
TIMESINDONESIA, MALANG – Seperti yang sudah menjadi tradisi atau budaya masyarakat Indonesia dalam rangka memperingati bulan Sya’ban. Dengan mengadakan agenda ibadah dan doa bersama kemudian ditutup dengan acara makan-makan menjadi isyarat bahwa waktu/hari itu adalah waktu yang istimewah.
Dikutip dari website jatim.nu.or.id “Sya’ban” beradal dari bahasa Arab “Syi’ab” yang memiliki arti “Jalan diatas gunung”. Berdasarkan arti kosa kata tersebut, istimewah bukan bisa berjalan di atas gunung?, begitupun keimanan/kepercayaan orang-orang muslim terhadap bulan Sya’ban. Berjalan dengan penuh iman kepada Allah SWT diatas bulan Sya’ban merupakan keistimewaan dan memberikan berbagai manfaat.
Advertisement
Ditinjau dari letak bulan Sya’ban yang menjadi perantara dua bulan istimewah yaitu Rajab dan Ramadhan, apabila dianalogikan sebagai jembatan, maka jembatan ini harus dijaga, dirawat, dan digunakan dengan baik dengan tujuan agar kita bisa sampai ke titik tujuan dengan selamat dan keadaan baik-baik.
Begitupun peran bulan Sya’ban, mengapa orang berbondong-bondong memuliakan bulan Sya’ban, karena bulan ini merupakan jembatan dari titik asal yaitu bulan Rajab menuju titik tujuan yaitu Bulan Ramadhan, maka jembatan ini sangat berarti oleh karena itu orang-orang muslim sangat merawat bulan Sya’ban dengan cara memperbaiki amal ibadah dan meningkatkan keimanan kepada Sang Pencipta yakni Allah SWT.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Dikutip dari jatim.nu.or.id Syaikh Abdul Qadir al-jailani berpendapat dalam kitab ‘Al-Ghunyah’ yaitu “Shalawat yang diberikan Allah kepada Muhammad adalah sebuah penghormatan, shalawat atas Nabi dari para malaiakt merupakan pengejawantahan dari karamah, sedangkan sholawat atas Nabi dari kita selaku umat adalah permohonan syafaat dan pertolongan.”
Dalam penjelasan lebih lanjut juga dijelaskan bahwa Allah SWT selalu memilih satu dari empat hal, mulai dari malaikat, Nabi, sahabat Nabi, Masjid, hingga akhirnya diantara pilihan bulan Rajab, Sya’ban, Ramadhan, atau Muharram, dan Allah SWT pun memilih bulan Sya’ban “Kemudian Allah jadikan Sya’ban sebagai syahrun Nabi atau bulannya Rasulullah SAW.sebagaimana posisi Rasulullah sebagai afdhul anbiya, maka bulan sya’ban sebagai afdhalus syuhur” begitulah isi kitab “Al-Ghunyah” yang dijelaskan pada jatim.nu.or.id.
Sya’ban dijaikan sebagai bulan yang penuh dengan keutamaan, pada bulan ini Allah menjanjikan pengampunan serta pahala-pahala yang luar biasa bagi barang siapa yang melakukan amalan-amalan dibulan Sya’ban. Sebagai puncak keistimewaan Sya,ban yang terletak pada malam pertengahan bulan ya’ban atau biasa disebut dengan malam nishfu sya’ban, malam 15 Sya’ban diyakini sebagai waktu yang mustajab untuk berdoa dan beribadah, memohon ampunan dan memanjatkan harapan-harapan. Maka dari itu adapun amalan-amalan yang dapat dilakukan di bulan ini khususnya untuk Malam Nishfu Sya’ban:
- Setelah sholat magrib di malam 15 bulan Sya’ban,melaksanakan sholat taubat dengan tujuan menyadari dan mengakui dosa-dosa yang telah diperbuat selama hidup, sehingga tertanam kesadaran untuk tidak mengulanginya kembali.
- Setlah itu dilanjut dengan membaca istighfar dan membaca surat Yasin sebanyak 3x. surat Yasin yang pertama ditujukan untuk meminta keberkahan rizki, surat yasin yang kedua ditujukan untuk meminta keberkahan umur, dan yang terakhir ditujukan semoga kelak digolongkan sebagai orang yang khusnul khotimah. Dan setelah iyu dilanjut dengan dzikir menyebut keagungan nama Allah SWT dan sholawat atas Nabi Muhammad SAW.
Bulan ini dijadikan sebagai bulan penguji bagi Allah SWT, setelah menghadapai bulan Rajab yang sudah sangat familiar bagi orang-orang muslim terkait kemuliannya, kemudian Allah SWT ingin menguji apakah hanya sebatas di bulan rajab saja manusia berbondong-bondong untuk memperbanyak puasa dengan jumlah hari yang ganjil dan lain sebagainya. Lalu sehabisnya bulan Rajab apakah manusia berhenti memperbanyak ibadah atau malah menyadari bulan Sya’ban yang menjadi jembatan ini adalah waktu yang tepat untuk mempersiapkan diri menuju bulan Ramadhan?
Tidak ada bulan yang tidak baik untuk melakukan ibadah, namun disaat Allah SWT memberikan kesempatan disitu pula terdapat uji kesabaran dan ketaqwaan yang cukup besar, sehingga barang siapa yang mampu melawan hawa nafsunya pada waktu itu dan berusaha untuk menggapai kesempatan-kesempatan yang diturunkan oleh Allah SWT, maka imbalannya pun juga lebih besar dari Allah SWT. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*)Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA)
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |