumpulkan data pribadi seperti nama, alamat, nomor telepon, dan informasi keuangan dari pengguna. Teknologi AI juga dapat memperoleh data sensitif seperti riwayat medis, kebiasaan pembelian, preferensi politik, serta informasi pribadi lainnya yang dapat digunakan untuk membuat profil pengguna.

Profil ini dapat digunakan oleh perusahaan atau pihak lain untuk memasarkan produk atau layanan kepada pengguna.

Selain pengumpulan data, Teknologi AI  juga dapat mengganggu privasi seseorang melalui teknologi pengenalan wajah dan pengenalan suara. Teknologi ini dapat digunakan untuk memantau aktivitas pengguna di ruang publik atau bahkan di dalam rumah. Hal ini dapat mengancam privasi dan keamanan individu, terutama jika teknologi ini digunakan tanpa persetujuan pengguna.

Penggunaan AI dalam sistem pengawasan atau keamanan juga dapat mengancam privasi seseorang. Contohnya, penggunaan teknologi kamera CCTV yang dilengkapi dengan teknologi pengenalan wajah dapat memantau dan merekam aktivitas pengguna di ruang publik.

Hal ini dapat mengancam privasi dan kebebasan individu, terutama jika data yang dikumpulkan digunakan tanpa persetujuan atau digunakan untuk tujuan yang tidak jelas.
Jika data privasi tersebar karena Teknologi AI, hal tersebut dapat berdampak buruk bagi individu dan masyarakat secara luas. Berikut beberapa dampak yang mungkin terjadi:

Penyalahgunaan informasi: Data pribadi yang dikumpulkan oleh Teknologi AI  dapat digunakan untuk kepentingan yang tidak sesuai atau bahkan menyalahi hukum, seperti penipuan, identitas palsu, atau penggunaan informasi sensitif untuk kepentingan politik atau bisnis.

Pencurian identitas: Data pribadi yang tersebar dapat digunakan oleh pelaku kejahatan untuk mencuri identitas seseorang. Pelaku kejahatan dapat menggunakan informasi pribadi seperti nama, tanggal lahir, atau nomor identitas untuk membuka rekening bank atau mengajukan pinjaman secara online.

Kerugian finansial: Jika informasi keuangan atau nomor kartu kredit tersebar karena kebocoran data, maka hal tersebut dapat mengakibatkan kerugian finansial bagi individu. Kerugian finansial bisa terjadi jika data privasi bocor karena kebocoran data yang dilakukan oleh Teknologi AI . Data keuangan seperti nomor kartu kredit dan rekening bank bisa dicuri dan digunakan untuk penipuan atau pembelian tidak sah. Pencurian identitas dan biaya pemulihan juga bisa terjadi.

Pelanggaran privasi: Jika informasi pribadi seseorang tersebar karena kebocoran data, maka privasi individu dapat terancam. Informasi pribadi seperti riwayat medis atau preferensi seksual yang tersebar dapat mengakibatkan stigma atau diskriminasi.

Ketidakpercayaan masyarakat: Jika informasi pribadi tersebar karena kebocoran data, maka hal tersebut dapat mengakibatkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap perusahaan atau institusi yang bertanggung jawab atas pengumpulan dan pengolahan data tersebut. Hal ini dapat mengancam keberlangsungan bisnis atau kredibilitas institusi.

Oleh karena itu, penting bagi pengembang dan pengguna teknologi AI untuk memperhatikan privasi dan keamanan data pengguna. Penggunaan teknologi AI harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etika intelektual dan aturan privasi yang berlaku.

Pengguna teknologi AI juga harus memperhatikan hak privasi dan kebebasan individu dalam menggunakan teknologi ini, seperti memberikan pilihan untuk menolak penggunaan teknologi pengenalan wajah atau pengumpulan data pribadi.

Pengembang dan pengguna teknologi AI juga perlu mengimplementasikan kebijakan dan prosedur yang ketat untuk melindungi privasi pengguna. Misalnya, pengguna teknologi AI harus memberikan izin kepada pengguna untuk mengumpulkan, mengolah, dan menggunakan data pribadi.

Selain itu, pengguna teknologi AI juga harus memastikan keamanan data pengguna dengan menerapkan protokol keamanan yang ketat seperti enkripsi data dan akses terbatas ke data sensitif. (*)
 

* Penulis adalah Ullil Amri, mahasiswa UIN Malang

 

 *) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rifky Rezfany

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES