
TIMESINDONESIA, MALANG – Istiqomah dalam beriman merupakan sesuatu yang harus terus dilatih, karena dengan beriman awareness seseorang terhadap perintah dan larangan Allah SWT tinggi, sehingga otomatis kepribadian dan akhlak akan mengikutinya. Apa hakikat Dakwah bil hal yang sebenarnya? Bagaimana orang lain bisa mau diajak ngopi apabila yang ngajak ngopi saja tidak suka minum kopi, mendingan melakukan kegiatan yang lain daripada diajak ngopi oleh orang yang tidak suka kopi (tidak bisa sharing), begitulah cara kerja dakwah.
Rasulullah SAW menyampaikan agama Islam dari Allah SWT kepada umatnya hingga penjuru dunia seperti saat ini bukan hanya dengan cara memerintahkan langsung dengan mulut, namun dengan cara mencontohkan, menerapkan kepada dirinya sendiri. “Dakwah” menurut Wikipedia adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak, dan memanggil manusia untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan akidah, akhlak dan syariat islam secara sadar dan terencana. Dakwah bil hal adalah metode dakwah yang mana bukan dengan cara memerintah melainkan berdakwah yang diawali dari diri sendiri.
Advertisement
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Secara harfiah dakawah bil hal berarti menyampaikan ajaran agama Islam dengan amaliah nyata (mas’udi 1987, 2) dan bukan tandingan dakwah bil-lisan tetapi saling melengkapi antar keduanya (Akhmad Sagir 2015). Berdasarkan pengertin tersebut dakwah bil hal lebih berperan penting dalam hal dakwah Islam, karena cara-cara yang dilakukan mengedepankan pendekatan kepada umat seperti:
- Istiqomah taat menjalankan perintah dan menghindari larangan Allah SWT.
- Senantiasa membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan, khususnya memberi bantuan kepada fakir miskin
- Berusaha untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang sekitar, bisa dengan cara membuka usaha yang nantinya akan membuka lapangan pekerjaan
- Memperdalam ilmu pengetahuan terkait agama Islam, dengan begitu kita juga bisa menyampaikan ilmu yang telah didapat kepada orang lain
- Selalu menanamkan kebaikan pada diri sendiri, merangkul keada sesama, tidak membeda-bedakan, dan menumbuhkan sikap empati dan toleransi.
Dakwah bil hal ini lebih mudah diterima oleh orang sekitar karena sifatnya yang bukan memerintah tetapi mencontohkan. HR. Muslim meriwayatkan “Dari Musa bin Anas, dari ayanya (Anas RA) berkata: “Tidak pernah Rasulullah SAW. dimintai sesuatu melainkan pasti ia memberikannya. Sungguh telah datang seorang peminta kepadanya, maka diberinya kambing yang berada di antara dua bukti, hingga ia kembali kepada kaumnya dan mengajak kaumnya, “Hai kaumku segeralah kamu masuk Islam, karena Muhammad memberi seperti pemberian orang yang sama sekali tidak kuatir habis atau menjadi miskin”.
Yang perlu digaris bawahi dakwah bil hal yang dimuali dengan melakukan hal baik untuk diri sendiri ini jangan sampai menjadikan diri kita merasa paling baik sehingga muncul anggapan bahwa orang lain harus mengikuti kita. Namun metode ini memang tujuan awal adalah untuk menguatkan dakwah Islam dalam diri kita sendiri, kemudian setelah tertanam nilai-nilai Islam dalam diri kita, hal ini akan memengauhi secara otomatis kepada orang sekitar kita melalui interaksi sehari-hari, saat kumpul, dan lain sebagainya.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*)Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |