
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Indonesia dikaruniai bentang alam yang luar biasa subur yang menjadi guru bagi semuanya. Belajar dari alam semesta, belajar dari fenomena yang ada di bumi, di laut, di udara, yang menjadikan kita tetap menjadi 'manusia' dengan segala macam kelebihan yang kita miliki. Kelebihan dan sekaligus juga -- tentu saja--, kekurangan dan kedhaifan kita sebagai manusia.
Bukankah Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi? Sebagai pemimpin yang berkewajiban mengelola segala macam isi bumi untuk kebaikan dan kebermanfaatan sesama. Maka, mengelola alam dan seisinya merupakan tanggungjawab manusia. Dan, belajar dari alam sesungguhnya merupakan tugas penting yang terus menerus harus kita lakukan.
Advertisement
Bagi penulis, belajar dari alam menjadi proses yang penting untuk menemukan hakikat pendidikan. Bagaimana manusia, kita semua ini, bisa mendapatkan esensi sebagai pemimpin di muka bumi, yang diberi tugas dan mandat khusus dari Sang Pencipta untuk mengelola alam seisinya, memakmurkan semesta dan berbuat baik untuk semua makhluk.
Belajar dari alam sesungguhnya menjadikan kita terbuka kesempatan untuk merdeka belajar. Sebab, dengan belajar dari alam raya seisinya, kita memaksimalkan daya cipta untuk mempelajari keberagaman, inovasi, daya saing, sekaligus juga siklus kehidupan yang sangat indah. Kodrat alamiyah manusia adalah saling berbagi, saling memberi manfaat. Dengan demikian, interaksi sosial antar manusia, antar makhluk, menjadi proses saling belajar.
Dari beberapa terakhir warga Indonesia menikmati suasana mudik dan perayaan Idul Fitri, juga senantiasa merefleksikan tentang alam, suasana desa dan juga akar tradisi kita. Semua merupakan pengalaman berharga berupa lapisan-lapisan pengetahuan yang bisa dimaknai dari multidimensi pengetahuan. Kita bisa merefleksikan hal-hal baru sebagai pembelajaran, dengan berinteraksi (kembali) dengan akar tradisi kita semua.
Tantangan Pendidikan
Dalam beberapa tahun terakhir, warga dunia sudah merasakan betapa pendidikan menjadi tulang punggung perkembangan sebuah bangsa, terutama ketika merasakan pandemi. Investasi terbesar yang dimiliki oleh bangsa yakni melalui pendidikan. Dengan pendidikan yang bagus, setiap bangsa memiliki masa depan yang cerah karena pada hakikatnya punya tahapan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang lebih pada masa kini dan mendatang. Pendidikan berada pada koridor berkelanjutan (sustainability), yang memberikan harapan. Bangsa dengan harapan dan semangat tinggi, tentu akan menjadi bangsa yang digdaya, yang mampu mengeksekusi ide-idenya, yang memberi dampak bagi bangsa-bangsa lain.
Pendidikan yang berkelanjutan juga menjamin tumbuhnya manusia unggul yang berdedikasi, generasi muda yang cerdas dan produktif. Sekaligus, mencipta generasi yang menjadi bagian dari solusi, bukan pencipta masalah. Pembelajaran yang pada hakikatnya memberikan ruang bagi nurani dan suara hati untuk memilih yang terbaik bagi pengambilan keputusan hidup, pendidikan yang mengagungkan akal budi dan kebudayaan, bukan sekedar teori tanpa akar tradisi.
Kita semua pernah mengalami masa pandemi yang tidak mudah, dalam beberapa tahun terakhir. Tidak hanya di Indonesia, berbagai negara lain juga mengalami kendala yang serius, berupa hilangnya generasi emas karena kesenjangan pendidikan ketika terjadi pandemi. Learning loss generation merupakan tragedi yang terjadi di berbagai negara.
Untung saja, di Indonesia, pemerintah melalui Kemendikbud Ristek dan beberapa pihak terkait bergerak cepat untuk mengelola sistem pembelajaran berbasis teknologi dan beragam digital tools yang lain. Presiden Joko Widodo dan jajaran Menteri juga memberikan dukungan penuh terhadap masa depan pendidikan. Kita bisa melompat dari sergapan pandemi, dengan mempercepat teknologi pendidikan sebagai mekanisme belajar yang mumpuni bagi sebagian besar anak didik di bangku sekolah dan mahasiswa di pelbagai perguruan tinggi.
Menjadi Suluh Pembelajaran
Momentum sekarang, pada refleksi Hari Pendidikan Nasional, tentu saja harus kita maknai bersama untuk mengisi semangat menjadi penggerak pembelajaran. Kita semua, pada level apapun, punya tanggung jawab mendidik, dan sekaligus belajar. Menjadi pembelajar dan pengajar untuk satu tahap sekaligus. Kita diwajibkan belajar sepanjang hayat, sekaligus bermakna sebagai manusia seutuhnya jika berbagi pengetahuan kepada orang lain.
Dari konteks ini, pemerintah melalui Kemendikbud Ristek juga menyiapkan inovasi berupa platform-platform digital untuk transformasi pembelajaran. Inovasi-inovasi terserbut sebagai langkah-langkah strategis untuk memacu kreativitas guru, mempermudah proses pembelajaran, serta memberi ruang penggerak kebudayaan untuk berkarya.
Momentum hari Pendidikan Nasional yang masih berada pada nuansa Syawwal tahun ini menjadi refleksi kita semua. Bahwa, kita punya kewajiban untuk terus menerus belajar, berbagi pengetahuan dan sekaligus tugas utama untuk bermanfaat terhadap sesama. Belajar menjadi pemimpin yang bertugas mengelola alam raya, merupakan pembelajaran sepanjang hayat kita sebagai manusia (*).
*) Dr. M. Hasan Chabibie, Pengasuh Pesantren Baitul Hikmah Depok, Ketua Umum MATAN NU & pengurus LP Maarif PBNU, berkhidmah sebagai Kepala Pusdatin Kemendikbud Ristek.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Yatimul Ainun |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |