Kopi TIMES

Merdeka Belajar: Wujud Lompatan Sistem Pendidikan Indonesia yang Revolusioner

Kamis, 13 April 2023 - 17:10 | 870.09k
Nurhadi Mubarok, Alumni S1 Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Nurhadi Mubarok, Alumni S1 Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

TIMESINDONESIA, TULUNGAGUNG – Salah satu hal mendasar untuk mencapai kemajuan sebuah bangsa adalah adanya SDM (sumber daya manusia) yang unggul dalam berbagai bidang. Untuk mencetak SDM yang unggul, tentunya faktor yang sangat berperan penting di sini ialah pendidikan.

Namun sayangnya, pendidikan Indonesia masih belum pada taraf maju. Situs worldtop20.org pada tahun 2023 ini kembali merilis peringkat pendidikan dunia. Ada 20 negara yang masuk dalam peringkat pendidikan terbesar tahun 2023 dan Indonesia tidak masuk di dalam nya. Indonesia berada pada peringkat 67 dari 203 negara.

Lebih mirisnya lagi, tingkat Intelligence Quotient (IQ) masyarakat Indonesia sangat rendah. Berdasasarkan laporan World Population Review dengan judul Average IQ by Country 2022, Indonesia mendapatkan peringkat 10 dari 11 negara di Asia Tenggara, alias nomor 2 terendah di Asia Tenggara. Untuk peringkat global, Indonesia menduduki peringkat 130.

Beberapa Penyebab Buruknya Pendidikan Indonesia

Permasalahan ini disebabkan oleh sistem pendidikan kita yang kurang baik. Selama ini pendidikan kita hanya berpusat kepada guru. Murid sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkan gagasannya dan daya kreatifnya. Akibatnya, murid mengalami kemandekan berkreatifitas, kemandekan berpikir dan tidak berkembangnya gagasan-gagasan karena pikiran mereka dibatasi oleh aturan aturan yang kaku.

Penyebab rendahnya kualitas pendidikan Indonesia selanjutnya ialah sistem administrasi yang sangat banyak dan ribet. Guru diharuskan membuat silabus dan RPP sampai berpuluh-puluh halaman.

Hal ini menyebabkan guru tidak fokus terhadap kegiatan belajar mengajar, tidak mendalami bidang keilmuannya, dan tidak mengevaluasi kegiatan belajarnya untuk merancang strategi pengajaran yang evektif. Guru justru terlalu disibukkan oleh kegiatan-kegiatan administratif dan formalitas.

Permasalahan selanjutnya masih berada pada guru, yaitu tingkat kesejahteraan yang sangat rendah. Meski guru merupakan pahlawan tanpa pamrih, tidak seharusnya guru diberikan gaji yang tidak layak.

Kemudian pelaksanaan ujian nasional yang digunakan sebagai patokan kelulusan siswa sangatlah tidak masuk akal. Siswa yang telah mempelajari beragam mata pelajaran dan siswa sendiri memiliki kemampuan dan bakat berbeda-beda harus bisa lolos ujian 4 mata pelajaran saja. Hal ini mengakibatkan siswa tidak memahami esensi pelajaran, melainkan hanya menghafal materi.

Merdeka Belajar, Solusi Aneka Masalah Pendidikan

Merdeka belajar menjadi suatu terobosan baru yang dilakukan oleh  pak Nadiem Makarim yang bertujuan untuk mengembalikan kewenangan pengelolaan pendidikan kepada sekolah dan pemerintah daerah.

Kebijakan merdeka belajar ini dilaksanakan untuk mempercepat tercapainya tujuan nasional pendidikan yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang bisa berdaya saing global.

Dalam kebijakan merdeka belajar, guru dan siswa benar benar diberikan kemerdekaan dalam mengajar. Siswa diberikan kesempatan yang sangat luas untuk menyampaikan ide, gagasan dan daya kreatifnya. Siswa bisa mengambil suatu pelajaran dari mana saja dan tidak terpaku hanya pada guru.

Bagi guru, kemerdekaan belajar ini diwujudkan melalui kegiatan-kegiatan administratif yang tidak berbelit lagi. Guru tidak perlu lagi membuat RPP sampai berpuluh puluh halaman, cukup satu halaman saja. Guru bisa mengajar sesuai keinginan masing-masing, entah dalam hal metode, bahan ajar dan penilaian.

Dalam merdeka belajar ini guru juga mendapatkan gaji yang lebih layak karena maksimal 50 % dari dana BOS bisa digunakan untuk pembayaran guru honorer yang sudah memiliki NUPTK dan belum punya sertifikat pendidik.

Kemudian yang paling revolusioner dari kebijakan merdeka belajar ini adalah penghapusan Ujian Nasional yang telah digunakan selama puluhan tahun sebagai penentu kelulusan siswa. Dalam merdeka belajar, UN diganti dengan Assesmen Kompetensi Minimum dan Survey Karakter.

***

*) Oleh: Nurhadi Mubarok, Alumni S1 Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES