Hindari, Ciri-Ciri Mental Miskin Tapi Gede Gengsi

TIMESINDONESIA, SIDOARJO – Kemiskinan selalu menjadi problem klasik di semua negara, terutama negara berkembang.
Menurut David Brady, sebab kemiskinan adalah behavioral, structural, and political. Behavioral adalah kemiskinan yang disebabkan sikap manusia yang tidak mendorong dia menjadi kaya, seperti apatis dan tidak memiliki gairah bekerja. Structural adalah akibat pengelolaan sumber daya alam yang kurang tepat, dan political adalah peran pemerintah ataupun penguasa yang memang tidak mendorong penguatan maupun pemerataan ekonomi.
Advertisement
Sedangkan menurut Sumodiningrat, sebab kemiskinan ada tiga macam, yaitu kemiskinan natural atau yang disebut juga persisten poverty, kemiskinan kultural, dan struktural. Kemiskinan natural dijelaskan sebagai bentuk kemiskinan dengan penyebab kondisi alam yang memang miskin, kemiskinan kultural akibat kebiasaan atau sikap hidup yang merasa telah mencapai tingkat kemapanan dan tidak membutuhkan perbaikan sehingga bermalas-malasan, dan kemiskinan structural akibat kebijakan pemerintah yang tidak adil sehingga memicu banyak tindak korupsi.
Dari kedua pemikiran tersebut, sebab kemiskinan yang paling relevan saat ini adalah sikap manusia itu sendiri, atau yang disebut behavior poverty maupun cultural poverty. Secara sederhana, istilah ini dapat disebut sebagai mental miskin.
Mental miskin, dalam kehidupan nyata ternyata sebuah perilaku yang tidak sedikit orang tanpa sadar memilikinya. Bahkan uniknya, tidak sedikit pula mereka yang memiliki karakter mental miskin namun pada saat bersamaan, memiliki rasa prestise atau gengsi yang tinggi. Nah lho, dua karakter ini jika dipadupadankan, bahaya lho? Ingin tahu apa saja ciri orang yang memiliki sikap seperti itu? Cek disini.
1. Ogah melakukan hal sulit
Ingin serba instan dan ogah melakukan hal yang sulit, adalah ciri pokok orang bermental miskin. Apalagi tatkala dia merasa memiliki self value atau nilai diri yang berkualitas, maka semakin sulitlah dirinya berdamai dengan keadaan.
Contohnya, Ketika seseorang yang sebelumnya bekerja sebagai editing video, kemudian apes kena PHK. Akhirnya, demi asap mengepul, ia pun bekerja sebagai buruh bangunan. Namun situasi buruh bangunan yang harus berjuang di tengah panas terik, ternyata membuatnya memiliki hari-hari yang terus berisi keluh kesah jika dibandingkan dunia sebelumnya dimana ia bekerja dalam ruangan ber AC.
Terlebih, ia merasa memiliki kemampuan lebih dari buruh bangunan pada umumnya. Alhasil, dalam waktu singkat ia pun ogah meneruskan pekerjaan sebagai buruh bangunan yang menurutnya susah dan tidak sesuai dengan kemampuan dirinya. Sikap ini pun yang kemudian sangat rentan untuk menjebaknya dalam profesi-profesi yang tidak harus sesuai etika, contoh, pekerjaan sebagai calo barang curian ataupun pinjaman illegal.
Mental seperti ini yang kemudian memiliki sisi bahaya, yaitu merugikan orang lain, terutama orang dekatnya, karena jika kondisi terhimpit, maka yang akan menjadi sasarannya adalah orang-orang yang dikenalnya.
2. Mudah terpesona dengan kekayaan orang lain
Ciri lainnya adalah bahwa orang yang memiliki mental miskin memiliki kebiasaan membuang waktu untuk menstalking atau kepoin orang-orang yang suka flexing atau pamer kekayaan. Contoh, orang bermental miskin ini, akan suka membicarakan pencapaian ‘crazy rich’ maupun influencer yang menurutnya bisa menggapai kekayaan dalam waktu singkat.
Mereka akan lebih suka membicarakan orang yang bertabur kekayaan daripada berbicara terkait kebijakan pemerintah maupun isu sosial yang terjadi. Bahkan, mereka ini yang kemudian selalu mudah terpesona dengan kekayaan sehingga mudah bermimpi dan membual, namun akan kikuk dan bingung jika ditanyai pendapatnya tentang pencapaian dirinya sendiri.
3. Merasa Superior dari orang yang terlihat miskin
Orang yang bermental miskin, akan mudah merendahkan ataupun meremehkan orang lain, terutama orang yang tampak luar atau covernya, terlihat sederhana. Orang bermental miskin pun, mudah memiliki rasa iri jika orang dekat atau orang yang dikenalnya, mendapatkan pencapaian tertentu. Namun, jika mereka mendapatkan keuntungan materi dari orang lain, maka mereka pun akan menjaga intensitas nempel atau istilahnya, ‘jangan kasih kendor’ untuk terus dapat merapat pada orang yang memberinya keuntungan materi.
4. Lari dari Tanggung Jawab
Bermental miskin membuat seseorang akan lari dari masalah atau ogah bertanggung jawab jika ia melakukan kesalahan, terlebih terkait materi. Ia akan berbuat sedemikian rupa untuk menghindari tanggung jawab. Karakter ini seringkali ketahuan setelah orang bermental miskin tersebut, terlibat utang piutang maupun pekerjaan yang tidak diselesaikan padahal uang sudah diterima. Untuk mengidentifikasi karakter seperti ini, maka kita perlu melakukan awareness atau kehati-hatian, yaitu screening latar belakang seseorang sebelum kita terlibat kerjasama dengannya.
5. Rakus dan Pelit
Orang bermental miskin selalu takut akan kehilangan hartanya, meskipun hanya untuk membayar tukang parker. Jika diharuskan berbelanja, ia akan memilih tempat yang bebas parkir, sekalipun jarak tempuh lebih jauh daripada berbelanja yang memiliki tukang parkir. Selain itu, ia akan rakus dan tidak berpikir akan temannya. Contoh, jika ada sajian makanan, ia akan memilih lekas-lekas mengambil makanan dengan porsi jumbo tanpa harus berpikir bahwa sikap itu bisa jadi menghabiskan jatah orang lain yang masih antri mengambil makanan.
6. Tidak mudah paham namun tidak mau disalahkan
Dalam pekerjaan, orang bermental miskin akan sulit mencerna perintah maupun petunjuk yang disampaikan orang lain. Terlebih, jika ia perintah tersebut diterimanya dalam waktu singkat dan cenderung bertubi-tubi, maka ia pun akan semakin bingung. Namun gengsi merasa bisa-nya tidak kemudian luntur sehingga orang bermental miskin pun, selalu mengiyakan perintah apapun dan menunjukkan sikap sok tahu. Tatkala kesalahannya terbongkar, maka ia pun memilih mencari kambing hitam atau beragam alasan agar ia lepas dari kesalahan.
Finally, itulah setidaknya beberapa ciri orang bermental miskin namun gengsi gede yang sangat perlu untuk kita hindari. Termasuk dalam berteman, jika memiliki teman dekat dengan karakter seperti itu, dijamin, masalah akan lebih cepat merapat ketimbang maslahat. Dan jika ada teman yang memiliki ciri seperti itu, seyogyanya lekas-lekas open minded atau membuka dirinya dan mengakui kekurangan tersebut dan lekas-lekas memperbaiki sebelum memberikan dampak kerugian bertubi-tubi bagi orang lain.
***
*) Oleh: Dr. Lia Istifhama, MEI.; Dr Lia Istifhama, Sekretaris MUI Jawa Timur; - Ketua DPP Perempuan HKTI Jawa Timur; - Founder LBH 'Srikandi Bakti Insani' Surabaya.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |