Kopi TIMES

Memperkuat Literasi Digital

Senin, 13 Maret 2023 - 11:53 | 60.76k
(Peneliti Institute for Strategic and Development Studies (ISDS)/  Pernah menjabat sebagai Staf Ahli Pusat Pengkajian MPRRI tahun 2005/ Staf Ahli DPRRI 2008/ -Pengurus Pusat Ikatan alumni UNAIR)
(Peneliti Institute for Strategic and Development Studies (ISDS)/ Pernah menjabat sebagai Staf Ahli Pusat Pengkajian MPRRI tahun 2005/ Staf Ahli DPRRI 2008/ -Pengurus Pusat Ikatan alumni UNAIR)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sebelum Maret 2023 Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar kembali program nasional Literasi Indonesia yang bertujuan meningkatkan kompetensi literasi peserta didik sebagai bagian Merdeka Belajar Episode ke-23. Di antara program literasi Kemendikbudristek adalah mencetak lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disertai pelatihan dan pendampingan untuk bagi sekolah yang paling membutuhkan di Indonesia.  

Program literasi itu kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim  untuk menjawab tantangan rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia akibat rendahnya kebiasaan membaca sejak dini dan kurang tersedianya buku bacaan yang menarik minat peserta

Revitalisai gerakan literasi Kemndikbudristek sangat tepat waktu di tengah merosotnya minatnya baca di masyarakat termasun dunia pendidikan. Berdasar data Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) 2022 mengungkapkan bahwa kondisi penerbit buku di Indonesia makin memprihatinkan, 58,2 persen penerbit anggota IKAPI yang penjualannya anjlok lebih dari 50 persen; 29,6 persen anjlok antara 31 sampai 50 persen, dan hanya 8,2 persen penerbit yang penurunannya hanya sebesar 10 sampai 30 persen.

Penurunan pendapatan itu salah satunya karena pembelian dari lembaga pemerintahan yang juga menurun drastis. Pada 2020, menurut survei IKAPI, ada 71,4 persen penerbit yang sudah tidak menerima pemesanan buku dari dinas-dinas pendidikan maupun perusahaan daerah. Sementara 26,5 persen penerbit mengaku masih menerima pemesanan tapi jumlahnya jauh menurun.

Padahal berdasar data UNESCO beberapa tahun sebelumnya memperlihatkan  angka minat baca anak Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada 1 dari 1.000 orang yang memiliki minat baca serius. 
Rendahnya budaya membaca (literasi) mencerminkan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan . Suatu bangsa akan tertinggal dari bangsa yang lain dalam transformai teknologi dan ilmu pengetahuan jika budaya bacanya rendah.  

Tetapi yang menarik pada perkembangan satu dasawarsa terakhir di Indonesia bersamaan dengan menurunnya minat baca di masyarakat penggunaan gadget, smartphone berikut akses internet terus melonjak naik. Merujuk data BPS Pada tahun 2021 tercatat 90,54 persen rumah tangga di Indonesia telah memiliki/menguasai minimal satu nomor telepon Seluler. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2018 yang mencapai 88,46 persen. 

Perkembangan itu sudah sepatutnya dijadikan perhatian para pemangku kebijakan di Indonesia termasuk Kemendikbudristek yang sedang menggencarkan lagi gerakan literasi di Indonesia. Dalam hal penerbitan dan penyediaan buku konvensional dalam jumlah besar untuk menyebar peningkatan literasi masyarakat sudah baik. Tapi akan lebih baik lagi sebagian diwujudkan dalam buku elektronik yang lebih simple di sebar di kalangan para pemangku pendidikan terutama pelajar dan mahasiswa. 

Selain itu meningkatnya penggunaan internet di masyarakat  harus di jadikan pertimbangan untuk menjadikan tema utama literasi digital atau teknologi sebagai tema sentral gerakan literasi Kemendikbudritek hari ini dan yang akan datang.

Pemerhati teknologi informasi asal Amerika Serikat, Paul Gilster, memunculkan istilah baru yakni literasi digital. Ini kemudian menjadi sebuah istilah baku dalam bukunya Digital Literacy yang terbit pada 1997.
Di dalam perkembangannya, UNESCO memperkuat istilah literasi digital. Menurut Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa tersebut, literasi digital berhubungan dengan kecakapan (life skill) karena tidak hanya melibatkan teknologi, melainkan meliputi kemampuan untuk belajar, berpikir kritis, kreatif, dan inovatif untuk menghasilkan kompetensi digital.
Menurut Yudha Pradana dalam Atribusi Kewargaan Digital dalam Literasi Digital (2018), terdapat empat prinsip dasar dalam literasi digital. Pertama adalah pemahaman di mana masyarakat memiliki kemampuan untuk memahami informasi yang tersedia di internet sebagai media komunikasi, baik secara implisit ataupun eksplisit.

Kemudian terjadi saling ketergantungan dan saling melengkapi terhadap informasi yang tersedia . Lalu terdapat pula peran sosial di dalamnya dan terakhir adalah kurasi atau kemampuan masyarakat untuk mengakses, memahami, serta menyimpan informasi untuk diolah sebagai pesan positif.
Saat ini, kemampuan masyarakat dalam memahami informasi di ranah digital belum merata. Mereka belum semua mampu menyaring informasi mana saja yang layak dikategorikan sebagai informasi positif dan negatif.

Oleh itu gerakan literasi Kemendikbudristek perlu mengarus utamakan gerakan literasi digital. Apalagi dalam  Era revolusi industri 4.0 harus dilakukan dengan kesiapan mental dan skill untuk dapat beradaptasi dengan digitalisasi dan otomatisasi dalam berbagai bidang. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat kita mampu bertahan di era revolusi digital atau distrupsi teknologi ini. Pada era ini, masyarakat perlu mengasah berbagai keterampilan digital, mulai dari penggunaan smartphone, komputer diberbagai bidang hingga pengimplementasian kecerdasan buatan atau Artificial intelligence. Saat ini  di berbagai sektor terutama perusahaan, baik di sektor pendidikan, ekonomi, manufaktur, maupun sektor-sektor lainnya. Oleh karena itu, langkah strategis untuk mulai memahami dunia digital pada era revolusi industri 4.0 perlu terus ditingkatkan. Salah satu cara yang bisa kita lakukan agar mampu beradaptasi dengan era revolusi industri 4.0 adalah dengan memahami literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi atau yang biasa disebut dengan literasi TIK.

Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis. Namun, dalam hal ini, literasi tidak hanya sebatas dapat mengakses (membaca) informasi melalui perangkat TIK. Literasi meliputi kemampuan untuk berpikir kritis dalam mempertanyakan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi yang diterima. Kemudian, informasi tersebut dapat didesain ulang atau diparafrase dalam bentuk dan format yang berbeda, tetapi masih memiliki makna yang serupa. Dalam hal ini, Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan kemampuan untuk memanfaatkan penggunaan teknologi digital, alat komunikasi dan jaringan untuk dapat menemukan solusi dari permasalahan yang ada di kalangan masyarakat di era digitalisasi industri ini.

Orang bisa dikategorikan paham akan literasi TIK atau yang populer dengan sebutan “melek TIK“, ialah orang yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk penelitian, mengatur, mengevaluasi, dan/atau mengkomunikasikan informasi kepada masyarakat luas, serta memiliki suatu pemahaman mendasar tentang etika atau hukum dalam penggunaan akses Teknologi Informasi dan Komunikasi. 

Dengan kriteria di atas Gerakan Literasi yang dilakukan pemerintah bisa menentukan sasaran dan tujuan gerakan literasi yang kini di gelar lagi di masyarakat. Tetapi strategi yang tempuh sebaiknya jangan monoton dan homogen tapi menyesuaikan dengan heterogonitas di masyarakat. Seperti pendapat pakar komunikasi Tapscott dalam buku karya  Indrajit R. dan Djokopranoto, R.. berjudul Manajemen Perguruan Tinggi Modern.(Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2006) mengelompokkan bahwa tingkat evolusi literasi TIK atau e-literacy masyarakat itu berbeda-beda dalam setiap kelompok generasi, antara lain:

1) Old Generation Pada old generation atau yang kerap kali disebut sebagai generasi baby boomers, tingkat evolusi literasi TIK dimulai dengan memahami kompetensi literasi informasi yang telah dikuasai terlebih dahulu. 2) New Generation Berbeda halnya dengan old generation, tingkat evolusi literasi TIK pada new generation memiliki kecenderungan melek teknologi yang lebih tinggi. Yakni, kelompok masyarakat yang pada tahun 2002 telah dikenalkan komputer sejak dini. 3) Today Generation Adapun, kelompok generasi ketiga, yaitu today generation yang meliputi generasi pemuda dan remaja saat ini dengan tingkat melek teknologi yang berada di atas dua kelompok sebelumnya, yaitu old generation dan new generation. Dengan kata lain, secara kategori, today generation berada pada dua titik ekstrem tersebut.

Dengan demikian, untuk memahami tingkat literasi masyarakat terhadap TIK di atas, maka sasaran program literasi akan menyesuaikan tingkat pengetahuan, pengalaman literasi, kemampuan, dan keterampilan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan segmen masyarakat tersebut dalam memahami literasi TIK. Dengan strategi gerakan literasi yang sesuai dengan segmen masyarakat diharapkan program melek teknologi digital akan berimplikasi positif membawa perubahan masyarakat yang lebih modern dengan penguasaan teknologi informastika yang semakin mengejar ketertinggalan dengan negara maju lainnya.(*)

 

*) Penulis, M. Aminudin ( Peneliti Institute for Strategic and Development Studies (ISDS)/  Pernah menjabat sebagai Staf Ahli Pusat Pengkajian MPRRI tahun 2005/ Staf Ahli DPRRI 2008/ -Pengurus Pusat Ikatan alumni UNAIR)

 *) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES